Kehidupan Arina sebagai anak magang sejauh ini lancar , masalah-masalah yang baru ditemui diselesaikan dengan baik tak luput dari bantuan atasanya yang sangat baik dalam membimbing bawahanya siapa lagi kalau bukan si paling Humble di divisi keuangan yaitu Anji.
"Pagi semua, yuk sini merapat yang belum sarapan ini Inem bawain buat nyonyah dan tuan sekalian" Sapaan formal Anji setiap dia membawa kantong kresek berisi roti dengan berbagai macam rasa. Anji sering menyebut dirinya dengan sebutan aneh untuk mencairkan suasana kantor yang sebenarnya dipenuhi dengan angka-angka memusingkan.
Seketika Anji dikrumuni semut-semut lapar yang seperti melihat permen terbuka dengan seksinya, ludeslah kresek hitam berisi roti 20 padahal di divisi itu cuma ada 15 orang , entah siapa yang mempunyai tangan lebih dari 3 disana.
Arina yang hanya melihat kerumunan itu cuma terdiam memantau karena dia tidak lapar jadinya tidak ikut berebut dengan lainya, dia memilih menyibukan diri dengan angka-angka di depanya.
"Sibuk banget Na, dah makan belom?" Sapa Anji yang menghampiri Arina tengah fokus dengan komputerny.
"Eh pagi pak, saya sudah sarapan pak"
"Nih roti kelapanya, spesial buat yang masih muda dan seger" Goda Anji yang membuat Arina tersenyum tersipu malu.
"Makasih pak, tapi saya sudah makan" Tolak Arina sopan karena dia memang sudah kenyang.
"Gapapa Na simpen aja nanti buat cemilan siapa tau lapar, ya udah lanjut kerjanya" Anji pergi meninggalkan Arina sambil mengusap pucuk rambut Arina yang membuat si pemilik rambut merinding atas perlakuan Anji.
Hari ini Anji akan pergi ke Bank untuk mengajukan pinjaman perusahaan, harusnya dia pergi bersama Siska selaku sekretarisnya tapi hari ini Siska mendadak meliburkan diri karena sakit.
Saat sedang fokus dengan komputernya tiba-tiba ponsel Arina berbunyi, Arina tersentak dan langsung melihatnya. Tertuliskan nama Pak Anji di layar ponselnya.
"Hallo pak, ada yang bisa saya bantu? "
"Na kamu ke ruanganku sekarang"
"Oiya siap pak"
Tok tok tok
"Masuk"
"Ada yang bisa saya bantu pak? "
"Sini Na duduk dulu. Gini Na hari ini kan saya ada rapat ke salah satu Bank , tapi hari ini Siska ga berangkat. Kamu bisa ga temenin saya? Bantuin buat nyatet hal-hal penting aja ga sulit kok"
"Oke pak, kira-kira sama siapa aja pak? "
"Cuma kamu sama aku"
Anji suka kelewatan informal kalau lagi berdua seperti ini yang membuat Arina kadang salah tingkah. Namun Arina sebisa mungkin bersikap formal selayaknya atasan dan bawahan karena ini masih di jam kerja.
"Oke pak siap"
Anji dan Arina pergi ke Bank yang akan diadakan rapat, rapat mereka berjalan dengan lancar dan Bank akhirnya memberi ACC terhadap proposal yang diajukan perusahan Grow untuk meminjami dana.
Rapat selesai pukul 20.00 Anji dan Arina bergegas menuju parkiran yang ada di lantai paling bawah. Anji memperhatikan Arina yang terlihat murung setelah rapat. Anji berkali kali mengajak Arina berbicara namun Arina hanya menjawab sesingkatnya saja.
"Na kamu gapapa kan? " Tanya Anji khawatir yang tiba-tiba menghentikan langkah Arina lalu mencondongkan wajahnya ke Arina.
Arina yang terkejut hampir saja jatuh kebelakang, untung saja Anji sigap meraih pinggang Arina.
"Gapapa kok pak" Jawab Arina gugup karena sedekat itu dengan atasanya.
Dari dekat anji bisa melihat keringat dahi Arina mengucur dengan banyak.
"Kamu kringet dingin Na? " Tanpa rasa jijik Anji mengelap keringat didahi Arina.
Arina yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa membatu.
Hingga akhirnya pertahananya pecah dia memegang perutnya yang sangat sakit selama hampir 1 jam dia sembunyikan."Lhoh Na kamu kenapa? Sakit perut?"
"Iya Mas, kayaknya aku Mens hari pertama deh tadi pas rapat aku sakit banget" Jawab Arina sambil memperlihatkan puppy eyesnya yang berkaca-kaca di depan Anji.
Anji yang melihatnya gemas sekaligus khawatir melihat wajah Arina. Dan satu hal lagi Arina memanggilnya 'Mas' seperti hari pertama dia mengenalnya membuat Arina semakin dibuat gemas."Lho kenapa kamu ga bilang sama aku sih dari tadi, malah nahan-nahan kaya gini"
"Aku ga mau rapatnya berantakan gara-gara aku mas" Ucap Arina yang sudah mengeluarkan air matanya.
"Ya sudah kita pulang yah, kasian kamu dah pucet gitu mukanya"
"Mas ke kamar mandi dulu boleh ga? "
"Oke oke, kamu kuat jalanya? "
"Bisa mas, tapi pinjem tanganya satu boleh ga? "
"Udah sini aku papah kamu aja"
Tangan kanan Anji merangkul pinggang Arina dan tangan kirinya memgang tangan Arina.
Arina masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Anji menunggu di depan Kamar mandi dengan gelisah karena melihat wajah Arina sepucat itu.
"Mas Anji... " Teriak Arina dari dalam kamar mandi.
"Iya Na, kenapa masih sakit? "
"Sudah mendingan mas, tapi aku lupa ga bawa ganti sama pembalut mas gimana dong ini" Teriak Arina yang di dengar seperti setengah menangis.
"Kamu tahan dulu bentar gapapa? Aku pergi beliin dulu "
"Emang gapapa mas? Mas ga malu? "
"Gapapa Na, tapi kamu gapapa aku tinggal dulu? "
"Oke mas gapapa"
"Kalau ada apa-apa telepon aku ya, aku pergi dulu.
10 menit akhirnya Anji kembali dengan membawa kantong belanja berisi berbagai macam barang yang dibutuhkan Arina.
Tok tok tok
" Na ini aku"
Anji memberikan kantong belanjaanya.
Setelah beberapa saat Arina keluar dengan keadaan yg lebih baik.
"Makasih ya mas, kalau ga ada kamu ga tau gimana aku pulangnya"
"Aku yang harusnya minta maaf, karena udah buat kamu lembur disaat kamu Mens ky gini"
"Biasanya ga ditanggal segini mas, ini tumben maju. Biasanya kalau lagi hari pertama aku bakal ambil libur mas karena sesakit itu, dulu bahkan pernah aku pingsan karena ga kuat nahanya"
Arina menjelaskan kalau dia emang selemah itu saat hari pertama, karena Anji termasuk orang baru dihidupnya dia takut membuat Anji ilfeel dengan sikap lemahnya barusan.
"Gapapa Na, itu normal kok untuk perempuan. Ya udah ayo pulang udah malem takutnya kamu dicariin"
Mereka bergegas keluar dari area kamar mandi menuju parkiran. Anji masih dengan setianya memapah Arina. Padahal Arina sudah berkali kali menolaknya karena dia merasa mendingan.
Perjalanan pulang memakan waktu 1 jam karena memang Bank yang mereka datangi berbeda daerah dari kantor mereka.
Suasana yang hening membuat Arina sedikit mengantuk. Mata yang awalnya melihat kedepan dia alihkan ke samping melihat Anji.
Seorang laki-laki yang pertama kali membobol pertahanan hati Arina karena jujur sekarang Arina sudah jatuh sejatuh jatuhnya terhadap pesona Anji yang love languagenya diborong semua.
Malam gelap menenangkan hatinya dan membuat matanya menjadi berat , sampai Arina tidak sadar apa lagi yang terjadi karena tiba-tiba saja pagi datang dan dia sudah diatas kasurnya.Ngetik capek yahhhhh
Ngga jelas lagi isinya 🤣🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You
RomanceMenyukai seseorang yang berbeda usia jauh bukanlah hal yang mudah. Apalagi orang tersebut sangatlah baik ramah, humble, dan juga sangat membantu dalam hidupnya. Lebih baik menyukai seseorang yang jahat yang tidak baik kepadanya agar dapat melupaka...