Di dalam ruangan kerjanya, hawa yang ada di sana sudah mulai berubah. Reyvan berdiri dan menatap Anya nyalang, terdapat sorot amarah di matanya.
"Mana kuncinya!" Pinta Reyvan kembali mendekati Anya yang masih menampakkan senyumannya yang begitu memuakkan di mata Reyvan.
"MANAAA!!" Kali ini Reyvan berteriak tepat di depan wajah Anya.
"Gak usah teriak-teriak gitu mas, toh kamu gak akan bisa keluar dari sini." Ucap Anya kelewat santai.
Wajah Reyvan kini tengah merah padam, menahan gejolak amarah dalam dirinya, nafasnya mulai tidak beraturan juga tubuhnya kini mulai terasa sangat panas sampai ia tidak sadar sudah melepas beberapa kancing atas bajunya, hingga tampaklah dada bidang yang sedikit ditumbuhi rambut halus.
Sedangkan Anya perlahan maju mendekati Reyvan, senyum memuakkan itu masih setia terpatri di wajah yang sebenarnya begitu cantik.
Melihat Anya mulai mendekat membuat Reyvan dengan reflek memundurkan diri.
"Kenapa mas hmm?" Tanya Anya dengan nada sensual, pandangan matanya tertuju pada dada bidang Reyvan yang sudah terlihat sedikit berkeringat.
"Stop kamu disitu!" Ucap Reyvan panik sambil tetap memundurkan tubuhnya. Sampai ketika pergerakannya terhenti kerena ia merasa punggungnya menyentuh knop pintu.
"Stop saya bilang Anya!" Ucap Reyvan sambil mencoba menghindar ketika Anya hendak menyentuh dadanya.
"Hahaha." Anya tertawa jahil. "Mas jangan ngehindar gitu dong, aku gak bakal macem-macem sayang, paling satu macam doang."
"Diam kamu perempuan murahan!"
Bukannya marah mendengarnya, Anya malah lebih gencar menghampiri dan menggoda Reyvan dengan melepas seluruh kancing kemejanya, hingga tampak bra yang ia kenakan.
"Kamu lihat apa yang bisa dilakukan perempuan murahan ini." Ucap Anya menantang pria itu.
Mendengarnya Reyvan meneguk saliva, penampilan Anya di depannya saat ini benar-benar membuatnya terangsang.
"Sini mas sayang." Goda Anya sambil berpose erotis di hadapan Reyvan.
"Gak, gak!" Ucap Reyvan berusaha menutup matanya, perlahan tubuhnya yang tersandar pada dinding luruh terduduk di lantai.
Sungguh ia tidak tahu sampai kapan ia bisa menahan hasratnya, pikirannya sungguh menolak tapi tubuhnya serasa memberontak.
"Apanya yang gak sayang?" Tanya Anya lebih sensual.
Kini Anya berpindah. Ia duduk di atas meja kerja Reyvan dengan posisi persis menghadap Reyvan yang terduduk bersandar di dinding--mati-matian menahan hasratnya melihat tingkah Anya.
Sebenarnya selain memberikan Reyvan obat perangsang, Anya sudah terlebih dahulu meminum obat yang sama. Ia sungguh sangat bertekad melakukan semua ini, tidak ada satu hal pun yang akan menghentikannya kali ini termasuk dirinya sendiri.
Anya menyingkap rok pendeknya lalu dengan perlahan merebahkan diri di atas meja kerja Reyvan hingga membuat barang-barang kecil di atas meja itu jatuh tidak beraturan.
"Ouhhh panas banget." Ucapa Anya sensual.
Anya mulai meraba-raba dengan sensual bagian-bagian sensitif tubuhnya hingga keluarlah suara desahan erotis dari bibirnya.
Mendengar suara desahan Anya membuat Reyvan semakin kehilangan akal, ditambah lagi paha mulus Anya yang menghadap tepat ke arahnya begitu menggoda.
"Rey sadar Rey, ingat Rachel." Ucap Reyvan frustasi sambil menepuk-nepuk kedua pipinya cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (on going)
Ficțiune generală"Di dunia ini, ada beberapa hal yang disebut takdir, sisanya adalah pilihan" ~unknow~