Chapter 12. Dokter Favorit

196 25 26
                                    

Wahhh, aku suka sekali membaca comentar kalian, aku jadi ngebut ngetiknya ngueeengg 😁😁 soalnya stok draf-nya yang udah selesai cuman ada sampe 13, yang nggak sengaja aku publish kemarin

Tapi kalau tanggapan kalian sebawel itu aku makin semangat 🥰🥰 silakan menebak-nebak apa yang terjadi pada Menma ☺😉
.
.
.
CHAPTER 12. DOKTER FAVORIT
.
.
.

"Hah ... Huh ... Bajingan."

Uchiha Sakura, terduduk lemas dengan tangan menjauh dari piral rusak, yang membawanya menuju salah satu kenangan di hari-hari terburuk dalam hidup Boruto. Rekaman tayangan yang hanya berisi kesengsaraan, penderitaan, kesakitan dan kepahitan tiada batas.

Keringat dingin pun menuruni pelipis, deru nafas melengking, tubuh gemetar menahan kepedihan, telapak tangan mengepal, bibir ranum digigiti dengan gelisah, Sakura tidak menduga bahwa sebagai ninja medis profesional, dia tidak bisa menangani krisis lain kegelapan dunia.

Tidak heran sang sahabat mencoba memperingati, ternyata melihat secara langsung memori bernuansa porno itu sulit diterima, terlebih pemain dalam film memakai wajah yang sangat akrab, rekan Tim 7, yang telah berkontribusi bersama hampir separuh usia, belum tema-nya tentang seks di bawah umur dan penyimpangan.

Namun, tidak ada yang bisa dilakukan guna merubah stigma bengkok itu, karena fakta di lapangan menunjukan bahwa bagi Boruto, Sang Ayah-lah yang berperan sebagai predator. Itu bukan lagi tahap trauma tapi sudah depresi, terbukti dari tindakan yang mencoba melukai diri.

"... M--mereka benar-benar tidak waras."

Sakura mencela selepas terbebas dari trans. Namun, nada suara masih tersendat campuran dari ketidakpercayaan dan rasa jijik serta sumpah serapah bagi si Nukenin, yang dengan licik menyusun rencana jahat menggunakan teknik Henge No Jutsu, mencuri identitas ayah si korban.

"Bagaimana bisa mereka melakukan itu pada seorang anak?!" Sakura terluka.

"Boruto ... malang sekali nasibmu, Nak."

Dengan menumpu tangan di dinding, Sakura bangkit berdiri untuk pergi ke piral lain yang perlu dibenahi. Tidak ada guna mengumpat dan mengutuk si penculik, biarlah itu menjadi tugas regu pencari, regu intelegent dan regu eksekusi.

Tugas Nyonya Uchiha sebagai dokter adalah menyembuhkan pasien agar bisa kembali beraktivitas normal, terlebih Boruto seorang Shinobi. Aliran cakra sangat penting, sehingga miliknya yang terserang virus harus cepat mendapat penanganan insentif. Untuk itu, penelitian yang dikembangkan Sakura dan Shizune tidak boleh gagal.

Dengan sempoyan, Mama Sarada menyebrangi air tergenang guna memperbaiki tembok retak di seberang yang tersisa cukup banyak. Langkah kaki itu tidak secepat diawal yang diselimuti gairah semangat, dia masih terguncang hebat, isak tangis pun melantun lirih.

"Hiks, kau benar, Ino. Ini terlalu mengerikan."

Wanita yang dulunya bermarga Haruno sempat terpikirkan ide meriset ulang pikiran Boruto dengan membuatnya hilang ingatan, tapi terlalu beresiko bagi perkembangan syaraf, yang bisa memicu penyakit Alzheimer, dan cepat atau lambat kemungkinan akan terbongkar, dan situasi bisa bertambah runyam, itu hanya bertahan jangka pendek.

Sakura pun menyimpan rencana tersebut untuk diri sendiri, meletakannya di pojokan ruang pikiran. Namun, jika situasi tak kondusif, terpaksa dia akan berkonsultasi dengan Tsunade Shishou, guna membahas jalan keluar alternatif itu, sekarang fokus saja menyelesaikan pekerjaan di depan mata.

HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang