Pacarku Seorang Hakim II

14 11 3
                                    

Satu hari di Jakarta, besoknya Anne pergi ke pabrik Angga.

Sesampainya di pabrik, ia bertanya pada satpam apakah Angga ada. Satpam bilang ia sedang ada kunjungan ke toko yang baru di buka Angga.

Baiklah, ia akan menunggu di ruangan Angga diantar oleh satpam.

Setelah menunggu setengah jam, akhirnya pintu ruangan itu terbuka. Anne langsung membalikkan kursi yang ia duduki dan dilihatnya Angga bersama seorang perempuan, dekat sekali mereka.

"ANNE!" Angga terkejut. Anne pun bangkit dari duduknya.

"dia siapa?" tanya perempuan di sebelah Angga

Angga pun mendekati Anne dan memegang tangannya, memastikan kalau itu Anne.

"Anne, ini beneran kamu sayang?" tanya Angga, Anne hanya mengangguk. Perempuan itu merasa keheranan.

Angga memeluk Anne sebentar.
"oh iya, sorry ini pacar saya" Angga perkenalkan Anne

Mereka pun saling menyebutkan nama masing-masing, nama perempuan itu adalah Lidya.

"Lid, kamu urus berkas toko baru kita ya. Kamu boleh kembali ke meja kamu" usir Angga dengan sopan, mau ga mau Lidya hanya mengangguk patuh biar bagaimanapun Angga adalah bos nya.

Lidya meninggalkan mereka berdua dan menutup pintu dengan sedikit kasar. Angga pun kembali memeluk Anne, rindu sekali dia dengan gadisnya.

"aku rindu banget sama kamu Anne. Lima tahun kita cuma bisa vc an, akhirnya hari ini aku benar-benar peluk kamu" keluh Angga

"aku juga rindu kamu. Tapi sepertinya perempuan itu kesal sekali saat kamu bilang kalau aku pacar kamu" kini Angga melepas pelukannya dan memegang bahu Anne

"aku ga peduli, Anne. Jadi kapan kamu ke Jakarta? Kenapa ga bilang-bilang si, jadi aku ga bisa jemput kamu kan" ucap Angga kesal

"kemarin, aku ingin kasih kamu surprise. Apa kamu terkejut?" jawab Anne dengan senyum jailnya

"tentu saja sayang" Angga mengacak asal rambut Anne

"jadi Anne, apa kamu sekarang udah jadi notaris? Kamu bisa bantu aku kan?" tanya Angga antusias

"maaf Ga, aku harus punya sertifikat notaris dulu baru bisa membantumu secara hukum" Anne memelas

"berapa lama jadinya, Anne?"

"sebulan lagi" terlihat Angga merasa lesu dan menghela napas

"tenang Angga, sebulan akan berlalu dengan cepat. Sambil menunggu sertifikat itu jadi, kita harus memikirkan bagaimana caranya kamu mendapatkan hak waris itu secara resmi" kata Anne menenangkan Angga, ia hanya mengangguk.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, mereka memutuskan untuk pergi makan siang bersama.

"Wahyu, saya mau makan siang di luar dulu ya" pamit Angga pada salah satu karyawannya

"iya, pak" Wahyu mengangguk

Anne dan Angga menuju parkiran dan langsung membelah kota Jakarta yang terik sekali siang ini.

"kita mau makan dimana Anne?" tanya Angga

"terserah kamu"

"gimana kalau kita makan di kafe langganan kita SMA?" ajak Angga yang langsung disetujui Anne

Di kafe
Mereka sudah memesan makanan lalu menyantapnya tanpa berbicara sepatah katapun.

Setelah makanan masing-masing habis barulah dimulai percakapan.
"kamu tau Anne? Aku kalau ada waktu luang suka makan disini untuk mengenang kita. Aku selalu ke tempat-tempat yang pernah kita kunjungi kalau aku lagi kangen kamu" kata Angga memulai percakapan

"sendiri?"

"ya, kamu pikir aku sama siapa?" tanya Angga heran, Anne hanya menggeleng.

'syukurlah, ga sama perempuan menyebalkan itu' batin Anne

"oia, Anne. Aku lupa beritahu kamu soal kematian ayahku sebulan lalu" jelas Angga

"apa?" Anne hampir saja tersedak oleh minuman yang sedang ia minum

"maaf Anne, seperti yang kamu tau dari sebulan yang lalu aku sibuk sekali mengurus toko baru itu. Sehari setelah toko itu diresmikan, ayah meninggal. Entah kenapa aku merasa ada yang janggal"

"janggal kenapa?" tanya Anne penasaran

"tiga bulan lalu ayah sakit gagal jantung, selama sebulan dia terbaring di rumah sakit. Akhirnya ada orang yang mau mendonorkan jantungnya ke ayah, operasi itu berhasil Anne. Sampai akhirnya ayah dibolehin pulang oleh dokter"

"sebulan di rumah dan masih rutin cek up ke rumah sakit, kondisi ayah semakin membaik" Angga terdiam sebentar

"tapi ga lama dia meninggal, aneh sekali bukan?" tanya Angga minta persetujuan Anne

"tapi membaiknya itu benar-benar baik?"

"iya Anne, aku seminggu sekali jenguk ayah ke rumah. Dia sudah bisa berjalan ke ruang tamu, ke taman, sudah bisa tertawa seperti sudah benar-benar sehat"

Anne menganggukan kepalanya setuju.
"lalu apa yang kamu buat merasa janggal?" tanya Anne

"sempat terlintas dipikiran ku kalau ayah dibunuh oleh selingkuhannya itu" reflek Anne menepuk tangan Angga di meja

"hei, kamu ga boleh pikir buruk ke orang"

"entah itu benar atau ga, Anne"

Dua minggu setelah itu Anne jadi sering datang ke pabrik Angga. Sekarang semua karyawannya tau kalau dirinya adalah pacar Angga.

Dering telepon terdengar nyaring di kamar Anne.
"aduh siapa sih pagi-pagi nelpon" gerutu Anne sambil meraba-raba di nakas sebelah tempat tidurnya

"halo Anne, ini buruk Anne" terdengar suara Angga di seberang sana

"kenapa, Ga?" tanya Anne yang langsung duduk

"Anne, aku tadi lewat rumah ayahku dan aku lihat ada mobil sport disana. Aku rasa itu mobil selingkuhannya, dia beli pakai uang warisan itu Anne" dari nada Angga bicara sepertinya dia kesal sekali

"kamu tau dari mana?"

"tiga hari belakangan ini setiap aku pulang pergi ke pabrik selalu lewat rumah itu. Pagi ada mobil itu sore pun masih ada" jelas Angga yang sudah kesal sekali

"mungkin aja itu mobil tamu, Angga. Kamu ga udah pikir buruk mulu deh" kata Anne sambil menguap

"emang ada tamu yang nginep sampai tiga hari?" tanya Angga masih kesal

"aku ga tau pasti, Anne. Apakah sertifikat itu bisa dipercepat jadinya Anne? Aku sungguh butuh bantuanmu" desak Angga

"masih dua minggu lagi sayang, kamu bisa sabar sedikit lah" Anne turun dari kasur menuju kamar mandi dan cuci muka

"kamu bisa minta papamu untuk mempercepat, Anne" Angga terus mendesak Anne

"kamu lupa? Papaku kan hakim, dia bukan notaris. Lagi pula kantor tempat hakim kerja dan notaris itu beda, Angga" jelas Anne, di seberang sana terdengar Angga menghela napas.

Suasana hati Angga memang buruk tiga hari terakhir, jadi Anne berinisiatif untuk mengajaknya jalan.

"aku tau kamu kesal sayang. Baiklah, bagaimana kalau kita nonton bioskop. Hari ini ada launching film baru" ajak Anne. Angga masih saja menghela napas, akhirnya ia setuju agar suasana hatinya membaik.

Kini pasangan sejoli itu sudah ada di mall terbesar di Jakarta. Berjalan bersisian bak seorang putri dan pangeran. Membuat semua orang yang melihatnya salah fokus karena yang satu cantik dan yang satu tampan.

"ayolah Angga, hari ini kamu kusut sekali dengan raut muka seperti itu" kesal Anne sambil menggenggam tangan Angga

"Anne, kamu tau aku sedang kesal"

Baiklah, mungkin setelah nonton bioskop keadaannya membaik. Beruntung film yang launching hari ini adalah drama komedi, paling tidak ada yang membuatnya tertawa nanti.

Kumpulan Kisah RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang