Chika mengusap matanya yang basah karena air matanya. Dia ngedorong pelan badan Ara buat ngelepas pelukannya. Chika beneran nyaman pas Ara peluk dia, tapi setelah Chika ngerasa kalau kesedihannya udah mereda, Chika milih untuk ngelepasin pelukan hangat itu.
Ara senyum bentar ke Chika. "Jelek tau kalo nangis gitu."
"Ah lo mah..." Chika memukul bahu Ara terus nangis lagi. Ara langsung bingung sendiri pas liat cewek didepannya itu nangis kejer untuk kesekian kalinya.
"Astaga, maaf ih! Gue cuma bercanda padahal. Cengeng banget sih lu,"
"Cengeng, cengeng matamu!" Protes Chika masih nangis dikit. "Gini-gini gue anak Zendaya tau ya!"
Ara yang nggak paham apa itu Zendaya mengerutkan dahinya. "Zendaya? Partai mana lagi tuh?" Tanyanya ngeliatin Chika heran.
"Enak aja Zendaya dibilangin partai! Dasar kudet! Zendaya tuh kumpulan gangster terkenal seantero Jakarta yang di isi sama manusia-manusia cakep!" Jelas Chika ngegas.
Ara langsung ketawa sambil gelengin kepala nya nggak percaya. "Ngawur banget kalo ngomong. Mana ada grup gangster yang mau nerima cewek cengeng kayak elu," Kata Ara ngelenggang mau masuk ke kamarnya.
"Dih, dibilangin juga nggak percaya lu. Jangan menilai orang dari luarnya aja dong!"
"Maksudnya? Gue harus ngenilai bagian dalem lo juga gitu? Gila aja." Ara natap Chika nyalang. Sementara Chika nya udah masang kuda kuda gitu yang Ara sendiri nggak ngerti.
"Tuhkan. Emang nggak salah kalo gue ngatain lo mesum." Ucap Chika. "Liat nih ya."
PRANG!
"ANJENG! VAS KESAYANGAN GUEE!!"
***
Chika nyamperin Ara yang lagi motongin sayuran di dapur sambil dengerin musik di headphonenya. Saking fokusnya Ara selesain kegiatannya, dia sampai nggak nyadar kalau ada Chika di sampingnya.
"Eh nama lo siapa? Gue belum tau." Ucap Chika narik narik lengan kaos putih Ara.
Ara yang ngerasa diajakin ngobrol pura-pura nggak denger, karena dia masih kesel sama kelakuan Chika yang tadi sore mecahin vas bunga kesayangannya yang dibeliin sama Mamanya.
"Haloooo..... Gausah pura pura budeg deh, ntar beneran budeg tau rasa lo," Chika makin kenceng narikin baju Ara nya. Sampai pas Chika udah kesel, dia ngambil headphone nya Ara terus diletakin di atas meja makan.
"Ck! Apaan sih?" Sinis Ara ke Chika di sebelahnya.
"Gue tadi nanya, nama lo siapa? Masa dari tadi siang kita ketemu gue belum tau nama lo," Jelas Chika meluk meluk Ara dari samping.
"Ish awas ah!" Ara dorong Chika ngejauh darinya. "Panggil gue Ara." Lanjut Ara apa adanya.
Chika cuma oh aja setelah tau nama lawan bicaranya itu. Selanjutnya, Chika pergi duduk manis di kursi meja makan sambil ngeliatin Ara yang kayaknya lagi mau masak. Entah kenapa Chika senyum-senyum sendiri. Lagi happy aja tuh kayaknya dia.
"Ara, Ara, Araaaa,"
"Berisik. Apaan lu manggil manggil?"
"Kamar disini cuma satu ya?" Tanya Chika merhatiin sekitaran rumah ini.
Ara yang ditanya cuma berdehem mengiyakan. Jujur sekarang dia ngantuk banget. Biasanya kalau udah gini situasinya, dia bakalan gofood aja untuk makan malam. Tapi dia nggak mau di nilai sama anak boros oleh Chika. Makanya dia mau masak aja sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOLDEN HOUR - CHIKARA (On Going)
Teen FictionGolden hour, waktu emas. Bagi Ara, waktu emas dirinya adalah ketika sebuah perasaan aneh tiba-tiba tumbuh tanpa disiram saat berada di dekat Chika. "Kalaupun satu dunia menentang perihal kita, aku tidak gentar. Biarlah aku mati di garis perjuangan...