Moonlight and Butterflies - 1

670 33 0
                                    

PROLOG

-Moonlight-

Malam ini bulan bersinar terang, tapi itu tidak bertahan lama karena terkadang awan berlalu menutupi sinarnya, membuat cahayanya tak seterang sebelumnya. Suasana hati manusia pun seperti itu, terkadang sangat baik lalu seketika tidak baik-baik saja. Hanya angin yang mampu mengusir awan agar tidak lagi menutupi sinar sang bulan, dan hanya ketenangan yang mampu meredakan kegelisahan.

Ruangan kamar itu selalu terlihat sunyi, lampu kamar yang tidak menyala membuat suana di kamar itu terkesan dingin. Hanya cahaya bulan yang menjadi harapannya, sinar yang masuk melewati jendela kamar yang sengaja dibuka lebar-lebar itu.

Tik tik tik tik tik...

Suara ketikan keyboard menjadi latar pemecah kesunyian kamar itu. Bersusulan dengan suara bib pertanda satu pesan masuk. Jari tangan itu terlihat lihai menyentuh keyboard, dengan cepat membalas pesan tadi. Sang pemilik jari itu tersenyum, lesung pipinya terlihat, mata bulat cantiknya itu bersinar secerah sinar rembulan, sosoknya itu terlihat sangat menawan karena cahaya bulan menyinari seluruh tubuhnya yang sedang terduduk di kursi gamingnya itu.

Sosok itu terlihat sangat bahagia, ia pun berdiri dan sedikit melompat kecil, menyebarkan kegembiraannya. Tak usah menebak apa yang sebenarnya sedang terjadi, karena sekarang layar laptopnya itu kembali menerima pesan baru.

Na_oi_butterfly🦋

[ Itu benar Liz, aku akan pergi ke Indonesia karena ada satu keperluan di sana ]
[ Dan itu juga aku bisa bertemu dengan mu untuk pertama kalinya ]
[ Aku sangat menantikan minggu depan, untuk pertama kalianya aku bisa melihat bagaimana wajah teman baikku ini ]

[ Aku sangat terkejut Nao ]
[ Nao, kamu tau? Aku sangat gembira sekarang ]
[ Ayo kita bertemu, aku akan menyambutmu dengan meriah ]

[ Aku tunggu kejutan dari mu Liz, aku pasti akan langsung mengenalimu di bandara nanti ]

[ Kamu yakin? Kita tidak tahu wajah kita satu sama lain ]

[ Yakin dong, walau aku tidak tahu kamu seperti apa dan aku tidak perduli dengan penampilanmu. Yang aku tahu perasaan kita sangat kuat, pastinya perasaan ini akan menuntunku padamu ]

[ Aku menangis membacanya, sangat menyentuh. Kamu memang teman terbaik ku, Nao]

[ Kamu juga teman terbaikku, Liz. Kamu sangat berharga ]

[ You too, Nao sekarang sudah sangat malam. Kamu cepatlah tidur, pasti di Tokyo sudah sangat larut ]

[ Baiklah, kamu juga cepat tidur. Aku akan mengabari mu lagi jika aku akan ke Indonesia nanti ]

[ Nee~ good night, oyasumi Nao-chan ]

[ Hehehe, Oyasumi Liz ]
Read

Percakapan melalui pesan itupun selesai. Mereka berdua adalah teman sekaligus sahabat dunia maya. Mereka sengaja tidak memberikan informasi satu sama lain, karena mereka ingin perasaan saja yang mengikat perteman mereka agar terus mengalir. Dan sekarang, mereka akan saling bertemu untuk pertama kalinya, selama satu setengah tahun perteman online mereka kini rasa rindu dan penasaran mereka akan terobati minggu depan.

Liz, atau yang nama lengkapnya Abellia Liz Ratansyah sang pemilik lesung pipi dan mata bulat yang cantik seperti kucing itu sekarang sudah terbaring di kasurnya. Matanya menatap langit-langit kamar yang sangat tinggi, melamun tapi sesekali tersenyum.

"Abel, bentar lagi kamu bakal ketemu Nao-chan, gimana nih aku seneng bangettt." Liz tersipu malu, wajahnya merah merona seperti tomat, sangat lucu.

"Nao-chan orangnya kayak gimana yah? aku gak sabar ketemu dia." Liz menutupi wajahnya dengan selimut, kini mimik wajahnya mulai merileks, kesunyian kamar itu menuntunnya pada mimpi yang indah. Liz tertidur lelap.

Sedangkan di tempat yang berbeda namun di waktu yang sama, seorang gadis sedang tersenyum menatap layar laptopnya.

"Liz, aku penasaran tentang dirimu. Aku akan menanti dengan sabar hari dimana kita akan bertemu." Gadis itu menyentuh layar laptopnya dan mengetuk pelan bagian nickname bertuliskan eLizzabeth_thengabers☕. Nickname yang sangat kekanakan jikalau orang itu mengerti arti dari kata ngabers yang ada diakhir nama itu.

Tok tok tok

Mendengar pintu kamarnya diketuk, gadis itu pun berjalan menghampiri dan membuka kan pintu kamarnya. Terlihat sesosok pria paruh baya, pria itu adalah ayah dari gadis itu.

"Otousan, ada apa ke kamarku malam-malam?" Gadis itu terlihat segan menatap ayahnya sendiri, tidak nyaman batinnya.

"Tidak apa, Ayah hanya mengingatkan mu untuk segera membelajari berkas yang sebelumnya ayah berikan padamu, kamu harus mengerti semua isinya." Nada suara yang datar, namun penuh dengan tekanan.

"Baiklah, Rei mengerti." Gadis bernama Rei itu mengangguk, menuruti perintah sang ayah.

Ayahnya lalu pergi, meninggalkan Rei yang masih berdiri diambang pintu.

Rei, atau nama lengkapnya Naoi Rei Fumiko seorang gadis Jepang. Rei bukanlah gadis Jepang biasa, dia adalah putri bungsu dari keluarga Fumiko yang termasuk dari jejeran keluarga ternama di Jepang sana. Sebut saja kelurga yang bermartabat dan sangat baik di mata masyarakat sana. Seperti itulah nama keluarga Fumiko di mata publik.

Rei berjalan kembali menuju meja belajarnya, laptop yang tadinya berisikan pesan dirinya dan juga Liz itu dia tutup, menggantinya dengan banyak lembaran berkas penting. Wajah gadis itu tidak lagi tersenyum, matanya terfokus pada berkas itu. Kesunyian kamarnya itu sangat menyedihkan, sinar rembulan tidak lagi indah, awan menutup sinarnya, angin pun tak membantu. Gadis itu berada dalam suasana hati yang tidak baik-baik saja.

"Liz, aku butuh angin itu, aku butuh ketenangan itu, aku butuh kamu, Liz."
.
.
.

🌕🦋

Moonlight and Butterflies [🌕🦋] LizreiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang