Chapter 3. Serangan Musuh

479 32 7
                                    

Yosh! Aku datang kembali 🤗🤗🤗

Jangan lupa tinggalkan jejaknya yeah.

.
.
.
.
.

Happy reading 🥰 😘

CHAPTER 3. SERANGAN MUSUH

Kenapa Kakak harus ikut, sih?!”

Boruto terus menggerutu sepanjang keluar dari stasiun kereta sampai menyusuri hutan Amegakure. Kekesalannya ditunjukan pada pemuda berompi Jounin yang memiliki surai cokelat dengan syal biru melimpir di lehernya.

Dialah Sarutobi Konohamaru. Guru Pembimbing Tim 7 sebelum dikeluarkan setelah Sarada resmi menjadi Chunin.

“Ini hanyalah misi pengawalan tingkat C. Seharusnya Sarada saja sudah cukup sebagai pemimpin rombongan,” dumel Boruto.

Konohamaru menghela nafas jengah mendengar ocehan si remaja pirang yang seolah menolak kehadirannya.

Memang apa yang salah?

Bukan dia yang mengajukan ikut dalam misi, tetapi Hokage Ketujuh-lah yang memerintahkan tugas tersebut.

Naruto hanya terlalu khawatir setelah tragedi penyerangan di Sunagakure, kedamaian Dunia Shinobi menjadi terancam, sehingga ada kalanya misi peringkat rendah melonjak ke tingkat A maupun S.

Meski sepertinya kekhawatiran tersebut tidak terjadi. Setelah memasuki kawasan hutan Amegakure dan menjalani misi pengawalan menemani client mencari tumbuhan liar untuk dijadikan obat, tidak ada tanda-tanda mencurigakan.

“Berhenti menggerutu, Boruto,” tegur Sarada. “Ayo, bantu Kak Hideaki mencari tumbuhan obat. Itu misi kita, kalau kau terus mengoceh kapan selesainya?”

“Iya, aku mengerti. Jangan marah-marah, Sarada. Nanti tidak ada yang mau menjadi kekasih perempuan galak sepertimu.”

“Apa katamu?! Shannaro!”

Keduanya larut dalam pertengkaran, sedangkan Mitsuki tertawa dengan mengatakan hal serupa mengenai pasangan serasi, kekasih yang baik dan sebagainya.

Komentar tersebut justru membuat dua rekannya salting bruntal. Akan tetapi, keseruan itu terhenti saat puluhan kunai dan shuriken bertebaran ke arah mereka.

Konohamaru segera memasang pose siaga sambil berteriak. “Lindungi client.”

Roger.”

Sarada mengambil posisi di sisi kanan Hideaki, sedangkan Mitsuki di sisi kirinya. Konohamaru dan Boruto berada di depan saling membelakangi dengan punggung menempel.

Keempatnya memegang kunai di bawah dagu bersiap menyerah pada kumpulan Ninja Bayaran yang mendarat di dahan pepohonan.

“Siapa mereka, Kak?! Apa ini serangan musuh?” tanya Boruto.

“Sepertinya mereka Nukenin yang menyerang Shinachiku dan Seiza.”

Tanpa sadar Konohamaru membeberkan perihal alasan keterlambatan Naruto, padahal tim 7 tidak pernah mendengar berita tersebut.

Mereka mengira setelah selesai misi, manusia dari dunia alternatif itu langsung menuju kediaman Hyuga untuk istirahat.

“Apa maksudmu? Jadi mereka terluka saat misi?!”

Boruto sedikit cemas. Percayalah dia tidak pernah membenci mereka. Walaupun memendam rasa iri hati, tetapi tidak mendendam.

“Nanti saja ceritanya fokus pada serangan musuh. Ini waktunya membalas dendam,” teriak Konohamaru mengobarkan api peperangan.

HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang