-Satu proses yang berhasil kulewati-
.
.
.🦋🦋🦋
5 orang perawat masuk secara bergantian, mereka dengan tekun merawat nona muda yang kini sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit.
"Dia seperti putri tidur yang sedang menunggu seorang pangeran untuk datang menolongnya." Ucap Sakura sambil mengelus pelan pemilik surai coklat yang kini sedang terbaring tak sadarkan diri di ranjang pasien.
"Sudah dua hari berlalu tapi Rei belum juga memberikan tanda-tanda membaik." Ryuu merasa gelisah, apalagi sekarang dia sedang memegang lembaran kertas yang isinya adalah hasil visum adiknya ini. Makin lemah hatinya saat membaca hasil pemeriksaan kesehatan adiknya itu.
Beberapa jam yang lalu Dokter yang menangani Rei datang ke ruang rawat inap mereka. Dokter tersebut memberikan laporan tentang pemeriksaan yang mereka lakukan sehari yang lalu, dan hasilnya adalah jika keadaan koma yang dialami oleh pasien disebabkan oleh syok berat disertai debaran jantung yang meningkat cepat dan juga hipotermia. Kedua penyebab itu sudah mampu menumbangkan tubuh rei yang rapuh.
Mendengar penuturan tersebut, ketiga orang dewasa itu saling menatap dengan wajah penuh khawatir. Apa yang dilalui sang adiknya ini sangat gila. Kalau saja Rei tidak kuat melewati waktu kritis ini, mungkin Tuhan sudah memanggil untuk datang ke sisi-Nya.
"Pil yang ada di kamar, dari mana dia mendapatkan obat penenang berdosis tinggi itu?" Tanya Kyoya yang lebih penasaran dengan obat-obatan yang mereka temukan berserakan di lantai.
"Aku rasa Rei diam-diam membelinya dari luar. Betapa tidak bergunanya kita sampai-sampai Rei harus meminum obat-obat itu untuk menenangkan semua tekanan yang keluarga ini berikan padanya." Ryuu memukul kepalanya sendiri, kenapa dia bisa kecolongan seperti ini. Padahal dia mengira dia sudah mengurus Rei dengan benar.
Sakura hanya bisa menatap tak berdaya saat Ryuu sibuk menyalahkan dirinya sendiri. Gadis ini tidak bisa berbuat banyak, hanya kehangatan yang bisa dia berikan untuk sang adik, genggamannya tidak pernah lepas dari tangan Rei.
Tok tok tok
Suara pintu yang diketuk itu mengalihkan perhatian mereka, Kyoya membuka pintu kamar rumah sakit itu, mengesernya yang lalu memperlihatkan seorang gadis yang kini wajahnya sudah sembab karena menangis dalam perjalanan.
"Maafkan Kazuha karena sudah membuat Rei kehujanan." Kazuha membungkuk meminta maaf. Gadis ini benar-benar merasa bersalah.
"Tidak Zuha, ini bukan salahmu." Sakura berlari menghampiri sahabat adiknya ini, "Berdirilah, dan jangan menyalahkan dirimu sendiri." Sakura mengelus pelan kepala Kazuha.
Mendapati tanggapan yang berbeda dengan bayangannya, Kazuha langsung menangis histeris. Rasanya dia sudah salah karena telah memutus hubungan pertemanannya dengan Rei, buktinya kebaikan gadis itu juga ada di dalam kakak-kakaknya. Dia sangat menyesal, dia ingin berbaikan dengan Rei, tertawa dengannya lagi, tapi harapannya belum bisa terwujud karena sekarang Rei hanya bisa berbaring lemah di atas ranjang.
"Zuha ingin Rei bangun." Kazuha mengelus pelan punggung tangan Rei yang terdapat infus itu.
"Rei dengar tidak? Sahabatmu ini sampai menangis seperti bayi, kamu harus segera siuman untuk bisa melihatnya secara langsung, lalu berbaikanlah dengan anak bayi ini." Sakura memberi tawa kecilnya, semoga saja kehangatan yang diberikannya itu bisa diterima oleh Rei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight and Butterflies [🌕🦋] Lizrei
FanfictionPertemanan online, hubungan yang tidak mengetahui identitas satu sama lain, tapi hubungan mereka awet-awet aja. Kok bisa?? Liz dengan nicknamenya eLizzabeth_thengabers☕ mencoba mencari teman online karena gabut aja, beruntungnya ia bisa bertemu deng...