Maaf Minna-san ...
Aku harus hiatus lebih awal, karena ada kendala tak terduga di real life. Sampai ketemu di April mendatang. Ini aku share seluruh Chapter yang udah selesai aku ketik.
.
.
.CHAPTER 19. IBU ATAU BUKAN?
"Ngg--aku di mana?!"
"Akhirnya kau sadar juga, Dobe."
Suara familiar itu membuat pria paruh baya yang semula sibuk mengerjapkan mata melihat ke langit-langit ruangan, menoleh ke sumber suara untuk mendapati siluet pria yang tak asing, Naruto pun duduk menyandar ranjang.
"S--sasuke? Apa yang terjadi?"
"Kau tidak ingat?!"
Yang dipanggil justru balik bertanya, karena memang selepas sahabat pirangnya jatuh pingsan, Sasuke membawa Naruto ke ruangan perawatan untuk diperiksa Sakura, yang mengatakan jika rekan setim mereka baik-baik saja, hanya terkena syok berat.
Kemudian Shikamaru membubarkan pertemuan dengan memberi arahan kembali ke tugas masing-masing. Di mana Penasehat Hokage pergi membantu Rokudaime, Sai menuju ke Divisi Intelegent, sedangkan yang tersisa menjalani urusan mereka sendiri.
"..."
Melihat kebisuan si pirang tua yang terlihat sedang berpikir keras, membuka ruang memori-nya, Sasuke pun membantu mengingatkan. "... Kau pingsan saat melihat foto-foto Boruto."
"Sial! Aku lengah." Naruto mendecak kesal, raut wajah melukiskan kemurkaan, kepalan tangan menguat, meninju paha-nya dalam amarah membuncah. Kekecewaan pada diri sendiri telah sampai ditahap tak terampuni.
"... Bagaimana bisa aku membiarkan penguntitan terjadi selama bertahun-tahun?!" keluhnya terguncang.
"Itu membuktikan betapa hebat pelaku."
"Dan bukti gagalnya aku menjadi seorang Ayah."
Plak!
"Baka Naruto!"
Bukan hanya menampar, tapi Nanadaime pun menghakimi persona-nya, tidak peduli jika akan menyakiti, dia pantas mendapatkan itu semua karena lalai menjaga Boruto, bahkan dalam taraf mengenaskan dengan tidak menyadari bahaya di sekitar putranya.
"... Kau benar-benar goblok membiarkan penjahat beraksi tepat di depan matamu, Sialan!" amuk Naruto. "Bagaimana bisa kau tidak menyadari itu?!"
Plak! Plak!
Naruto melayangkan tamparan bertubi-tubi, rasa panas di pipi bergurat mulai terasa, bahkan itu sudah memerah, tapi tidak kunjung dihentikan.
"Sekarang aku mengerti kenapa Boruto memanggilku Kuso Oyaji! Kau memang brengsek!"
Plak! Plak! Plak!
Setitik air mata pun jatuh menuruni pipi saat dengan pahit Nanadaime mengungkapkan. "Kau tidak pantas menjadi ayahnya!"
Geplak!
Namun, saat akan melukai diri lagi, itu sudah lebih dulu tertahan oleh toyoran di kepalanya, membawa suasana tegang menjadi lebih tertata, dan itu disertai teguran pedas menusuk sampai ulu hati.
"Kau tidak perlu repot-repot menyakiti dirimu sendiri, Usuratonkachi! Karena aku bisa melakukannya."
"..."
Ancaman itu membuat Naruto bungkam, tangan yang semula menyakiti jatuh dalam keputusan asaan. Seakan seluruh tenaga telah menguap, menghilang tertiup angin.

KAMU SEDANG MEMBACA
HATI YANG PATAH
FanfictionCharacter by Masashi Kishimoto Warning!! 21++ Cerita ini mengandung tema DARK SADISTIC GORE. Sejak kedatangan Shinachiku yang merupakan (anak NaruSaku dari dimensi lain) kehidupan Boruto semakin kacau. Ayahnya (Naruto) lebih bangga terhadapnya. Mere...