2. Traumatized

145 7 0
                                    

Rachel dan Leandra yang ketika itu masih berumur 3,5 tahun asik bermain di ruang bermain yang memang dibuat khusus oleh papa Rachel untuk putri bungsunya.

Hampir setiap hari kedua gadis kecil itu bermain bersama kadang di rumah Rachel kadang juga di rumah Leandra.

Kadang mereka akan dikira kembar jika orang-orang tidak mengenal baik kedua orang tua mereka.

Meskipun begitu karakter mereka sangat jauh berbeda, Leandra yang cukup tomboy sedangkan Rachel benar-benar seperti princess.

"Lea, kata mama nanti Acel mau ikut lomba lo, lomba nanyi." Rachel berbicara dengan cadelnya khas anak umur 3 tahun yang begitu senang ikut lomba menyanyi, meskipun bisa dibilang bicaranya saja masih belum fasih.

"Gitu Cel, Lea nanti liat Acel deh, kapan lombana?" Tanya Leandra yang juga sama cadelnya dengan antusias

"Kata mama cebental lagi, makana tadi Acel halus latian dulu balu deh main cama Lea."

Meskipun baru 3 tahun Rachel sangat serius dengan lombanya itu, setiap hari 3 jam ia sisihkan hanya untuk latihan dan latihan, ia ingin sekali membuat papa dan mamanya senang, padahal papa dan mamanya tidak pernah memaksa Rachel. Kedua orang tua Rachel pun merasa putri mereka terlalu berlebihan dengan lomba ini.

"Acel cemangat ya latiana, Lea yakin Acel pati menang."

"Maacih Lea, Acel tayang Lea." Rachel lalu memeluk Lea.

"Lea juga tayang Acel."

Semenjak itulah Rachel sering mengikuti berbagai macam lomba, dari menyanyi, menari, melukis, dan lomba lainnya. Jiwa kompetisi anak itu begitu tinggi. Tapi untuk piano Rachel kecil tidak pernah mau jika diajak mengikuti lomba, meskipun bermain piano adalah hobi favoritnya.

Sampai akhirnya untuk pertama kalinya Rachel yang berumur 8 tahun memberanikan dirinya untuk mengikuti kompetisi pianis muda.

Sebenarnya sedari umur 2 tahun Rachel sudah mulai menunjukkan bakat yang lebih condong ke arah musik, dilihat dari Rachel yang senang menyanyi dan selalu memilih piano mainan jika papa dan mamanya membawanya ke toko mainan.

Karenanya sejak umur 3 tahun Rachel mulai les privat piano dan sangat mendalami alat musik tersebut, tapi Rachel tidak pernah berani jika ditawarkan untuk mengikuti perlombaan piano, Rachel merasa permainan pianonya masih sangat kurang, padahal untuk ukuran anak seusianya permainan piano Rachel sudah sangat lihai.

Di usia 8 tahun itulah Rachel mulai merasa ia sudah cukup pantas untuk menunjukkan bakat bermain pianonya kepada orang banyak.

Satu bulan menjelang lomba, Rachel semakin meningkatkan waktu latihannya, ia berlatih habis-habisan, hidupnya hanya sekolah, belajar, makan itupun jika diingatkan, juga tidur, sisanya digunakan untuk latihan dan latihan, sungguh begitu tidak wajar untuk anak berumur 8 tahun.

Hal ini membuat Leandra cukup kesal karena Rachel jadi sangat susah jika diajak main bersama.

"Lea, ingat kan Rachel ada perlombaan piano minggu depan?" Tanya Rachel pada Leandra, mereka sedang ada di depan gerbang sekolah, menunggu jemputan pulang yang katanya agak terlambat.

"Inget lah, gimana bisa lupa, kamu sampe susah Lea ajak main gara-gara latihan piano terus." Ucap Leandra sedikit ketus.

"Gak gitu Lei, Rachel kan mau nunjukin yang terbaik biar Rachel menang, dan mama papa Rachel jadi senang." Rachel menjelaskan, Leandra hanya mengangguk.

DESTINY (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang