15. Compromise

51 4 1
                                    

Hari sudah sepenuhnya gelap, disinari oleh bulan dan berhiaskan gemerlapan bintang. Di atas kasur yang nyaman seseorang gadis sudah kembali dihampiri kantuk, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam tapi orang yang ia tunggu sedari tadi belum juga menampakkan batang hidungnya.

Para sahabatnya juga sudah kembali ke kediaman masing-masing, tentu saja ia yang meminta mereka semua untuk pulang, jika tidak mereka akan tetap disini tanpa memperdulikan keadaan diri sendiri.

Hampir saja kedua mata indah itu tertutup, sebelum ketukan dibalik pintu kamar itu menahannya.

Ketika pintu kamar terbuka, dengan leluasa ia melihat presensi orang yang ia tunggu sedari tadi sedang berjalan ke arahnya dan sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu dibalik tubuh atletisnya.

Rachel yang masih dalam posisi berbaring dengan perlahan berusaha bangun untuk merubah posisi bersandar di kepala ranjang.

Melihat itu Reyvan sontak saja membantu kekasihnya itu dengan menyusun beberapa bantal agar menjadi lebih tinggi sehingga mudah bagi Rachel untuk bersandar.

Setelah memastikan sang kekasih bersandar dengan nyaman, pria itu kini mengeluarkan sesuatu di balik punggungnya yang ternyata adalah sebuah boneka berbentuk tupai kesukaan Rachel.

"I'm sorry sayang, for all those thing happened." Boneka itu Reyvan posisikan tepat di depan wajahnya.

Melihatnya Rachel terkekeh lucu, ia lalu mengambil boneka itu dari tangan Reyvan, dan membawanya ke dekapannya.

"Aku gapapa, as you can see, I'm fine now." Ucap Rachel melihat ke arah Reyvan yang masih menatapnya sendu.

"Udah kak aku beneran gapapa." Rachel merentangkan tangannya dan dengan cepat Reyvan duduk di pinggiran kasur dan membawa Rachel masuk kedalam dekapannya.

Lama mereka terdiam dalam posisi yang sama merasakan kehangatan dari pelukan masing-masing.

"Kenapa lama ke sininya?" Tanya Rachel yang masih di pelukan Reyvan tapi kini kepalanya ia sandarkan di dada bidang prianya, mendengarkan irama detak jantung yang terdengar lebih cepat sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lama ke sininya?" Tanya Rachel yang masih di pelukan Reyvan tapi kini kepalanya ia sandarkan di dada bidang prianya, mendengarkan irama detak jantung yang terdengar lebih cepat sekarang.

"Aku nyiapin mental dulu sebelum ke sini, takut kena marah mama sama abang kamu." Rachel terkekeh mendengarnya.

"Kamu tau, rasanya sama kayak waktu aku minta ijin mereka buat ngajak kamu ngedate pertama kali." Lanjut Reyvan lagi.

"Oh ya? Pantesan jantung kamu jadi dag dig dug gini." Ucap Rachel sambil tangannya mengusap dada itu.

"Emang kedengaran ya?"

Rachel mengangguk dan kini wajahnya menatap pria itu "hmm.. Jelas banget."

Reyvan tersenyum malu mendengar penuturan gadisnya. Sementara di balik senyum itu Rachel menangkap ada yang tidak beres dengan kekasihnya itu jika dilihat dari wajahnya sekarang. Meskipun Reyvan berusaha menutupi, Rachel masih bisa merasakannya.

DESTINY (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang