Chapter 11. Hisap Atau Dia (M)

270 27 40
                                    

Yang mau berteori silakan saja, aku suka baca coment-nya, itu jadi bikin aku semangat melanjutkan lebih cepat.

Btw ini flashback terakhir dari ingatan Boruto yah, kedepannya hanya berupa cuplikan-cuplikan seperti di Chapter 4.

.
.
.

CHAPTER 11. HISAP ATAU DIA?
.
.
.

"Hiks ... Hiks ... Hiks."

Boruto duduk meringkuk di ujung ruangan, wajah tersembunyi di lipatan lutut. Tidak henti bibir itu terisak menahan duka. Sejak kejadian pelecehan oleh Menma, ternyata Boruto tidaklah dibawa pulang, melainkan berakhir di ruang penyekapan.

Jelaslah sudah, bahwa Sang Ayah memang bekerja sama dengan komplotan si Topeng Rubah. Betapa naif Boruto, karena tidak menyadari hal tersebut, padahal Yuriko terang-terangan membeberkan clue untuk dipecahkan.

Pantas si Jingga mengetahui informasi rahasia tingkat SS perihal manusia dimensi alternatif, ternyata ada orang dalam yang bermain. Dan otaknya adalah Naruto. Betapa mulus Hokage membuat skenario menipu Aliansi Shinobi dengan menyerang Shinachiku, Seiza dan Tim 5 agar tidak dicurigai.

Bahkan Boruto pun teringat peristiwa dua bulan lalu, di hari penculikan, sebelum pingsan sempat melihat siluet familiar, yang memiliki tiga goresan di pipi. Berarti yang menyerang Tim 7 adalah Sang Ayah. Tidak heran mengapa musuh begitu kuat, tak bisa dikalahkan mode sennin Mitsuki.

Boruto-lah yang bodoh karena ditipu lebih dari sekali, bahkan pembicaraan di ruang kerja pun termasuk kebohongan. Jika saja si pirang cepat menyadari dengan tidak tergiur tawaran Sang Ayah, dan melanjutkan aksi merajuk menolak misi, maka Rencana Naruto akan gagal total.

Tapi di sinilah Boruto berada, terjebak dalam perangkap permainan orang dewasa. Dia bagai burung dalam sangkar. Di kurung, tak berdaya, tidak bisa keluar jika bukan si pemilik yang membukakan pintu.

"Hiks ... K---kenapa?"

Semalam saat terjaga, Boruto sudah memakai pakaian lengkap, tidak lagi telanjang bulat seperti terakhir kali. Namun, kain yang melekat di tubuh sintal pun bukan lagi kaos longgar, melainkan pakaian perempuan berupa dress super mini. Itu menampar telak kelelakian-nya.

"K---kenapa Ayah, hiks?"

Namun, apa daya?!

Boruto memang sudah terjamah, dikecupi, dihisap dan dinikmati bak hidangan lezat. Bahkan furniture dalam ruang penyekapan bertambah. Ada ranjang, lemari, meja rias, kursi dan lain-lain.

Henge Naruto sangat serius memaksa si pirang muda tinggal di sini. Menjadikan dia boneka seks yang dipakai saat butuh untuk meleburkan hawa nafsu. Dan itu membuatnya benci dan jijik pada Sang Ayah. Dalam hati pun terus mendamba agar cepat tersadarkan.

"I--ibu ..." Boruto memanggil Hinata. "Ayah sudah berubah. Dia ... dia benar-benar jahat!"

Si pirang semakin mengeratkan pelukan pada diri sendiri. "A--ayah tidak lagi menyayangiku sebagai anak."

"Ibu tolong jemput aku! Aku takut. Ayah seperti monster."

Namun, apapun yang digumamkan hanya ada keheningan. Tapi itu lebih baik dari pada erangan, jeritan, tangisan dan geram kepuasan yang menghantui. Pemerkosaan itu membuat Boruto terserang mimpi buruk, tidak berani terlelap, takut ditekan kembali ke ranjang.

HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang