1. Piano

436 14 0
                                    


Alunan melodi piano begitu merdu bergema di dalam sebuah aula besar bercahaya temaram. Hanya ada satu lampu yang diam menyoroti sebuah objek sehingga membuat atensi hampir seluruh manusia yang ada menatap penuh kagum ke arah panggung dimana objek itu adalah seorang gadis dengan white dress-nya, tengah duduk di sebuah bangku dan fokus memainkan pianonya penuh penghayatan.

Sembari jemari lentiknya dengan lihai terus menekan tuts per tuts, gadis itu sesekali memejamkan matanya karena begitu menikmati permainannya sendiri.

Orang-orang iri yang semula menganggap gadis ini populer hanya karena parasnya saja dibuat bungkam, gadis yang selama ini terlihat tidak punya keahlian, ternyata kemampuan jarinya mampu menyihir pendengaran orang-orang.

Wajah yang begitu cantik, ditambah dengan pancaran lampu sorot yang hanya tertuju kepadanya membuat gadis itu semakin bersinar sampai semua manusia yang ada di ruangan ini tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari dirinya.

Mata mereka fokus menikmati ciptaan tuhan yang begitu indah di hadapan mereka, sedangkan telinga mereka fokus mendengarkan alunan melodi yang begitu memanjakan telinga. Penampilannya kini tidak terasa seperti sebuah kompetisi melainkan konser untuk dirinya sendiri.

Sampai akhirnya pergerakan jari itu terhenti pada tuts terakhir, menandakan bahwa berakhirlah pula permainan piano indah itu.

Gadis itu menghembuskan nafas lega seakan puas dengan penampilannya sendiri.

Suasana pun menjadi begitu sunyi tidak ada yang bersuara sedikitpun.

Prok prok prok

Gemuruh tepuk tangan penonton tidak dapat lagi dibendung begitu juga dengan para juri, mereka semua berdiri tanda begitu puas dengan permainan piano yang baru mereka saksikan.

Gadis itu bangkit dari duduknya, membungkuk hormat lalu mengedarkan pandangan matanya ke arah penonton sambil menunjukkan senyum manisnya.

Riuh tepuk tangan belum juga berhenti, membuat hati gadis itu menghangat.

Meskipun mengikuti kompetisi ini bukan murni keinginannya, melainkan sang sahabat, tetap saja ia senang karena riuh tepuk tangan ini sudah sangat lama tidak ia dengar.

Walaupun ini mungkin benar-benar akan menjadi yang pertama dan terakhir baginya.

Ia juga menangkap tatapan bangga dari orang-orang terdekatnya yang duduk di barisan penonton paling depan.

***

Kini kompetisi telah selesai dengan gadis dress putih tadi dinyatakan sebagai pemenang.

Semua orang mengucapkan selamat pada gadis itu, bahkan saat ia sampai di belakang panggung pun pujian serta ucapan selamat itu tidak kunjung berhenti.

"Papa bangga sama kamu sayang." Wajah seorang laki-laki yang menyebut dirinya papa begitu bahagia seraya memeluk putrinya

Gadis itu berdehem lembut, membalas ucapan papanya dan merasakan pelukan itu semakin erat, hangat dan nyaman... itu yang ia rasakan setiap kali memeluk sang ayah.

"Udah gue duga sih lo bakal menang, adek gue emang keren."

Tak beda jauh dengan ayahny, pria yang adalah kakak laki-laki dari gadis itu tersenyum sambil mengusap lembut rambut adiknya.

"Kita makan malam bareng ya habis ini"

Ajakan yang berasal dari ibu gadis itu dibalas mereka semua dengan anggukan.

Seperti sebuah tradisi, tidak perduli seberapa pun pencapaian yang diraih oleh orang terdekat mereka, semuanya harus dirayakan, bagi mereka yang penting adalah kebersamaan.

DESTINY (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang