Moonlight and Butterflies - 4

190 26 1
                                    

🌕🌕🌕

Di jalanan yang ramai ini, Liz mengendarai vespa scooter nya menuju sekolah, karena mulai hari ini dia akan dispen untuk melakukan latihan paduan suara, tempatnya berada di Gedung Auditorium di Jakarta Selatan.

“Teh Abel, kenapa nggak dianter supir aja berangkatnya?” Tanya Leeseo yang duduk di jok belakang. Adiknya ini sebenarnya bisa berangkat bersama Yujin, tapi dia malah ikut Liz yang naik motor, nyari angin sepoi, katanya.

“Semalem kan udah bilang kalau hari ini ada dispensasi, jadi biar nggak repot antar jemput, mending bawa motor sendiri.” Balasnya sambil manatap adiknya dari kaca spion.

“Oh iya, btw semangat ya. Leeseo seneng banget kalau teh Abel udah mulai aktif lagi buat tampil. Apalagi ini buat acara gede, Aa Yujin aja sampe kaget pas tau teh Abel di undang langsung, VVIP gitu lho.”

“Hmm, tapi aku belum bilang mama sama papah soal ini.” Ujarnya tampak murung. Kedua orang tua Liz sangat sibuk akhir-akhir ini, mereka juga jarang ketemu. Sekarang saja mama dan papahnya itu sedang berada di luar negeri karena urusan bisnis.

“Soal mamah dan papah biar adek sama Aa Yujin yang ngurus. Dijamin saat denger kabar teteh Abel jadi perwakilan anak SMA buat masuk padus nasional, mereka bakal pulang dan nonton teteh secara langsung.” Adiknya ini menepuk pundak Liz, menyemangati sang kakak agar tidak terlalu murung.

“Makasih dek.” Liz tersenyum, lesung pipinya itu tercetak jelas di wajah manisnya itu, membuat Leeseo gemas dibuatnya.

Punya kakak kok pada good looking yah.” Batin Leeseo ingin sekali mencubit pipi kakak perempuannya ini.

***

Jam dinding yang ada di kelasnya itu kini menunjukkan pukul 09.00, tepat bel istirahat berbunyi.

Di bangku belakang ada Liz, Wonyoung, Hiyyih dan Jungwon yang sedang mengobrolkan hal serius.

“Ajak gue Bel.” Sambar Hiyyih dengan muka memelas.

“Heh tengil, kamu di kelas aja. Lupa apa sama jabatan ketua kelas. Bisa-bisanya kepikiran buat bolos.” Ujar Wony pada ketua kelasnya itu.

“Lo yang pergi, gue yang repot nanti.” Timpal Jungwon mengomentari. Dirinya yang wakil ketua ini bakalan repot kalau Hiyyih tidak ada di kelas.

Hiyyih menatap sinis temannya ini, “Cih, gue kan juga pengen healing.” Bola matanya berbutar jengah.

“Udah tenang aja, aku bakal kirimin kamu foto yang banyak pas aku udah sampe di sana.” Balas Liz membuat Hiyyih senang mendengarnya.

“Abel gue emang yang terbaik, sekalian yah Bel kalau kamu liat artis cogan yang lagi latihan ngeband di sana, fototin aja yang banyak, gue tampung kok.” Ceplos Hiyyih ini sontak mendapat tabokan dari Wony dan Jungwon.

Keempat sahabat ini tertawa lepas, hubungan mereka bisa dibilang sangat akrab karena mereka sudah berteman sejak kelas sepuluh, beruntungnya sekarangpun mereka bisa sekelas kembali. Tapi khusus Wonyoung, anak ini sudah mengenal Liz sejak mereka masih kecil karena kedua orang tua mereka berteman.

Tok Tok Tok
Pintu kelas diketuk, seorang osis berdiri di ambang pintu kelas.

“Hikaru.” Sapa Hiyyih pada anak osis itu.

“Hai Hiyyih, eh btw aku kesini nyari Abel sama Wony. Bu Suha manggil kalian, ciee ada yang dispen nih.” Goda Hikaru dengan nada tengilnya.

Liz dan Wony tersenyum sombong, “Orang sibuk nih.” Ucapnya bersamaan.

“Bye semua, pulang duluan ya. Abelnya aku culik dulu.” Wajah Wony sangat julid abis sambil menggandeng Liz, ditambah ekspresi tengilnya itu. Beuh, cocok buat dicubit.

Moonlight and Butterflies [🌕🦋] LizreiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang