Kembali pada rutinitas, Chiquita dan Rora sudah kembali menjalani aktivitas tanpa keributan Kakak-kakaknya.
Sangat disayangkan sampai Chiquita dan Rora pulang, keduanya tak sempat bertemu Bundanya.
Senin pagi di kediaman Yesung, sedikit ada drama karena Chiquita telat bangun pagi dan berakhir dirinya kesulitan sendiri mencari barangnya yang mendadak hilang.
"Kakak, liat sepatu putih adek yang sebelah kanan gak?" tanya Chiquita sedikit berteriak, Rora yang sedang menikmati sarapannya beranjak menghampiri adiknya.
"Hari senin gak boleh pake sepatu putih dek, mau dihukum Kak Rami?" ucap Rora.
Sekedar informasi, Rami memang anggota osis. Meskipun hanya anggota, Rami suka sekali menakuti adik-adiknya, bahwa ia akan menghukum adik-adiknya jika melakukan kesalahan.
Tentu saja kedua adiknya tidak takut sama sekali, Chiquita biasanya menanggapi, "Memangnya Kakak siapa? ketua osis aja kalau ngehukum orang harus ada izin guru dulu. Dasar Kak Rami lebay."
Lalu untuk apa Rora mengancam Chiquita seperti itu? Entahlah kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Rora.
"Yaudah, tolong bantuin adek cari kaos kakinya aja." ucap Chiquita membuat Rora menatapnya jengah.
"Kenapa serba ilang sih Dek? pake punya Kakak aja, Kakak ambilin. Kamu sarapan dulu sana" ucap Rora dibalas anggukan oleh Chiquita.
Setelah adiknya berlalu, ia segera pergi mengambil kaos kaki untuk Chiquita.
Chiquita mendudukkan dirinya di kursi yang sepertinya tadi ditempati Rora, terlihat ada makanan yang belum habis termakan. "Pagi Ayah, Ibu." sapa Chiquita pada keduanya.
"Pagi Chiqi." ucap Yuji tersenyum tipis, sang Ibu tiri membuat nama panggilan untuk Chiquita.
Sebenarnya Chiquita menerima saja nama panggilan itu, namun jika Kakak-kakaknya, kecuali Rora, mengetahui hal ini, Chiquita sangat yakin mereka akan merajuk.
"Chiqi mau bawa bekal gak? Ibu berangkat ke rumah sakitnya agak siangan hari ini. Jadi bisa bikin bekel kamu dulu." ucap Yuji, meskipun seorang Dokter yang jadwalnya cukup padat, Yuji selalu berusaha berperan sebagai Ibu untuk Chiquita.
"Gak usah, Kak Pharita udah bikin bekal buat adek." ucap Rora yang baru saja datang menyerahkan kaos kaki pada Chiquita, lalu duduk di sebelahnya untuk melanjutkan makan.
"Gak ada salahnya makan bekal dua, hargain Ibu kamu yang sudah menawarkan." ucap Yesung yang akhirnya mengeluarkan suara.
Chiquita yang dari tadi sama sekali belum menyuapkan makanannya, merasakan atmosfer dingin saat ini, dengan segera ia berdiri. "Maaf aku lupa harus buru-buru, ada piket. Ayo kak." ajak Chiquita pada Rora.
Tentu saja itu hanya alibi Chiquita, ia hanya malas mendengar keributan, apalagi hanya karna masalah sepele.
Rora mengangguk dan pasrah saat tangan kanan Chiquita menariknya, sedangkan tangan kirinya Chiquita menenteng sepatu. "Pake sepatunya, Dek." ucap Rora.
Keduanya sampai di sekolah sekitar lima menit sebelum Upacara, membuat Chiquita tak sempat membeli sarapan di kantin. "Adek ke uks ya? gapapa pura-pura sakit aja." ucap Rora, sesat.
"Enak aja, gimana kalau jadi sakit beneran gara-gara bohong?" sewot Chiquita.
"Perut kamu kosong Dek, gimana kalau kamu pingsan nanti? mataharinya lagi terik loh." ucap Rora khawatir.
"Kalau pingsan ya digendong Kakak PMR ganteng, terus dibuatin teh anget. Duh enaknya." ucap Chiquita.
Sepertinya sambil membayangkan jika kejadian itu terjadi, dan mendapat jitakan pelan dari Rora.
"Jangan genit, masih kecil juga." ucap Rora kesal, bahaya nih adiknya masih kecil.
"Ah udahlah, aku mau simpen tas dulu." ucap Chiquita berlari menuju kelasnya.
°•°•°•°•°•°
Kejadian itu benar-benar terjadi, Chiquita pingsan saat petugas upacara membacakan doa, bukan berarti Chiquita kepanasan dibacakan doa ya.
Ia sebenarnya sudah menahan pusing saat petugas mengibarkan bendera, namun pertahanannya hanya mampu sampai pembacaan doa.
Kakak-kakaknya khawatir bukan main, terutama Rora, ia marah dan merasa bersalah juga. Chiquita terbaring ditemani Ahyeon.
Rami dan Rora sedang mengambil bekal yang sudah Pharita siapkan untuk mereka, dan sekalian mampir ke kantin juga. Kesempatan dalam kesempitan.
Ahyeon sibuk memberi minyak telon pada Chiquita, sesekali mengusap pelan pipinya. Sebenarnya anggota PMR sudah memberi kayu putih, namun Ahyeon menolak, karena Chiquita akan mengamuk pada saat bangun, adiknya sangat membenci bau itu. Untung Rora selalu membawa minyak telon.
Perlahan Chiquita membuka matanya, disaat yang bersamaan Rora dan Rami sudah kembali. Dengan sigap Ahyeon membantu Chiquita bersandar.
"Masih pusing gak dek?" tanya Ahyeon dibalas gelengan oleh Chiquita.
Rami dan Rora mengambil tempat di sebelah kanan dan kiri ranjang Chiquita. "Dibilangin jangan ikut upacara juga, ngeyel sih." ucap Rora kesal pada Chiquita.
"Tau nih, nurut dong sama Kakaknya." ucap Rami mengompori, membuat Chiquita memutar bola matanya malas, malas menanggapi dua makhluk menyebalkan.
"Oiya, siapa tadi yang gendong aku? kayanya kumis tipis, pasti ganteng." ucap Chiquita bersemangat, membuat ketiga kakaknya tertawa.
"Makan tuh kumis tipis, udah punya istri." ucap Rora membuat Chiquita heran.
"Pak satpam?"
Tebakannya benar karena Rami mengangguk, Chiquita sedikit kesal, bukan karena Pak satpam yang sudah menolongnya, tapi kakak-kakaknya yang semakin keras tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHERE'S HOME?
Fanfic[Selesai] Dua adik terkecil harus berpisah dengan kelima Kakaknya, hidup bersama dengan Ayah dan Ibu tirinya. Dan bagaimana ketujuh saudari itu masih bisa saling berhubungan meski dalam rumah yang berbeda? ; belum direvisi plss, maafin masih beranta...