Bagian 14: Kesalahan kecil

50 11 3
                                    

Nyatanya saat menjalin hubungan memang tidak selalu tentang bahagia,tidak selalu baik- baik saja,tidak selalu menghantarkan kupu- kupu di iringi pipi memerah.

Aji mengerang frustasi didepan laptop juga tumpukan kertas laporannya,mengabaikan telepon yang terus berdering menampilkan nama Harel. Merasa terganggu akan dering yang tak henti Aji mengangkat panggilan dengan kasar.

"Bisa diem dulu ga sih? Jangan sekarang,saya lagi sibuk"

Tanpa melihat display nama,Aji membentak,melempar ponsel itu asal. Bentakannya jelas membuat orang diseberang sana,tersentak. Dadanya kembali bergemuruh karena tak bisa mendengar suara keras,lagi- lagi ketakutannya hadir.

Harel membencinya,Harel membenci dirinya sendiri karena terlalu lemah,maka ia sebisa mungkin menetralkan nafas,tangan yang memegang kotak bekal itu dialihkan pada seseorang yang kebetulan melewatinya,tanpa mengucapkan apapun ia berlari,mencari tempat teraman untuk menetralkan diri.

.

.

.

.

Jevian meletakkan kasar kotak bekal dihadapan Aji,belum sempat bertanya kerah kemejanya ditarik kuat. Jevian menatap nyalang lelaki dihadapannya.

"Lo ngelakuin apa ke adek gue?"

Aji mengernyit,ia tidak melakukan apapun pada Harel,bahkan seharian ini ia belum bertemu dengan lelaki kecilnya,terlebih ini hari sabtu,sekolah libur dan Aji belum memiliki waktu untuk menemui Harel karena harus menyusun laporannya setelah sakit dua hari lalu.

"Maksud lo apa sih Jev,gue bahkan belum ketemu Harel hari ini"

"Liat" Aji melihat arah tunjuk Jevian yang menunjuk pada kotak bekal di lantai

"Gue ketemu Harel di depan,dia keliatan kaget bahkan pergi gitu aja ngasih gue kotak bekal. BILANG BANGSAT LO NGELAKUIN APA KE ADEK GUE?"

Aji panik,ia mengingat dering telepon yang mengganggunya tadi,juga tak sengaja membentak si penelepon,dengan segera ia mengambil ponsel melihat riwayat panggilan disana. Terkejut saat mendapati nama Harel berada di barisan paling atas.

"S-sorry Jev,gue pergi dulu"

Cekalan di kerahnya mungkin terlepas,namun saat hendak melangkah Jevian justru layangkan pukulan hingga mengenai pipi nya.

"Jev" Aji marah,ia bahkan ingin membalas pukulan Jevian namun karena rasa khawatir pada Harel ia akan membiarkan Jevian dengan emosinya,berjalan dengan terburu sambil menyeka bibirnya yang berdarah.

"Bawa Harel dalam keadaan baik-baik aja atau lo gue abisin"

Gue bakal lebih dulu ngabisin diri gue Jev kalo sampe Harel kenapa-napa

.

.

.

.

Harel nya ada,ia ada di pojok ruangan kamar nya,menyembunyikan diri seperti biasa,enggan membalas setiap kata yang Aji lontarkan bahkan mendongak pun tidak.

Aji merasa bersalah,seharusnya ia tidak ceroboh untuk asal mengangkat telepon,seharusnya Aji tahu bahwa ia memiliki seseorang yang pasti akan menghubungi nya kapan saja,seharusnya-

"Let's break up"

3 kata,namun mampu membuat pertahan Aji runtuh,mampu membuat semesta yang ia buat dalam imajinasinya hancur.

Harelnya mendongak untuk menatap manik kelam nya,dengan netra yang lebih redup dari sebelumnya,dengan keadaan yang tak bisa dikatakan baik. Benar,ini salahnya. Salahnya karena tak mampu mengendalikan emosi hingga tak sadar menyakiti.

"Harel aku ga-" Bahkan ketika tangannya terulur untuk menggapai bahu yang terlihat lemah pun tak mampu karena di hindari.

Harelnya seolah takut,netra bersinar yang selalu Aji tatap hingga mata terasa kebas itu jelas menyiratkan ketakutan,kemarahan,juga keputusasaan.

"Kita obrolin baik-baik ya Harel,jangan. Jangan kayak gini. Aku- aku minta maaf"

Suara tangis yang selalu Aji benci,suara tangis yang sebisa mungkin Aji ganti dengan tawa menenangkan saat ini justru mengalun seperti lagu kematian,sesak. Aji terlalu sesak mendengar suara tangis Harel yang memenuhi kamar dominasi ungu itu.

"I'm trying kak Aji..."

"Maaf Harel,maaf..."

Kini tangisan itu saling bersahutan,Harel sudah direngkuh kedalam pelukan Aji,pelukan hangat dikala dunianya terlalu dingin untuk ditempati,pelukan bagai rumah yang menjadi tempat teramannya untuk pulang.

"Maaf Harel,aku minta maaf"

Gelengan lemah yang menjadi jawaban atas segala permintaan maaf Aji,Harel nya tidak main-main untuk mengakhiri hubungan yang bahkan baru terpaut selama beberapa hari.

"Aku yang minta maaf...maaf karena aku terlalu lemah,maaf karena kamu harus jatuh ke orang yang punya banyak ketakutan..."

Aji menggeleng kuat,ia mengeratkan pelukan pada tubuh kecil yang terus berontak meminta di lepaskan.

"You are perfect Harel,aku ga pernah merasa menyesal karena harus jatuh di kamu,aku ga pernah merasa terbebani. Harel sayang- aku...aku ga bisa kalo harus ngelepas kamu"

Seiring dengan pelukan Aji yang mengerat,Harel terlelap,terlelap dalam dunia gelap yang selalu membelenggu nya,terlelap dengan sepi juga dinginnya malam yang selalu menjadi teman dalam kehidupannya.




Hi,beberapa orang pasti bingung dan merasa ga jelas dengan bab kali ini. Tapi,akan ada penjelasan kenapa Harel mutusin Aji cuma karena bentakan yang ga seberapa itu.Jadi,kalian bisa terus baca cerita ini sampai akhir ya haha...

Oh,aku belum tanya akhir pekan kalian? Gimana? Masih baik-baik aja kan?,ya walaupun ga baik-baik aja kalian pasti harus selalu merasa baik,ga apa. Hidup memang menyebalkan,terlalu banyak kebohongan dan segala hal yang membuat pusing. Tapi,makasih karena udah semangat jalanin harinya. Sampai ketemu sama Aji dan Harel untuk kesekian kali.

Jangan lupa vote dan komen untuk apresiasi kecil. Semangat untuk menjalani hari-hari berikutnya💗💐

So,This Is The Love? [Hoonsuk]Where stories live. Discover now