Jangan lupa tinggalkan jejak. Like, vote dan coment. Biar aku semakin semangat melanjutkan ceritanya. Aku butuh motivasi Minna 😌😌
.
.
.
CHAPTER 8. HIKS! SAKITCup! Cup! Cup!
Bunyi kecipak basah memenuhi ruangan. Meski teriakan minta tolong bergema kuat, tapi pria yang mencumbu itu tidak kunjung urung menjauh dari atas tubuhnya.
Seakan-akan memang sengaja menulikan liang pendengaran demi bisa menuntaskan nafsu syahwat, dengan terus melecehkan remaja pirang yang dijerat di bawah naungan tangan-tangan kekar, yang menahan pergerakan mencegahnya meloloskan diri.
“Hiks … Ayah kenapa?”
Dengan air mata bercucuran membasahi pipi bergaris, Boruto melihat ke atas langit-langit kamar dengan tatapan nanar, tak lagi bisa membela diri untuk mengusir pria dewasa yang menindihnya, asyik mengecupi leher putih itu untuk membuat tanda kissmark yang semakin pekat, menandakan betapa kuat Menma menghisapnya.
Namun, dalam penglihatan Boruto itu dilakukan oleh Uzumaki Naruto, yang membuat perasaannya berkali-kali lipat jauh lebih sakit.
Hancur ....
Terguncang ...
Dan merana.
Kedua tangan kecilnya sudah beberapa kali mendorong tubuh Sang Ayah menjauh, tapi hanya untuk ditangkap dan ditampar kasar, kemudian pergelangan tangan pun dicekal di tahan di atas kepala, guna mengakhiri perjuangan.
Jijik ... itulah yang dirasakan.
“… Kenapa melakukan ini padaku?”
Dengan suara parau, Boruto menuntut kejelasan. Sudah cukup memberontak hanya untuk tamparan yang membuat pipinya membengkak. Tangisan pun hanya ada untuk memecut gairah semakin liar.
"Karena aku tidak mengerti. Aku sungguh tidak mengerti, Ayah."
Bukan merasa iba, Menma justru mempertajam cumbuan, sehingga bibir kecil mengerang, menahan perih di tengkuk leher, yang ternoda bercak kemerahan hasil karya pria yang seharusnya menjaga justru melemparkan dalam jurang penderitaan.
"Akkkhhhh ..."
Lantas, pertanyaan itu membuat Hente Naruto menghentikan kegiatan panasnya dan mulai menjaga jarak, tapi cengkalan serta jerat di tubuh Boruto belum dilepaskan. Menma masih menaungi tubuh remaja yang didominasinya dengan mengukir seringai keji.
“Jangan menangis, Sayang.”
Dengan lembut, Menma mengusap pipi Boruto yang ternoda air mata. Namun, bukannya berhenti, malah semakin banyak yang tumpah.
“---Itu membuatku semakin ingin menodaimu.”
“Ja--jangan” Boruto meminta dengan nada memohon. “Ayah tidak bisa melakukan itu! Tidak boleh!” bantahnya kalang kabut, kembali tubuh itu menggeliat, mencoba melepaskan diri dari kurungan Sang Ayah.
“Aku selalu bisa mendapatkan apapun yang kuinginkan," tutur Henge Naruto percaya diri.
“T—tidak, Ayah. Kumohon …”
“Turuti saja perintahku, Sayang."
Dan saat Menma akan kembali menciumnya, dengan kecepatan kilat, Boruto membenturkan dahinya dengan milik pria itu, sehingga geraman marah menggema dan jeratan di pergelangan tangan pun mengendur.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATI YANG PATAH
FanfictionCharacter by Masashi Kishimoto Warning!! 21++ Cerita ini mengandung tema DARK SADISTIC GORE. Sejak kedatangan Shinachiku yang merupakan (anak NaruSaku dari dimensi lain) kehidupan Boruto semakin kacau. Ayahnya (Naruto) lebih bangga terhadapnya. Mere...