Maaf, aku baru update lagi. Soalnya aku habis ganti hp, dan password Gmail untuk login ke akun ini lupa, jadi nggak bisa masuk.
Mau buat akun baru juga kepalang males banget mulai dari nol. Beruntungnya HP-ku yang lama masih bisa dibetulin, jadi bisa update lagi.
Untuk Update-an cerita lain otw
Terus kasih aku semangat dengan coment kalian, aku suka sekali ... 🥰
.
.
.CHAPTER 6. WAKTU MANIPULASI
.
."Bolt! Dia menungguku."
Naruto jatuh dalam keputusasaan saat melihat kenangan Boruto di hari pertama penculikan. Rasa sakit yang dihadapi sang anak turut melukai hatinya, tidak terkecuali bagi Hinata yang pelupuk matanya tergenang embun kesakitan.
"Aku seharusnya datang menyelamatkan dia hari itu," gumam Naruto pilu. Penyesalan kian membayang.
Melihat keputusasaan sang suami, segera saja Hinata yang berdiri di samping Naruto, menggenggam tangan berbalut perban putih itu, mencoba menenangkan serta berbagi kekuatan.
"Naruto-kun ... kau sudah berusaha keras. Ini bukan salahmu," hibur Hinata mengulas senyum yang tak sampai ke hati.
Bagaimanapun seorang ibu sama rapuhnya jika itu menyangkut buah hati mereka. Namun, demi sang belahan jiwa, Nyonya Uzumaki akan berusaha tegar.
"Tapi dia bahkan mengira aku tidak mencarinya," ujar Naruto.
Hinata menggeleng. "Boruto hanya berusaha bersikap tegar."
Sementara keduanya saling menghibur, Ino melangkah menuju pintu lain dan bersiap untuk membukanya.
"Apa kalian siap melihat kenangan selanjutnya?!" tanyanya.
"Iya," jawab pasangan NaruHina kompak.
Dan mereka kembali menjelajahi ingatan Boruto.
***
Hari Ketiga ....
Boruto tidak tahu sudah berapa lama terkurung di ruangan kumuh ini. Ketiadaan sinar mentari membuatnya tidak bisa menentukan waktu, yang pasti setiap detiknya sangat menyiksa.
Rasa lapar dan haus pun menjadi salah satu inti penderitaannya. Namun, tidak ada makanan maupun minuman yang bisa disantap. Bahkan tiada satu orang pun yang datang mengunjunginya ke tempat asing ini.
Seolah-olah dia memang telah ditinggalkan sendirian.
Boruto mengerang pilu. "Ayah ... di mana?!" cicitnya dengan suara parau sarat akan penderitaan.
Tidak terhitung berapa banyak air mata terjatuh, hanya untuk berakhir sia-sia. Tidak ada satu pun orang yang datang menyelamatkannya dari Neraka Dunia yang telah merenggut kebebasannya ini.
"Kenapa sulit sekali menemukanku, Ayah?!" runtuk Boruto terluka. "Aku lelah ... aku ingin pulang, hiks."
Akan tetapi, harapan apapun yang digaungkan bibir kecilnya tetap tidak terwujud. Manik mata pun beralih ke arah wastafel dan closet dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATI YANG PATAH
Fiksi PenggemarCharacter by Masashi Kishimoto Warning!! 21++ Cerita ini mengandung tema DARK SADISTIC GORE. Sejak kedatangan Shinachiku yang merupakan (anak NaruSaku dari dimensi lain) kehidupan Boruto semakin kacau. Ayahnya (Naruto) lebih bangga terhadapnya. Mere...