Jakarta dengan hiruk pikuk nya. Gedung- gedung pencakar langit yang selalu membuat takjub namun berisi kehidupan yang mampu membuat siapa saja merasa muak,polusi kendaraan yang seringkali membuat sesak,juga jutaan orang yang sibuk mengejar dunianya.
Aji menyembunyikan wajah pada lipatan tangan diatas meja. Keseharian yang seringkali di isi dengan kejahilan juga segala hal menyenangkan lainnya berubah hanya dalam 62 hari.
62 hari yang tidak mampu untuk di lupakan begitu saja.
"Udah lah Ji,lo kayak mayat hidup banget semenjak balik KKN"
Denis menepuk bahu Aji namun lelaki dengan nama belakang Erlangga itu bahkan enggan untuk setidaknya menyapa.
"Sana lo ah,jangan diganggu Aji nya"
Ciara yang juga datang bersama Denis mendorong tubuh Denis kuat hingga nyaris terjatuh,sedangkan gadis itu tidak peduli dan mendudukkan diri di sebelah Aji.
"Gue ada berita besar Ji,lo ga mau denger?"
"Kalo berita besar soal lo kencan sampe keliling Eropa sama Denis gue ga mau"
Ciara tergelak,memukul bahu Aji pelan hingga lelaki itu membenarkan posisinya menjadi duduk sempurna,menatap Ciara yang sudah siap dengan wajah penggosipnya,sedangkan Denis sibuk dengan kripik singkong,namun tatapan yang sama ia dapatkan.
"Kalo keliling Eropa nya dibayarin sama lo sih gue ngikut aja,iya ga babe?"
Ciara memandang sangsi Denis,sekedar informasi keduanya sudah menjalin hubungan sejak dua hari kepulangan mereka dari kegiatan KKN.
"Tapi serius Ji,berita besar banget ini"
Serius,Ciara terlihat seperti ibu-ibu penggosip yang selalu di temui Aji di kompleknya pada pagi hari saat membeli bahan makanan di tukang sayur. Menggelikan juga sedikit membuat penasaran sebenarnya.
"Langsung intinya aja,gue beneran ga mood"
"Harel kuliah disini"
Sebentar,kenapa kepala Aji mendadak hening,ia seolah tidak bisa mendengar apapun selain jantungnya yang berdetak tak karuan.
"Jangan becanda Denis"
Aji sedikit menggertak. Ia akan benar-benar marah jika situasi nya dijadikan bahan bercandaan,atau dengan alasan biar lo ga keliatan menyedihkan jadi kita terpaksa bohong.
"Gue ga becanda,tadi gue liat di parkiran,mau balik kayaknya"
Tidak perlu meminta penjelasan apapun Aji segera memacu tungkainya dengan cepat,tanpa memedulikan orang-orang yang ditabraknya dengan tidak sengaja,juga umpatan-umpatan yang dilontarkan padanya.
Hingga Aji merasa bodoh karena baru mengingat bahwa parkiran tidak hanya ada satu,ia sedikit menetralkan nafas,juga netranya terus berpendar mencari seseorang yang dirindukannya setelah beberapa bulan ini hilang tanpa kabar,pesan juga teleponnya di abaikan membuat Aji sedikit kesusahan untuk menghubungi lelaki yang di cintainya dulu bahkan hingga sekarang.
Ingatannya kembali saat Harel pernah menceritakan jurusan impiannya dulu
Fakultas tata busana
Kembali mengambil langkah dengan terburu,sampai ia bisa melihat dengan jelas seseorang yang selalu menghantui kepalanya itu masuk kedalam mobil biru yang entah milik siapa,belum sempat mencegah,mobilnya sudah berhasil menjauhi area campus.
.
.
.
.
"Harel pulang"
Seruan yang mendapat sambutan heboh dari lelaki jangkung yang segera menghampirinya,membolak-balikkan tubuh untuk memastikan tidak ada yang terluka.
"Aman Jev,Harel ga kenapa-napa"
"Baguslah,thank you Sha"
"Bagusnya ucapan terimakasih nya pake makanan,gue laper banget gila"
Jevian memandang malas,temannya satu itu memang tidak ada habisnya menumpang makan.
"Delivery aja,bahan makanan abis"
Hal itu jelas mengundang pekikan semangat dari Yosha juga Harel yang segera mendekatkan diri pada Yosha,kepalanya menempel pada bahu lelaki berambut merah itu,melihat dengan serius daftar makanan yang akan dibelinya.
"Sekalian beliin sup ayam"
Yosha mengangkat ibu jari tanpa perlu mengalihkan atensi pada layar ponselnya, sedangkan Harel segera menatap penuh tanya.
"Tumben?"
"Buat kamu"
Yang sukses membuat Harel merengut
"Aku mau hamburger"
"Boleh,boleh ga usah makan lagi sampe setahun"
"Nyebelin"
Harel berlalu menuju kamar,sedikit menutupnya dengan keras
"Kamu udah makan hamburger pagi tadi"
Jevian sedikit berteriak karena ia yakin Harel sudah bergelung dengan selimut,menyumpah serapahi dirinya dengan mulut mencebik lucu.
Pukul 7 malam,Yosha dan Jevian sibuk mencari bahan makanan di supermarket,dengan Yosha yang mendorong troli dan Jevian yang sibuk memilihHarel tidak ikut,karena lelaki itu tertidur setelah makan siang tadi,tentu dengan paksaan agar tak terus merengek tentang burger. Di lihat- lihat Jevian memang sangat protektif terhadap adiknya itu.
"Lo yakin bisa terus sembunyi dari orangtua lo Jev?"
Jevian tidak perlu repot menoleh untuk menjawab pertanyaan Yosha,netranya masih fokus melihat bahan makanan untuk stock seminggu kedepan.
"Ga yakin,mereka pasti bakal tahu,dan gue harus selalu siap"
"Harel bisa tinggal sama gue kalo semisal orangtua lo udah tahu"
Kali ini Jevian menoleh,selagi ia menunggu pembayaran,Jevian menatap netra milik Yosha.
"Gue bisa tanggung jawab Yosh,lo ga perlu ikut campur terlalu jauh"
"Jev tapi-"
"Ayo balik,sebelum Harel bangun dan ga nemuin siapa-siapa"
Jika sudah seperti ini Yosha tidak bisa lagi untuk mengeluarkan segala pendapat nya,Jevian itu keras kepala,juga tak mau dibantah.
Dengan langkah lunglai ia menuju parkiran namun Yosha bisa lihat Jevian yang diam dan menatap nyalang pada lelaki yang berhadapan dengannya.
"Harel ada disini kan Jev?"
Aji,menatap penuh harap pada Jevian namun sulung Reynolds itu hanya berlalu dengan acuh.
"Yosh-"
"Nanti ya Ji,nanti gue jelasin semuanya ke lo"
YOU ARE READING
So,This Is The Love? [Hoonsuk]
FanfictionPercayalah pada sesuatu dan tidak hidup dengan kebohongan-Gandhi- Satu kutipan itu seolah mengingatkan Aji bahwa ia harus percaya pada sesuatu.Hatinya, yang mengatakan bahwa ia tertarik pada lelaki kecil dengan nama Harel Reynolds. Maka mungkin,kegi...