Rea dan Rio III

12 8 2
                                    

Tak pernah Rea membayangkan hal ini sebelumnya. Tanpa pikir panjang, Rea mengiyakan permintaan Rio.

"yes I do, Rio" Rio bernapas lega dan memasangkan cincin itu di jemari Rea. Lalu memeluknya erat.

"pulang dari sini, aku akan bilang ke mama papa kalau kita akan segera menikah" bisik Rio

Hari pernikahan pun tiba, semua berjalan lancar sesuai keinginan sang pengantin. Pernikahan ini diadakan di hotel, mewah sekali dan banyak tamu yang datang. Tapi sayangnya Rey tidak hadir di acara itu dengan alasan dia sibuk mengurus kantor papanya.

Padahal Rey merasa tidak sanggup melihat Rea, gadis yang selama ini ia cintai bersanding dengan laki-laki lain yang mana abangnya sendiri.

Semenjak kantor cabang itu diresmikan, Rey sengaja jarang berkunjung ke Jakarta. Sudah jelas sekali alasannya ialah dia tidak sanggup jika harus melihat kebersamaan Rea dengan Rio.

10 tahun berlalu
Kini Rea dan Rio sudah dikaruniai seorang putra, usianya sudah 7 tahun. Rea juga sedang mengandung anak keduanya, usia kandungannya menginjak 5 bulan.

Sesuai janji Rea, ia akan mengajak Rasya -anak pertama Rea dan Rio, pergi berlibur ke Bali untuk merayakan ulang tahun ke-7 nya. Walaupun hanya bertiga, alias berempat bersama jabang bayi di kandungan Rea.

Di perjalanan menuju bandara, awalnya semua berjalan lancar. Sampai di perempatan jalan, dari di kanan ada mobil truk bermuatan pasir berjalan cepat, remnya blong.

Tepat di tengah perempatan truk itu menabrak mobil yang ditumpangi mereka dan terseret sepanjang 10 meter ke arah depan sampai akhirnya menerobos pembatas jalan.

Mobil Rio langsung ringsek oleh truk itu. Dan truknya sudah terguling, pasir memenuhi sebagian jalan. Polisi pun datang untuk menertibkan lalu lintas.

Mereka dibawa ke rumah sakit terdekat. Mama papa Rea dan Rio pun sudah dihubungi polisi, begitu juga dengan Rey yang dikabari oleh mamanya.

Rey langsung tancap gas menuju Jakarta saat itu juga, jantungnya berdegup kencang. Takut Rea kenapa-napa, sejujurnya Rey lebih khawatir keadaan Rea dibanding Rio.

Dua hari kejadian itu Rea baru siuman dari pingsannya.
"bayi, bayi, bayi" teriak Rea histeris saat sadar

Di ruangan Rea hanya ada Rey yang menemani. Rey segera menenangkan Rea dan memberinya segelas air. Dokter pun datang memeriksa Rea.

"dok, bayi saya baik-baik aja kan?" tanya Rea khawatir

"bayi ibu baik-baik saja, untung kandungannya kuat" jelas dokter yang membuat Rea tenang

"lalu dimana anak dan suami saya, dok?" tanya Rea

"anak ibu sudah siuman sejak kemarin dia hanya luka kecil di pelipisnya dan sudah dibolehkan pulang saat itu juga, tapi suami ibu" ucap dokter terputus

"ada apa dengan suami saya?" desak Rea

"suami ibu baik-baik saja, dia ada di ruang ICU"

"apa saya boleh melihatnya?" pinta Rea yang diangguki dokter

"Sus, tolong ambilkan kursi roda untuk pasien. Saya permisi dulu"

Suster datang dengan membawa kursi roda dan langsung diambil alih Rey. Ia membantu Rea menduduki kursi roda dan membawanya ke ruang dimana Rio dirawat.

Sesampainya di ruang ICU, Rea terkejut melihat selang besar di hidung Rio. Kepala dan kaki kanannya juga di perban.

Rio yang paling parah keadaannya. Dia di vonis geger otak oleh dokter, beruntung tidak melukai memorinya jadi dia tidak lupa ingatan. Kaki kanannya juga retak di bagian lutut.

Kumpulan Kisah RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang