07. Karaoke Venue

596 93 0
                                    

"Lo nggak akan pernah ngerti hidup gue! Jadi stop ikut campur di setiap urusan gue!"

Ara nggak hiraukan bentakan demi bentakan keras Chika yang tertuju hanya untuknya sendiri. Dengan langkah lebar dan cepat, Ara mengejar Chika yang berlari kecil masuk kedalam rumah Ara.

"Chikaa," Panggil Ara lembut, berharap Chika luluh sama dia.

"Apa Ara kenapa!!??" Jawab Chika balik badan sambil natap Ara make matanya yang merah karena nangis.

Ara menghela nafasnya panjang sambil nunduk kebawah. Dia kesal, tapi dia juga merasa bersalah. Tapi... menurut Ara, apa yang dia lakuin tadi nggak ada salahnya. Melarang Chika untuk ikut ikutan di geng nggak jelas tadi sebelum Chika sepenuhnya terjun ke dunia malam tentu bukanlah sebuah kesalahan bagi Ara.

Tapi biarlah, pikir Ara. Untuk saat ini Ara akan mengalah.

Ara kembali negakkin kepalanya. Natap Chika yang lagi nangis tersedu sedu sambil nutupin matanya pake siku tangan kanannya.

Tangan Ara terulur kedepan, narik lengan Chika untuk ngedeket ke dia. "Gue minta maaf,"

"Maaf lo nggak bakalan bisa sembuhin luka gue, Raa.. lo nggak bakalan ngerti gimana rasanya jadi sang pemenang tapi kalah. Sakiit... apalagi dengerin omongan—"

"Udah ya? Sini biar gue obatin luka lo." Potong Ara nggak tahan denger lebih banyak lagi keluhan Chika, dada nya ikut terasa sakit pas dengerin hal itu.

Chika ngusap air matanya sendiri. "Nggak mauu,"

"Emangnya nggak sakit apa? Nanti infeksi kalo nggak di obati." Bujuk Ara lembut banget inimah.

"Sakiiiitttt... t-tapi aku..." Chika nggak bisa ngelanjutin kata katanya. Tenggorokannya bener bener kerasa tercekat. Dia pasrah sama kesedihan dan kekecawaan sama dirinya sendiri yang ngebawa dia ke tangisan.

Ara narik bahu Chika, ngebawa Chika ke dekapannya untuk memberikan rasa tenang. Setelah Ara rasa cukup, pelan pelan Ara narik tangan Chika untuk nuntun dia ke sofa. Terus Ara ngambil kotak p3k di kamarnya, dan ngobatin luka luka Chika di muka, siku, sama lututnya.

Detik demi detik berlalu. Tangisan Chika mulai reda, ninggalin sesenggukan sama mata merah sebagai jejak peninggalan dari air mata.

"Gue bodoh banget ya," Kata Chika dengan suara serak.

"Gue bodoh banget, bisa bisanya—"

"Laper nggak? mau makan apa?" Sela Ara sambil ngerapiin kotak p3k seusai ngobatin luka Chika.

"Nggak laper," Chika nyerang Ara dengan pelukannya, ngebuat Ara memundurkan badannya hingga bersandar di tangan sofa dan ngebiarin Chika meluk dia dari atas. "Jalan keluar yok, Raa."

"Yaudah ayo." Balas Ara ngiyain apa kata Chika sambil senyum. Tangan Ara bergerak mengusap belakang rambut kecoklatan Chika, dia merasakan nyaman yang berbeda di pelukannya dengan Chika kali ini.

Motor Ara melaju kencang, membelah jalanan aspal di bawah langit kota Jakarta. Ara dan Chika tertawa riang di atas motor sambil bernyanyi. Sepertinya, malam ini semesta akan memberikan momen momen indah pada mereka berdua.

"Nyanyi nyanyi gini, enaknya karaokean kali yaaa." Ucap Chika dengan suara kuat, biar kedengeran sama Ara nya.

"Boleehh, mau karaokean?" Balas Ara.

"Apaaa? Gue nggak dengerr."

"Lo mau karaokean kann?"

"Masih nggak dengerr, Raa."

"CHIKA MAU KARAOKEAN?"

Chika tertawa terus nepuk pundak Ara. "Kenceng banget suara lo, iyaa gue mau karaokeann." Balas Chika yang di respon anggukan serta tawaan.

***

"Maaf mbak, tapi room nya udah full semua. Kalo mau satu room sama orang lain boleh juga mbak, ntar bayarnya bagi dua."

"Ck! Masa sama orang." Ara beralih ngeliat Chika. "Gimana dong, Chik? Full semua tuh."

"Yaudah nggak papaa, gabung aja. Tapi sama siapa?" Tanya Chika.

Ara menggeleng. "Nggak tau, sama siapa mbak kita gabungnya?" Tanya Ara sama mbak-mbak itu.

"Biar temen saya yang cariin room buat mbaknya ya. Mbak bisa tunggu disana sebentar." Jawab mbak itu nunjuk dua single sofa yang nggak jauh dari mereka.

Singkatnya, room yang mau nampung Ara sama Chika akhirnya dapet. Langsung aja mereka berdua jalan menuju room yang mau mereka masukin.

"Permisi, kita gabung sini nggak papa kan?" Tanya Ara sopan pas buka pintu.

"Eh iyaa nggak papa kok, sini sini masuk. Santai ajaa," Jawab salah satu dari dua cewek yang punya rambut hitam sebahu sambil senyum.

"Hai, salken. Renja. Ini pacar gue, Shella hehe. Maaf ya," Kata cewe yang namanya Renja garuk lehernya nggak enak sama Ara.

"Ah iya, santai aja kali. Gue Ara, ini temen gue, Chika namanya." Balas Ara ikut ngenalin diri.

Setelah saling kenalan, mereka mulai nyanyi deh. Seru-seruan bareng. Renja sama Shella seru sama baik banget ke Ara sama Chika. Chika yang awalnya jutek ke Renja Shella, perlahan bisa akrab ke mereka berdua.

"Bagus banget suara kaliann!" Puji Shella tepuk tangan sesudah Ara duet nyanyiin lagu Noah - Separuh Aku, bareng Chika.

Yang di puji cuma nyengir nyengir aja. Apalagi Ara yang emang dasarnya kalem tapi ramah.

"Kalian pacaran udah berapa lama kalo boleh tau?" Tanya Chika sama Renja.

"Dua minggu lagi, tepat sembilan bulan sejak kita jadian sih." Balas Renja rada malu malu.

"Ihhh lucu banget kaliann," Ucap Chika. "Araa, mauu."

Ara langsung kaget pas denger apa kita Chika. "Maksudnya? Kenapa bilangnya ke gue coba?"

"Mungkin Chika nya mau sama elo kali." Bukan Chika yang ngejawab, tapi Renja sambil ketawa pelan.

"Apaan sih, Chik." Ara langsung minum jus alpukat kesukaannya, berusaha nggak ngeliatin gelagat aneh pas Renja sama Shella comblangin Ara sama Chika.

"Kalo kalian jadian, kita bakalan jadi pendukung pertama dehh," Sorak Shella.

"Emangnya Ara mau pacaran sama Chika? Emang boleh?" Tanya Chika ngeliat Renja sama Shella bergantian.

"Nggak boleh sih sebenernya. Tapi kan cinta itu sifatnya universal, kita nggak bakal bisa nentuin sama siapa kita jatuh cinta nantinya."

Shella ngangguk setuju sama pacarnya. "Jadi sekarang, Ara mau nggak nih sama Chika?" Tanya Shella sambil ketawa ketawa.

Ara hampir keselek pas makan anggur. "Apaan?! Ng-Nggak tau lah!" Jawab Ara keluarin ponselnya, pura pura sibuk padahal cuma bolak balikin layar dekstopnya.

Shella sama Renja ketawa ngeliat tingkah dua orang yang baru aja mereka kenal. Sementara Chika? Dia cuma diem diem aja. Percakapan yang mungkin mereka anggap candaan, kali ini di anggap serius sama Chika.

Chika ngeliat Ara yang masih berkutat sama ponselnya. Kalau lah suatu saat nanti Chika jatuh hati untuk Ara, akankah Ara akan menerima hatinya?

GOLDEN HOUR - CHIKARA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang