Moonlight and Butterflies - 30

110 15 2
                                    

-Apa yang terjadi? Duniaku hampa tanpamu!-

.
.
.

🩹🩹🩹


Setelah pengakuan tadi, Liz kini merasa tenang dan bahagia. Pasalnya rasa takut yang ada dibenaknya itu tidak menjadi kenyataan. Sekarang dia hanya perlu perfikir positif tentang hubungan yang dijalaninya dengan Rei.

Di saat semua orang sudah kembali ke kesibukannya masing-masing. Liz diam-diam berjalan ke arah ruang kerja sang Ayah.

Ada satu hal yang dia butuhkan di sana, dan hanya di tempat ayahnya itu dia bisa mendapatkan apa yang dia cari.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat fokus Ratansyah yang sedang sibuk dengan berkas perusahaan itu menjadi terhenti.

Kaca mata yang menggantung di wajah tampannya itu dia lepas. Matanya menatap kehadiran Liz yang berdiri dengan senyum ada maunya.

Tanpa bertanya pun, lelaki ini sudah mengerti. Jadi dia menunggu Liz untuk berbicara.

"Pah, sebenarnya Abel mau minta tolong ke papah." Suara Liz masih terdengar serak karena tadi sempat menangis.

"Minta tolong apa?" Sahut Ratansyah dengan halus.

"Sebenarnya belakang ini, aku belum dapet kabar dari pacar ak- eh maksudnya dari Rei."

"Udah panggil pacar aja, gausah pake nama segala." Ucap Ratansyah dengan senyum menggoda.

Liz tersenyum malu, yah dia harus bangga saat menyebut Rei sebagai pacarnya. Kemudian dia melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan, "Aku tau kalau urusan pribadi itu ga boleh dicampur sama kerjaan, tapi Abel butuh bantuan papah. Cuma papah yang bisa bantu aku."

"Hmm, jadi papah bisa bantu kamu dengan apa?"

"Karena kontak Rei nggak bisa di hubungi, jadi aku perlu kontak anggota keluarnya. Setau aku papah kenal sama kakaknya Rei. Papah punya kontaknya kan?"

"Tentu saja papah punya." Jawaban dari sang ayah itu langsung membuat senyum Liz mengembang.

Tanpa berlama-lama, Ratansyah mengeluarkan ponselnya dan menemukan kontak bertuliskan Seiji Ryuu.

"Perlu papah telepon sekarang?" Tawar Ratansyah sendiri.

"Hmm boleh pah. Tapi inget jangan langsung to the point, basa basi aja nanya kerjaan dulu baru kabar keluarganya."

Yah, ayahnya ini langsung mengerti. Jadi sekarang mereka sedang dalam panggilan, menanti orang yang dihubunginya itu untuk menggangkat teleponnya.

Panggilan itu belum diangkat juga. Liz merasa aneh, apalagi Ratansyah. Mereka berdua saling menatap bingung.

Mereka tidak tahu jika Ryuu sendiri sedang dalam keadaan sulit. Memegang ponsel pun tidak ada dibenak lelaki itu.

Mau menghubungi berapa kalipun hasilnya tetep nihil. Liz sedikit sedih, jadi pada akhirnya Ratansyah memberikan kontak Ryuu kepada anaknya ini.

"Papah cuma bisa bantu segitu, sisanya kamu urus sendiri." Ucap Ratansyah sembari memasang kembali kacamatanya.

"Oke, makasih papah." Liz berjalan pelan menuju pintu.

"Besok kamu udah masuk sekolah lagi kan?" Tanya Ratansyah membuat langkah Liz terhenti.

"Iya pah, masa skors aku sama kakak udah dicabut."

"Mmm, Abel papah ingetin kamu lagi, jangan buat masalah di sekolah, apalagi sampe berantem kayak yang lalu. Papah harap kamu ngerti maksud papah."

"Iya pah, Abel paham. Kalau gitu aku ke kamar ya pah." Setelah berpamitan, Liz langsung meninggalkan ruang kerja ayahnya itu.

Moonlight and Butterflies [🌕🦋] LizreiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang