Hari ini Raffa mengajak Rachel untuk jalan-jalan atau lebih tepatnya eksplorasi untuk Rachel. Semua adalah paksaan pria itu karena Rachel mengeluh sudah kehabisan stok inspirasi. Alhasil di sinilah mereka, di sebuah tempat yang belum pernah dikunjunginya Rachel sebelumnya.
Mobil Raffa masih diam tepat di depan pintu masuk bangunan berwarna putih gading itu, masih belum ada tanda-tanda kedua manusia di dalamnya akan turun.
Raffa menoleh pada Rachel yang duduk di sampingnya. "Pastikan kamu jangan jauh-jauh dari aku. Oh iya tas dan barang-barang kamu yang lain mending di tinggal aja di mobil." Ujaran Raffa di setujui oleh gadis itu.
Tempat yang mereka datangi kali ini adalah sebuah rumah sakit jiwa milik keluarga Raffa. Memang rumah sakit jiwa ini bukanlah tempat yang aman, para pasien di sini bisa saja melukai siapapun tanpa pandangan bulu. Tapi sebisa mungkin Raffa akan menjaga Rachel dan memastikan tidak akan ada yang melukai gadis itu.
Setelah memastikan tak ada benda atau hal-hal yang beresiko menimbulkan kericuhan di dalam sana, Raffa dan Rachel turun dari mobil dan mulai berjalan masuk. Tentunya setelah menyapa dan meminta ijin pada petugas yang berjaga.
"Kak kita balik aja ya." Rachel sedikit merengek ketika baru saja memasuki area lobi RSJ telinganya mendengar teriakkan histeris dari dalam sana.
Mendengar itu langkah kaki Raffa langsung terhenti, ia menoleh pada Rachel yang berada di sampingnya.
"Yakin sama aku, inikan juga demi kerjaan kita." Raffa berdalih seperti itu.
Rachel hanya bisa mengangguk pasrah, apa boleh buat demi tanggung jawab pekerjaan ia akan mencoba berani untuk saat ini. Mereka berdua mulai melangkahkan kaki kembali.
"Kebanyakan dari mereka itu orang-orang yang sudah tidak dianggap lagi oleh keluarga. Kasihan sekali, padahal justru orang-orang seperti mereka yang sangat butuh support dari orang terdekat." Raffa berujar seperti itu ketika melihat Rachel memperhatikan keadaan sekitar.
Terdapat banyak sekali orang-orang yang sikapnya tidak normal. Ada yang diam melamun dengan pandang kosong, tertawa sendiri, bercanda dengan boneka seolah-olah benda itu adalah seorang bayi, ada juga yang mencabuti satu persatu rumput-rumput pendek di taman, bahkan ada yang sedang berusaha ditenangkan oleh beberapa petugas karena terus berteriak histeris.
Tiba-tiba seseorang dari mereka berjalan mendekati Rachel, rasa takut yang tadi sempat sirna kini kembali menghinggapi hati gadis blonde itu.
"Jangan takut, sambil jalan aja tapi tetap usahakan bersikap biasa, ada aku." Bisik Raffa di telinga Rachel. Sontak saja Gadis itu langsung memegang ujung kemeja Raffa. Raffa sendiri hanya bisa menahan tawa melihat Rachel berusaha menyembunyikan raut ketakutannya.
Orang itu rupanya mendekati Rachel karena tertarik dengan rambut blondenya yang memang tampak mencolok, menyentuh dan memainkannya yang tentunya membuat Rachel merasa takut. Namun itu tak berlangsung lama, orang dengan gangguan jiwa itu langsung pergi setelah puas memainkan rambut Rachel.
Huufft
Rachel pun langsung bisa bernafas lega.
"Kak Raffa sering ke sini?" Tanya Rachel sambil merapikan kembali rambutnya yang sedikit berantakan karena ulah orang tadi.
"Baru beberapa kali, bisa di hitung jari malahan. Aku kan juga sibuk dengan kerjaan." Ujar Raffa yang membuat Rachel mengangguk.
Raffa memanglah orang yang super sibuk, tapi khusus untuk Rachel ia mau mengatur ulang jadwalnya yang sudah di susun dari jauh-jauh hari, meskipun memang kegiatan ini ada hubungan juga dengan pekerjaan mereka.
"Ayo aku ajak kamu ketemu sama pengurus di sini." Ajak Raffa sambil menggandeng tangan Rachel. Menyadari itu Rachel langsung melepaskan gandengan Raffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (on going)
General Fiction"Di dunia ini, ada beberapa hal yang disebut takdir, sisanya adalah pilihan" ~unknow~