Chapter 5. Kenangan Boruto

526 33 23
                                    

Hai, Minna-san ....

Selama seminggu ini aku mau Hiatus dulu untuk fokus membuat tabungan bab🤗. Baik cerita ini maupun Misi Negeri Otsutsuki.

Tetap tunggu update-an ceritaku, ya🥺 See you 🥰
.
.
.
.
.
.

CHAPTER 5. KENANGAN BORUTO

“A—pa yang ….”

Naruto tidak kuasa melanjutkan saat melihat Shizune menanggalkan gaun merah muda yang dikenakan Boruto, tampaklah tubuh putih mulus itu ternoda bercak kemerahan dan lembab keunguan, beberapa di antaranya terlihat bengkak.

Akan tetapi, bukan itu yang membuat nafas Naruto tercekat, melainkan area pribadi Boruto yang diselimuti cairan putih kental.

Tentu di usianya yang tidak lagi muda, yakni 34 tahun, Naruto jelas mengenali benda tersebut, terlebih saat Shizune membersihkan bagian belakang tubuh putranya pun semakin banyak yang tumpah.

Tak ayal isak tangis Sakura semakin kuat, sedangkan Shizune yang membersihkan sekitar paha bagian dalam Boruto dengan air hangat dan handuk kecil turut meneteskan air mata.

Raut wajah Nanadaime berubah nanar, bahkan geraman kemarahan Kurama tidak kunjung menyadarkan Naruto dari trans.

“Naruto … Boruto telah diper____”

“Tidak. Jangan katakan itu!” teriak Naruto cepat.

“Putraku baik-baik saja. Dia masih kecil, tidak mungkin dia mengalami … tidak mungkin ….”

Sebisa mungkin pria pirang itu menolak fakta yang terpampang nyata. Udara di sekeliling pun seakan memusuhi, terasa sesak dan menyakitkan.

Naruto kesulitan bernafas!

Segera saja Sakura memegang pundaknya untuk membuat Hokage Ketujuh tetap dalam kondisi stabil.

“Tidak, Naruto. Bernafaslah! Boruto membutuhkanmu.”

Seolah matra, Naruto mencoba mengatur deru nafasnya agar kembali normal, meskipun terasa sulit dengan kenyataan yang ingin disangkal.

Akan tetapi, fakta sudah berbicara dengan ditemukannya cairan laknat sialan itu di tubuh Boruto.

“Maaf, Sakura-chan. Aku ….” Naruto kesulitan merangkai kata. “Aku takut.”

Sakura mengukir senyum tipis sebagai bentuk penghiburan. “Kita lewati ini bersama, ya?!”

Naruto pun menghela nafas. “—Baik.”

Sakura menatap ragu, tetapi memilih tidak mempermasalahkan lebih lanjut. Setelah mengusap air mata di pipinya, Nyonya Uchiha segera mengalirkan Ninjutsu Medis untuk menyembuhkan luka ruam dan memar di pangkal paha Boruto.

Shizune sendiri beralih membuka perban di dada Boruto untuk mengurus luka sayatan pedang yang mengeluarkan sedikit darah.

“Apa yang harus aku lakukan?! Dia ….”

Naruto meneguk saliva pahit saat mengingat jenis tatapan Boruto untuknya tadi.

“... Bolt sepertinya takut melihatku.”

“Mungkin itu faktor dari trauma-nya,” jawab Shizune. “… menjadi korban pelecahan seksual bukan hal sepele. Akan sulit menyembuhkan mentalnya nanti.”

Naruto tertegun, ketakutan dalam benaknya semakin beranak pinak. Sungguh, kenapa harus putranya yang mengalami tragedi memilukan ini?!

“Apa tidak ada yang bisa kita lakukan, Kak Shizune?” tanya Naruto penuh harap.

HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang