5. You, Again

315 50 4
                                    

JEFRI POV

Gue udah pernah bilang belum ke kalian kalau gue punya kerjaan sampingan?

Iya, gue kerja di salah satu Coffee Shop yang lokasinya nggak jauh dari Panti Asuhan tempat gue tinggal, gue kerja disini sama sahabat gue, Justin.

"Udah baikan?" Tanya Justin.

"Nggak. Masih hancur." Jawab gue sambil buatin kopi pesanan pelanggan. "Terima kasih, selamat menikmati.." Ucap gue setelah menyerahkan kopi pesanan pelanggan itu.

Nggak lama kemudian gue liat dia lagi. Cewek itu masuk ke Coffee Shop ini sendirian.

"Huh? Jefri?" Responnya saat liat gue, lalu dia seperti lagi liatin pakaian kerja yang gue pakai sekarang.

"Selamat datang.. mau pesan yang mana?" Tanya gue sesuai SOP.

"Americano." Jawabnya masih dengan mandang gue heran.

Tapi gue lagi nggak mau banyak bicara. Selain karna ini masih jam kerja, gue juga masih nggak punya energi untuk ngobrol banyak hari ini. Hati gue rasanya kembali rapuh karna Rose.

Dia bawa kopi pesanannya dan duduk di ujung sana.
Iya, Jeslin.
Dia masih pakai seragam sekolah. Seragam dengan logo sekolah yang sama seperti yang pacar baru Rose pakai.

Jadi mungkin bener, Mahen yang dia maksud adalah Mahen yang sama Rose sekarang.

Kebetulan yang jancuk sekali bukan? 😔

"Kenal?" Tanya Justin.

Gue mengangguk. "Kita sempet ketemu di Bandung."

"Biasanya dia dateng kesini sama pacarnya, mungkin hubungan mereka udah berakhir sekarang."

"Huh? Dia pernah kesini sebelumnya?" Respon gue terkejut. Bukan hanya karna gue yang lupa pernah ketemu Jeslin sebelumnya, tapi karna bisa-bisanya Justin inget siapa saja pelanggan yang datang kesini, dan juga dengan siapa mereka datang. Justin bahkan sampai menebak-nebak kisah percintaan orang lain kaya' barusan. 🤔

"Nggak sering sih, sekitar tiga atau empat kali gitu. Bukannya elo sendiri yang buatin pesanan mereka. Aduh bego' banget. Dasar pikun." Omel Justin.

Gue mungkin emang udah lupa..
Yakali gue harus inget semua wajah pelanggan yang dateng kesini?
Coffee Shop tempat gue kerja ini kan lumayan rame, ada ratusan orang yang gue layani tiap harinya. Lagipula nggak mungkin juga gue nandain siapa-siapa saja pelanggan cantik yang dateng, gue bukan Justin.

"Dia lebih cantik dari Rose. Deketin aja sana. Tunjukin ke Rose kalau lo bisa dapetin yang lebih baik dari dia."

Setuju sih.. dia emang terlihat lebih cantik dari Rose, tapi lo nggak tau aja kalau bahkan pacarnya malah udah buang dia demi Rose.

...

Dia keliatan menyedihkan.. tatapannya kosong, minumannya nggak diminum dari tadi.
Gue jadi pengen nurutin apa kata Justin nih, tapi gimana dengan hati gue yang masih tertinggal untuk Rose?

Ini tuh bukan masalah gimana cara dapetin pengganti, tapi lebih ke masalah untuk bisa lepas dari perasaan yang lama. Ini sulit.

.
.
.

Satu per satu pelanggan pergi, tapi Jeslin masih disana.

Maksud gue tubuhnya yang disana. Tapi pikirannya sepertinya udah hilang entah kemana.

Americano yang dipesannya bahkan masih nggak tersentuh. Dia pasti kesini bukan untuk americano itu, dia kesini untuk kenangannya bersama Mahen. 😢

"Gue duluan ya." Ujar gue ke Justin. Ini udah jam pulang untuk gue. Setengah jam lagi Coffee Shop ini tutup. Sementara Justin masih disini karna ini hari piketnya.

Gue berjalan menghampiri Jeslin, lalu duduk berhadapan dengannya. "Nggak pulang? Mau nginep disini?" Tanya gue buyarin lamunannya.

Dia menatap ke arah jam dinding. "Ah maaf.." Ujarnya kemudian mulai berdiri dan pergi meninggalkan Americano miliknya.

Gue ambil Americano itu lalu berjalan ngikutin dia.

Hingga setengah perjalanan, gue mulai capek, dia jalannya cepet anjir.
Gue berpindah untuk jalan ber-iring-an dengan Jeslin di trotoar menuju halte.

"Lo ketemu Mahen hari ini?" Tanya gue.

Dia mengangguk. "Kita bahkan sempet ngobrol."

"Oh ya? Trus dia ada ngomong apa ke lo?" Tanya gue taruh sambil kasih americanonya ke tangan Jeslin. "Udah beli, jangan dibuang." Lanjut gue dan Jeslin cuma senyum kecil.

"Dia nyuruh aku untuk menghargai diriku sendiri." Jawabnya.

Ck.

"Lupain aja dia kalau gitu. Itu si Mahen lagi nyuruh lo buat lupain dia. Masa' nggak ngerti sih?"

"Tapi aku nggak yakin bisa lupain dia Jef."

"Pasti bisa."

Again, nasehatin orang emang gampang ya Jef?

"Kamu pikirin aja dirimu sendiri." Ucap Jeslin.

"Gue udah mikirin diri gue sendiri sampai mau mati rasanya."

Jeslin terdiam.

"Sebenernya masalah kita sama Jes. Gue ditinggalin juga.. sama kaya' lo. Gue udah mikirin diri gue sendiri sampai harus menahan diri untuk nggak pernah menuntut apapun ke mantan pacar gue itu meskipun gue mau dan gue bisa. Gue diem aja meskipun itu sakit. Soalnya gue lagi menghargai diri gue sendiri."

Jeslin masih diam.

.
.
.

Gue anterin Jeslin sampai rumahnya.

Ah jadi disini Kak Jino tinggal selama ini.
Ck. Padahal gue lewat sini tiap hari loh, bisa-bisanya kita nggak pernah papasan. 😑

"Nggak mau masuk dulu?"

"Nggak usah, udah malem. Gue kesini pas weekend deh, sekalian ketemu Kak Jino. Masuk sana.. lupain Mahen. Okay?"

Jeslin terlihat ragu, tapi dia juga berusaha senyum.
Cantik, seperti kata Justin. :')

 :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BROKEN [ JAEHYUN x JISOO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang