Di Taman

11 3 0
                                    

Di pagi hari yang sejuk, ada tiga orang sahabat. Satu perempuan dan dua laki-laki.

Mereka sedang lari pagi di sebuah taman yang banyak pepohonannya. Mereka terlihat akrab sekali, rasa-rasanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan pasti ada yang menaruh hati di antaranya.

"Ayo kita balapan lari, siapa yang cepat sampai pohon pinus itu menang dan yang kalah gendong yang menang" ajak Ayra tanpa aba-aba ia langsung lari meninggalkan dua sahabatnya

"Wah, curang lo Ay curi start" protes Fadli

"Ayo kita kejar dia" ajak Raka

Akhirnya mereka lomba lari dan yang menang adalah Ayra -karena dia curi start.

"Yes, gue menang" sorak Ayra mengangkat kedua tangannya

"Lo curang mana boleh menang" protes Raka

"Tau, udah curi start" kesal Fadli

"Kan ga ada peraturan untuk curi start" Ayra hanya cengengesan

"Ya udah ayo gendong gue" pinta Ayra dengan senyum jahilnya

"Lo duluan deh, Ka" suruh Fadli

Raka pun menurut saja dan menggendong Ayra di punggungnya.

"Jalan 10 langkah ke depan ya, Ka" titah Ayra

"Iya deh, lu putrinya'' pasrah Raka

Raka pun jalan sebanyak sepuluh langkah diikuti Fadli dari belakang.

''Tuh, gantian lo Fad" kata Raka sambil menurunkan Ayra

Ayra naik ke punggungnya Fadli, ia hanya mengaduh merasa ada beban yang dipikulnya.

"Karena lo sampe paling belakang tadi, jadi 20 langkah ke depan" pinta Ayra

"Dih curang, tadi Raka 10 doang masa gua 20" protes Fadli

"Udah jalan aja Fad, dia putrinya" bujuk Raka

Fadli hanya pasrah dan Ayra tertawa puas karena ia seperti dimanjakan oleh dua pangerannya.

"Berat juga lo, Ay" keluh Fadli saat menuruni Ayra dari punggungnya

"Maksud lo, gue gendut?" tanya Ayra dengan nada tinggi

"Eh, bukan gitu. Lo ga gendut kok dan ga kurus juga. Lo itu..." kata Fadli terputus dan memberi kode pada Raka untuk melanjutkan kalimatnya

Raka yang sadar pun langsung mengerti.
"Lo itu ideal Ay"

'dan cantik' batin Raka

Ayra hanya jalan meninggalkan mereka berdua yang kebingungan mencari ide untuk membujuk Ayra.

"Kan, lo si bilang dia berat jadi marah kan" keluh Raka

"Tapi emang berat si" lanjut Raka sedikit membisik pada Fadli

"Kan lo juga mengakuinya, tadi tuh gue reflek, Ka" bela Fadli pada diri sendiri

Raka dan Fadli terus berjalan di belakang Ayra sambil mencari ide.
"Gue rasa dia lagi PMS, makanya cepet marah gitu" bisik Fadli

"Gue setuju"

Raka yang terlintas sebuah ide pun mendekati Ayra.
"Ay, panas-panas gini gimana kalau kita beli es krim. Fadli yang bayarin" ajak Raka yang minta persetujuan Fadli

"I-iya gue yang bayarin deh"

"Gue lagi ga mau es krim, lagian juga ga panas" ketus Ayra

"Kalau gitu beli seblak kesukaan lo" Fadli memberi ide

Ayra yang sedang tidak mood itu duduk di salah satu bangku panjang. Raka dan Fadli masih berdiri sambil memikirkan cara untuk membujuk Ayra.

"Gue minta maaf deh, Ay" kata Fadli memelas

Ayra tak menggubrisnya, ia mengeluarkan earpod dari saku sweaternya dan memasangkannya ke telinga. Mengabaikan dua pangerannya yang sedang berpikir keras untuk membujuk putrinya.

Raka yang sedang mengedarkan pandangannya pun melihat ada yang jual bunga dan terlintas sebuah ide untuk memberikan Ayra bunga.

"Ayo ikut gue" ajak Raka yang langsung menarik lengan Fadli

"Eh, mau kemana?" tanya Fadli dan tau setelah sampai adalah ke tempat jualan bunga

Ayra yang asik dengan musik di earpodnya itu tidak menyadari kalau dua pangerannya pergi meninggalkannya.

Raka sibuk memilin mahkota bunganya sedangkan Fadli dia mencari bunga untuk dijadikannya buket, yah walapun kecil juga.

30 menit berlalu, Ayra baru tersadar kalau tidak ada Raka dan Fadli didekatnya. Ia menoleh kesana-kemari mencari mereka berdua tapi tidak ditemukan oleh kedua matanya.

Ia memutuskan untuk menelpon Raka.

Ayra is calling

"Ayra telpon gue" kata Raka sambil memegang ponselnya

"Jangan di angkat dulu, Ka. Biarin aja dia nyariin" kata Fadli tersenyum licik, Raka pun menurutinya.

"Iihh, kok ga di angkat sih Rakaaa" protes Ayra pada diri sendiri

Ia tidak kehilangan akal dan langsung menelpon Fadli.

Ayra is calling

"Aduh, siapa sih ganggu aja" protes Fadli sambil mengambil ponselnya dari saku celana

"Ayra?" tanya Raka yang diangguki Fadli

"Angkat aja udah, daripada dia nambah kesel" suruh Raka

Tanpa lama Fadli pun menggeser layarnya dan langsung terhubung dengan Ayra.

"Fadli, lo berdua kemana sih? Kok tiba-tiba ilang gitu aja" gerutu Ayra

"Eh, iya Ay. Bentar lagi gue kesana, lo jangan kemana-mana ya" jawab Fadli dan langsung memutuskan panggilan sepihak

"Ih, rese bener tuh orang" kesal Ayra, ia pun pasrah dan menunggu selama lima menit.

Tiba-tiba Raka dan Fadli sudah datang, Raka langsung memakaikan mahkota yang ia buat ke kepala Ayra. Fadli memberikan bunga lili kesukaan Ayra.

"Eh" Ayra kaget dan langsung memegang kepalanya yang sudah diberi mahkota bunga lili oleh Raka

"Ini lo yang buat, Ka?" tanya Ayra penasaran

"Oh, ga kok. Ini gue berdua yang buat" bohong Raka sambil tersenyum meyakinkan

'sorry, Ay. Gue bohong' batin Raka

"Nih, bunga lili kesukaan lo" kata Fadli sambil memberikan buket bunga pada Ayra

Ayra merasa tersentuh dan mood nya langsung membaik.
"Thanks ya, guys" kata Ayra memeluk lengan Raka dan Fadli

"Gue minta maaf ya, Ay" kata Fadli dengan tampang menyesal

"Iya iya, gue maafin"

"Ayo kita makan seblak" ajak Ayra tanpa lama

"Yeh, tadi ga mau"

"Ya elah, itu kan tadi. Lagian juga masa ada yang traktir ditolak sih" kata Ayra memainkan matanya pada Fadli

"Ya udah, ayo" ajak Fadli langsung merangkul bahu Ayra

Di antara Raka dan Fadli, yang paling sering sentuhan fisik dengan Ayra adalah Fadli. Terkadang Raka merasa cemburu, tapi selalu ia hiraukan perasaan itu dan selalu mengingatkan pada diri sendiri kalau mereka bersahabat.

Mereka bertiga pun menikmati seblak di salah satu kedai taman itu dengan riang hati.

- TAMAT -

Jangan lupa follow, vote n comment ygy. Thx.

Kumpulan Kisah RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang