Chapter 13. Angkara Malam

227 26 26
                                    

Teori kalian meliar sekali Minna 🤣🤣 tapi aku kasih bocoran dikit. Hanya ada satu Menma, hanya ada satu Shinachiku dan hanya ada satu Boruto.

Nanti ketiga Universe itu saling berkaitan. Thanks to coment-nya. Aku suka bacanya bikin semangat 🥰🥰😍

.
.
.
.

CHAPTER 13. ANGKARA MALAM
.

.
.

Sedangkan Naruto mengepalkan tangan menahan gejolak emosi, Hinata mencoba menguasai diri meski hati remuk redam. Kenangan kemarin hanyalah sebagian kecil penderitaan, tidak lebih dari 61 hari dan tersisa 310 hari lagi.

Bahkan tidak setengah pun, dan Byakugan No Hime tidak sanggup membayangkan apa saja yang terjadi selama kurun waktu itu, yang bisa Hinata lakukan hanyalah pekerjaan remeh memasak makanan lezat agar anaknya tidak kelaparan, tapi itu pun sukar karena Boruto tenggelam terlalu jauh.

Sang Putra tidak bisa membedakan dua hal berbeda, bahwa Naruto tidak akan pernah menodainya seperti sentuhan tak senonoh si Topeng Rubah. Tapi itu bukan kelemahan Boruto, karena dia telah berjuang keras.

Bukan salahnya jika jatuh dalam dominasi pria lain, level kekuatan dan usia saja jelas tak setara. Belum lagi kelicikan si Cabul yang menciptakan delusi kebohongan, mengikis habis kepercayaan Boruto untuk sang terkasih.

Dengan mengukir senyum tegar, Hinata pun meralat. "Maaf ... Ibu keliru, maksud ibu adalah Jagoan Kecilku."

"..."

Dan Boruto tidak membantah ini, meski kebingungan terlihat jelas di manik biru yang penasaran. Sejak kapan Nyonya Uzumaki memanggilnya dengan sebutan itu?

Jagoan Kecil ... Itu adalah nama panggilan saat sebelum berubah menjadi monster, kan?!

Apa Nyonya Uzumaki ini lupa? Atau terbawa suasana? Mungkinkah ...

Tipuan ini ... Untuk hukuman mengerikan apa lagi?!

"Apa Boruto tidak lapar, Nak?"

Hinata bertanya sedangkan Naruto diam menyimak. Sadar diri, jika ikut bertindak akan memperburuk suasana.

"Ibu memasaknya dengan penuh cinta khusus Putra Ibu yang hebat. Ayo, makanlah sedikit saja," rayunya.

Bujukan itu terasa sangat manis, Boruto pun terpana. Dia rindu ...

... Tapi segera digantikan ingatan yang menyerang tak terkendali.

***

Seorang wanita dewasa bersurai hitam pendek mencondongkan diri di hadapannya dengan tangan memegang sendok perak. Raut wajah melukiskan kemarahan tak terbendung.

"Makan, Bocah Nakal!"

Henge Hinata menyodorkan sup ke mulut Boruto yang terkatup rapat. Dia tidak mau memakannya, karena hidangan itu pasti terkontaminasi obat perangsang. Selepas menyantapnya, Menma akan datang bak pahlawan menawarkan belaian pelepasan.

"A--aku tidak lapar," tolak Boruto.

"Aku tidak peduli!" Nyonya Uzumaki menyentak kasar. "Jika kau mati maka akulah yang akan kena marah, Naruto-kun."

"A--aku tidak berniat mati ... aku hanya tidak berselera makan."

"Ck! Jangan bertele-tele. Buka mulutmu, Brengsek!"

HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang