Sahabat V

10 8 2
                                    

Satu tahun berlalu, kini mereka sudah di semester tiga kuliahnya. Keduanya pulang ke rumah siang hari karena hanya ada satu mata kuliah yang harus diselesaikan.

Sesampai di rumah, mereka berdua dikagetkan dengan pemandangan papa Gaby dan ibu Audya sedang kejar-kejaran di dapur. Mereka sedang membuat kue, disana juga ada Risa dan Rama yang sedang asik bermain tepung.

"PAPA!!"

"IBU!!" mereka berteriak serempak

Semuanya pun menoleh dan membersihkan sisa tepung yang ada di bajunya.
"papa ngapain?" tanya Gaby curiga

"eh, papa lagi bikin kue, lihat bi Rosi malah iseng melumuri papa tepung" kata papa dan Rosi tertawa

Gaby terlihat marah dan meninggalkan mereka di dapur menuju kamarnya.
"ibu keterlaluan" bentak Audya dan berlarian menuju kamarnya

"tuan, sepertinya saya sudah berlebihan. Saya akan membereskan ini semua, Risa Rama ayo bersihkan tangan kalian" ucap Rosi membersihkan sisa tepung yang berantakan di meja

Papa Gaby pun ke kamarnya untuk ganti pakaian. Saat makan malam tiba, Gaby tidak ada di meja makan.
"Audya, bisa kamu panggilkan Gaby. Makan malam sudah siap" pinta papa Gaby yang diangguki Audya

"Gab, turun yok. Makan malam sudah siap, papamu minta untuk turun" ajak Audya di luar kamar Gaby

"aku ga lapar" teriak Gaby dari dalam, Audya hanya menghela napas lalu pergi ke kamarnya, ia juga tidak makan karena ga nafsu sebab kejadian siang tadi.

Saat ibunya kembali ke kamar, itu artinya pekerjaan di dapur sudah selesai.
"Audya, kamu kok malah di kamar ga bantuin ibu di dapur?" tanya Rosi

"ibu tadi siang ngapain kejar-kejaran sama papanya Gaby, sekarang dia marah karena kejadian tadi siang" ucap Audya setengah emosi

"eh, tadi kan di dapur ada Risa dan Rama juga, Dy" bantah Rosi

"iya, benar. Tapi yang kejar-kejaran kan ibu sama papanya Gaby, ingat bu kita ga boleh mengambil kesempatan untuk merebut posisi mamanya Gaby di rumah ini meskipun dia udah meninggal"

"mamanya Gaby juga udah bolehin kita tinggal disini, kerja disini, apalagi papanya bantu biaya kuliah ku dan sekolah adik-adik" ucap Audya kesal, Rosi mencoba memeluk Audya namun ditolaknya.

Malam semakin larut, Gaby mencoba untuk tidur tapi tidak bisa. Perutnya terus bunyi karena belum makan sejak siang tadi. Sejak kejadian itu, ia mengurung diri di kamar, bahkan saat diminta papanya untuk bicara pun ia enggan.

Gaby memutuskan untuk pergi ke dapur untuk makan, namun saat di tangga ia melihat papanya bersama Rosi duduk di sofa sedang berbicara, akrab sekali kelihatannya.

Seketika perut Gaby kenyang melihatnya dan kembali ke kamarnya. Kali ini ia menangis terus memanggil mamanya sampai tertidur.

~🙂~

"aku yakin ada sesuatu antara papa dan ibumu, Dy" kata Gaby, saat ini mereka berada di kantin kampus

"ga mungkin, Gab" bantah Audya

"semalam, aku mau mencari makanan ke dapur. Tapi baru sampai di tangga, aku melihat mereka sedang mengobrol asik, mereka terlihat akrab sekali" jelas Gaby

"kamu serius, Gab?" tanya Audya memastikan, Gaby hanya mengangguk lesu.

"pokoknya aku ga mau hal yang aku takuti terjadi dan ga ada yang bisa gantiin posisi mamaku di rumah bahkan dihati papaku" ucap Gaby sedikit menahan tangisnya

Audya paham apa yang sedang dipikirkan Gaby, ia juga menakutkan hal yang sama. Lalu Audya menggelengkan kepalanya membuang pikiran buruk dari kepalanya.

Malam harinya, Audya merasa haus dan keluar menuju dapur. Saat hampir dekat dengan dapur, Audya melihat ibunya sedang duduk di sofa bersama papa Gaby.

Audya pun menelan ludah, Gaby benar sepertinya setiap malam mereka saling bicara di sofa. Seketika ia langsung kembali ke kamarnya, tidak jadi mengambil air minum.

3 bulan setelah kejadian itu
Saat makan malam tiba, papa terlihat tegang.
"pa, kenapa si dari tadi sepertinya papa tegang sekali" ucap Gaby memecah keheningan di tengah dentingan piring dan sendok

"ada hal yang ingin papa bicarakan, Gab" ucap papa, Gaby mengangkat sebelah alisnya, apa?

"Rosi, Audya bisa kalian kemari" pinta papa Gaby. Rosi berdiri di sebelah papa Gaby dan Audya di sebelah Gaby.

Gaby dan Audya nampak bingung sekali, ada apa ini? Tanya Audya dengan raut mukanya menatap Gaby, ia hanya mengangkat kedua bahunya.

"papa ingin menikah dengan Rosi, apa kalian setuju?" tanya papa yang sudah menggenggam tangan Rosi

Gaby yang mendengar itu langsung berdiri dan saling tatap dengan Audya.
"ga, papa ga boleh nikah lagi. Ga ada yang bisa gantiin posisi mama di rumah ini" bentak Gaby

"Audya juga ga setuju. Sekarang aku tau, Gab. Inhaler yang kita cari saat mama kamu butuhkan itu ada di laci kamarku, aku yakin itu pasti ibu yang melakukannya" bentak Audya melihat ibunya

"apa itu benar, Rosi?" tanya Haris

"be-benar, mas" jawab Rosi patah-patah

"tapi tapi itu aku lakukan ingin mencoba apakah nyonya sudah sembuh apa belum makanya aku menyembunyikan inhaler itu di laci kamar" bantah Rosi

"ibu keterlaluan, itu semua berakibat fatal sekali, mamanya Gaby harus kehilangan nyawanya" kata Audya penuh emosi

"maafkan ibu, nak. Maafkan bibi, Gaby. Mas, maafkan aku" ucap Rosi yang menunduk

"biarlah yang sudah berlalu, kini kita harus membuka lembaran baru. Saya maafkan kamu Rosi" ucap papa tanpa marah

"papa ga marah atas kelakuan bi Rosi kepada mama?" tanya Gaby marah

"Gaby, kamu lupa kata dokter setahun lalu? Dokter bilang umur mama emang ga akan lama lagi kalau dia ga mendapatkan donor paru-paru, setahun papa mencari orang yang mau donor paru-paru tapi ga ketemu nak, sampai mama bertemu ajalnya itu semua udah takdir mama" ucap papa lembut

"dan keputusan papa ga akan berubah, papa akan tetap menikahi Rosi" ucap papa tegas

"papa keterlaluan" bentak Gaby berlari menuju kamarnya

"aku juga ga setuju dengan pernikahan kalian" bentak Audya meninggalkan mereka berdua

Haris hanya menghela napas.
"tak apa, mas. Aku akan membujuk Audya dan sebaiknya kamu membujuk Gaby" usul Rosi yang kini memanggil papanya Gaby, mas.

Gaby keliru, ternyata posisi mamanya sekarang ada yang menggantikan dihati papanya. Ia nekat untuk pergi dari rumah dan memasukkan bajunya ke dalam koper.

Audya yang keluar kamar melihat Gaby menyeret koper langsung mengejarnya.
"Gab, kamu mau kemana?" tanya Audya berusaha mencegah Gaby pergi

"aku mau pergi, Dy. Aku ga akan sanggup melihat papaku menikah dengan ibumu" ketus Gaby

"tapi kita bisa mencegahnya, Gab. Aku mohon, aku juga ga setuju dengan pernikahan mereka" pinta Audya

Tak ada jawaban dari Gaby, ia terus menyeret kopernya. Ketika sampai di ruang tamu, dilihatnya Haris dan Rosi sedang bercengkrama asik. Disana juga ada Risa dan Rama sedang belajar.

Haris melihat Gaby yang membawa koper.
"kamu mau kemana, Gab?" tanya Haris

"bukan urusan papa" jawab Gaby terus membawa kopernya keluar rumah

"Gab, kamu ga boleh pergi. Ini sudah malam" pinta Audya yang menahan koper Gaby

Tak ada yang bisa mencegah Gaby, ia nekat untuk pergi. Kini ada ojol yang sudah menunggu Gaby di depan gerbang, Audya tidak bisa mencegahnya lagi.

Audya berlarian menuju ruang tamu.
"om, kenapa om diam aja. Gaby pergi, om" ucap Audya bergetar

"biar aja dia pergi, Dy. Dia butuh waktu sendiri, paling juga dia ke rumah tantenya yang ada di komplek sebelah" jawab Haris santai

"om sama ibu keterlaluan" bentak Audya lalu berlarian ke kamarnya

~ continue

Kumpulan Kisah RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang