Moonlight and Butterflies - 17

174 17 9
                                    

-Malam yang indah-

.
.
.

🌕🌕🌕

Setelah beberapa jam berada di rooftop restoran, Liz merasa sedikit meriang. Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul 7 malam, dimana mereka berada di atas ketinggian yang ketinggiannya itu bukan main, sebutannya saja rooftop tertinggi di Jakarta. Yang otomatis udara disana pasti lebih dingin.

Walau dirinya kedinginan, Liz lebih khawatir lagi pada gadis yang ada di sebelahnya itu. Ditatapnya seluruh bagian tubuh gadis itu yang hanya mengenakan balutan dress selutut. Itu pasti dingin sekali bukan?

Entah perasaan apa yang membuatnya bertindak untuk melepaskan jaz miliknya itu. Dengan lembut Liz memakaikan jaz itu ke bahu Rei. Lalu merapihkan sudut jaz yang sedikit kusut. Perbuatannya itu dilakukan tanpa alasan, dia hanya ingin agar Rei tetap hangat.

Terkejut dengan perhatian yang diberikan Liz untuknya itu. Rei membalas dengan senyuman.

"Liz, kamu tau? Sekarang kamu itu terlihat..." Ucap Rei menggantung.

Liz menaikan satu alisnya, bingung dengan perkataan Rei yang nanggung itu.

"Aku apa? Aku aneh ya?" Tanya Liz polos.

"Tidak. Aku suka dengan sikap mu yang seperti ini. Walau terkadang kamu itu kurang peka, tapi di sisi lain kamu itu perhatian." Rei menggenggam tangan Liz lalu berbalik menatap langit.

"The Moon is beautiful isn't it?" Ucap Rei yang lalu menoleh lagi ke arah kucing manis itu.

"But the moon can't match your beauty." Jeder, hati Liz langsung berdebar saat mendengar tuturan Rei itu.

Liz memalingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan wajahnya yang sudah merah merona.

"Diar sadar nggak sih sama apa yang udah dia ucapin itu? Maksud aku itu, kalimat itu kan dipake cuma buat pacar or gebetan doang. Nggak ada tuh kasus sahabat ngomong begitu ke temennya." Batin Liz dalam hati, menebak-nebak apakah Rei tahu dengan maksud ucapannya itu, atau itu hanya candaan belaka.

"Liz?" Rei mencoba mendapatkan perhatian Liz dengan mengayunkan tangan Liz yang sedari tadi digenggam.

"Hemm?" Liz langsung berbalik, menyahut panggilan dari Rei.

"Kita turun yuk, aku tau banget kalau kamu juga kedinginan." Tunjuk Rei pada tangan Liz yang sudah merah, dia juga merasakan kedinginan yang berasal dari tangan kucing itu.

"Okey." Liz mengangguk setuju.

.
.
.

Mereka berdua akhirnya turun, meninggalkan tempat date yang sangat berkesan bagi keduanya.

Di depan gedung hotel itu, Liz menarik Rei lebih dekat padanya.

"Jangan pulang dulu, sekarang giliran aku buat ajak kamu jalan-jalan." Liz menunjukkan arloji miliknya.

Waktu belum mengijinkan keduanya untuk pulang, karena sekarang adalah waktu dimana kota Jakarta menjadi hidup.

Liz mengajak Rei berkeliling kota, salah satunya mereka pergi ke taman. Dengan menaiki scooter yang disewa, Liz menyetir dengan ahli.

Moonlight and Butterflies [🌕🦋] LizreiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang