Leandra tiba di depan pintu kamar Jasmine yang tidak tertutup. Dari luar ia dengan jelas melihat Rachel tengah memejamkan matanya sambil sesekali meringis, juga ada Vela disebelahnya sedang memijat kening sang putri.
Dengan langkah yang sedikit cepat Lendra berjalan mendekati tempat tidur dimana Rachel berbaring. Entah lupa atau apa, ia dengan sedikit melompat naik begitu saja ke ranjang tanpa mengindahkan peringatan Jeanne yang baru saja ia dengar tidak sampai semenit yang lalu.
"Leaa! Pelan-pelan." Ucap Vela sedikit berteriak.
Tapi terlambat lompatan dari Leandra malah membuat ranjang itu berguncang.
Rachel yang sebelumnya merasakan pusingnya sedikit berkurang karena pijatan ibunya, sontak saja saat itu Rachel merasa kepalanya berdenyut hebat, hingga terasa ingin pecah, meringis saja Rachel tidak bisa.
"Sorry sorry, aduh maafin gue." Ucap Leandra meminta maaf sekaligus khawatir.
Rachel tidak menjawab karena kepalanya masih berdengung pengelihatannya juga sedikit buram, ia memaksakan sedikit senyuman pada Leandra pertanda tidak apa-apa.
Tak lama kemudian Jeanne kembali dan langsung melakukan prosedur pemasangan infus, sebelumnya Jeanne mengeluarkan semua alat-alat yang diperlukan.
Beruntunglah Jeanne, stok infus di apart-nya masih tersedia, jika tidak dimana ia harus mencari barang itu sepagi ini.
Meskipun tidak menjadi seorang dokter, tapi Jeanne masih sangat peduli dengan kesehatan. Ia selalu mempunyai persediaan obat-obatan yang cukup lengkap baik itu di rumah ataupun apartemennya, dan juga rutin mengganti stoknya apabila sudah masuk masa expired.
"Rachel mau diapain kak?" Tanya Leandra saat melihat Jeanne mengeluarkan beberapa macam barang dari dalam tote bag yang dibawanya.
"Mau diinfus." Ucap Jeanne singkat sambil membersihkan tangannya.
Sontak saja Leandra yang sebelumnya berada di tempat Jeanne sedikit menggeser tubuhnya, memberikan ruang untuk Jeanne melakukan tindakannya.
Leandra, sebenarnya gadis itu sedikit takut dengan sesuatu seperti suntikan dan jarum medis. Ia hanya bisa duduk di sisi lutut Rachel, menutupi wajahnya dengan telapak tangan, tapi tetap saja ada celah di antara jari-jari untuk mengintip. Sementara Vela hanya memperhatikan apa yang dilakukan Jeanne.
Tak berselang lama Jasmine datang dengan semangkok bubur dan juga ketiga laki-laki yang semuanya sudah terbangun dengan muka bantalnya, dan tak lama Tama muncul dengan wajah yang sudah labih segar.
Mereka semua melihat prosedur yang dilakukan Jeanne dengan sangat telaten. Mereka juga menyaksikan Rachel meringis ketika jarum infus itu perlahan mulai menembus punggung tangannya.
"Akhh..."
Menahan perih, sudut mata Rachel sampai mengeluarkan air mata, Tama yang melihatnya langsung mendekati sang putri dan mengelus surai putrinya dengan penuh kasih sayang.
Leandra yang mendengar ringisan Rachel bergidik. Ia masih dengan posisi yang sama begitu pula tangannya, definisi nyata dari takut-takut tapi kepo.
"Tahan bentar ya Chel." Ucap Jeanne pada Rachel sambil berhati-hati menancapkan jarum ke pembuluh darah gadis itu yang tidak begitu susah ia temukan.
Setelah selesai Jeanne membereskan peralatannya. Melihat itu Reyvan langsung menghampiri Jeanne. Meminta agar diberi sedikit ruang untuk melihat Rachel lebih dekat, Jeanne mengizinkannya.
Perlahan Reyvan naik ke atas ranjang dan duduk bersimpuh persis di samping pundak Rachel.
"Sayang." Panggilnya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (on going)
General Fiction"Di dunia ini, ada beberapa hal yang disebut takdir, sisanya adalah pilihan" ~unknow~