-Kekacauan itu, mari kita tata lagi-
.
.
.🌕🦋🌕🦋
Angin yang bergerak liar itu terus berhembus membawa kedinginan. Suara helaan nafas dan udara yang menguap menjadi pengiring Liz sekarang. Mantel tebalnya telah menyelamatkan dirinya dari perubahan suhu yang drastis.
Liz sekarang sedang menunggu seseorang setelah dia baru saja mendarat dari penerbangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore, tidak terasa menurutnya padahal dia berangkat pagi buta sampai sini sudah petang saja. Bagaimana tidak, waktu penerbangan 7 jam, ditambah perbedaan waktu 2 jam antara Indonesia dan Jepang.
Matanya kini mencari orang yang dia tunggu, dari banyaknya orang yang berlalu lalang, mata tajam itu berhasil menemukan sosok yang dicari.
Di ujung sana, seorang gadis menoleh kesana kesini, mencari kehadiran dirinya.
Liz tersenyum saat dia berhasil menemukan Rei lebih dulu. Langkahnya kini membawanya pada medan magnet yang terus menariknya.
Perlahan, menyeret kopernya dengan penuh kegirangan. Semakin dia mengikis jarak antara dia dengan Rei semakin cepat juga dia berjalan.
"Lari." Gumam Liz saat jarak dia dengan Rei hanya sekian meter.
Pandangan mereka bertemu, kemudian senyum lebar merekah di wajah keduanya. Waktu di sana seakan berjalan lambat, membiarkan kedua orang itu untuk saling memandang dengan penuh kasih.
"Aku menemukanmu duluan." Katanya yang masih berdiri ditempat.
"Aku tahu itu, kamu yang selalu menemukan ku duluan Liz." Balas Rei, dia juga masih tetap di tempatnya.
"Bolehkah aku datang kepadamu?"
"Tentu boleh, kedatanganmu selalu ku sambut."
Liz menguatkan pegangan kopernya, dia kini berjalanan ke arah Rei.
"Huhh." Uap udara dingin terlihat keluar dari mulutnya.
"Apakah ini terlalu dingin untuk mu?" Kata Rei sambil menangkup pipi Liz.
Liz menggeleng, gadis itu seakan lupa dengan rasa dingin yang dirasakannya, karena seseorang telah menghipnotisnya, terhipnotis oleh seorang gadis yang paling dia suka. Menatap setiap inci wajahnya, dari jarak ini nafas mereka saling bertemu.
Rei bingung dengan sikap Liz yang menurutnya terlalu tenang untuk pertemuan mereka.
"Babe, can I hug you?" Pinta Liz pada kekasihnya itu.
Kedua alis Rei saling bertemu, merasa bingung dengan Liz yang selalu meminta izin untuk melakukan sesuatu padanya, padahal gadis itu bebas melakukan apapun.
Rei merentangkan kedua tangannya, memberi banyak ruang untuk Liz bersandar.
Hangat, perasaan itu yang didapatkan saat keduanya saling memeluk.
Deg deg deg
Suara jantung Liz saat ini sangat terdengar jelas. Sampai-sampai suara kerumunan pun kalah dengannya. Rei terkikik saat gadis Indon itu menutupi wajahnya dengan jari-jarinya yang bergetar karena hawa dingin.
"Liz tubuhmu hangat." Ucap Rei yang makin mengeratkan pelukannya. "Apa tubuhmu bereaksi karena sentuhan ini?"
Bahaya, gadis Jepang itu malah mengambil kesempatan disaat Liz sedang diserang rasa malu yang bertubi-tubi."Mungkin." Dan dengan polosnya Liz menjawab seperti itu, wajah Rei langsung memerah. Keduanya sama-sama berubah jadi tomat.
Liz itu seperti kucing, semua gerak-geriknya kadang sulit ditebak. Dan Rei harus belajar untuk mengatasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight and Butterflies [🌕🦋] Lizrei
FanficPertemanan online, hubungan yang tidak mengetahui identitas satu sama lain, tapi hubungan mereka awet-awet aja. Kok bisa?? Liz dengan nicknamenya eLizzabeth_thengabers☕ mencoba mencari teman online karena gabut aja, beruntungnya ia bisa bertemu deng...