Leandra berjalan melewati meja makan apartment Jasmine, tugas seka-menyeka Rachel sudah selesai dan kini sahabatnya itu sudah tertidur lagi di pelukan Jeanne. Tepat di meja makan disana hanya ada Reyvan dan David yang sedang sarapan dalam keheningan. Sementara Raffa tidak terlihat sama sekali batang hidungnya.
"Udah pulang kali ya, tapi kok gak pamit dulu." Ucap Leandra dalam hati sambil terus menatap ke arah meja makan.
Tak ambil pusing, Lendra melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi yang ada di samping dapur untuk menuntaskan sesuatu. AC kamar Jasmine yang begitu dingin sangat mudah membuatnya ingin buang air kecil.
Ketika baru saja tiba di depan pintu kamar mandi tiba-tiba pintunya terbuka.
"Ehh.." Reflek Leandra lengkap dengan ekspresi terkejutnya.
Raffa yang tenyata habis dari kamar mandi juga sedikit terkejut, tapi pria itu cukup bisa mengendalikan ekspresinya.
"Sorry, sorry, saya kira di dalam gak ada orang." Ucap Leandra tidak enak.
"It's okey." Ucap Raffa sedikit tersenyum lalu berlalu dari hadapan Leandra.
"Tunggu." Ucapan Leandra membuat Raffa berhenti dan menoleh ke gadis itu lagi.
"Habis ini saya mau bicara kelanjutan lukisan yang kemaren, bisa?" Leandra sedikit membasahi bibirnya yang kering.
"Bisa, tapi gak bisa lama, paling cuma 15 menit."
Leandra mengangguk singkat, sambil matanya tetap memandang Raffa dan menangkap ada lagi hal yang akan diucapkan pria itu.
"Satu lagi gak perlu terlalu formal, panggil lo-gue aja, lagian kan lo teman Jasmine." Ucap Raffa berlalu meninggalkan Leandra.
Leandra hanya diam memperhatikan Raffa yang berlalu meninggalkannya, namun sedetik kemudian pria itu berbalik lagi.
"Oh ya, gue tunggu lo di balkon." Pria itu tersenyum tipis lalu melanjutkan langkahnya menuju balkon.
Melihat senyuman itu, hasrat ingin buang air kecil Leandra yang tadinya masih biasa saja seketika meningkat berkali-kali lipat.
Menyadarinya langsung saja gadis itu dengan tergesa-gesa masuk ke dalam kamar mandi, bisa gawat jika dia sampai ngompol di celana.
Sementara Raffa, ketika pria itu melewati meja makan tiba-tiba David menegurnya.
"Lo udah kenal sebelumnya sama Lea?" Tanya David yang sebenarnya sedikit memperhatikan interaksi mereka berdua.
"Kenal gitu doang, ada bisnislah sama dia." Ucap Raffa dengan santai, David hanya ber oh ria saja mendengarnya.
Tangan Raffa terulur mengambil secangkir kopi yang sudah ia buat sebelumnya di atas meja makan.
"Lo suka banget ngopi, kapan-kapan bisalah kita nongkrong bareng." Ucap David.
"Gampang itu bro, gue ke balkon dulu, ngopi bentar." Ucap Raffa lalu melangkahkan kakinya menuju balkon apartemen Jasmine.
Setelah kepergian Raffa, Reyvan sedari tadi hanya diam mendengarkan interaksi keduanya kali ini membuka suara.
"Vid." Panggil Reyvan, David tidak menghiraukan dan masih asik dengan sarapannya.
"Gue paham lo kecewa banget, tapi gue janji Vid, kejadian gini gak bakal terulang lagi." Jelas Reyvan berusaha mendapatkan maaf David.
"Gue butuh bukti." Kali ini David merespon dengan datar tetap masih sibuk dengan sarapannya.
"Gue bakal buktiin, percaya sama gue." Ucap Reyvan sungguh-sungguh.
Mendengarnya David menoleh ke arah Reyvan, pria itu bangkit dan mendekati Reyvan
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (on going)
General Fiction"Di dunia ini, ada beberapa hal yang disebut takdir, sisanya adalah pilihan" ~unknow~