🌕🌕🌕
Sekarang Liz sedang dalam situasi yang tidak pernah sekalipun dia bayangkan ini akan terjadi padanya. Beraksi seperti seorang pahlawan, dia menolong seseorang, dan sekarang dia sedang memeluk orang yang ditolongnya. Rasanya ini seperti adegan film.
“OMG, Abel gimana coba, dia nggak berenti nangisnya.” Batin Liz dalam hati, dia harus bersikap tenang di depan orang yang ditolongnya ini, padahal sih batinnya juga ketakutan. Bayangkan melawan tiga orang sendirian, bermodal gerakan silat yang dia pelajari saat smp yang sebenarnya dia sudah lupa seperti apa itu, hanya kepercayaan diri yang menolongnya tadi.
Sedikit Flashback sebelum kejadian tadi. Saat itu Liz berniat ingin ke ruangan Chouko, tapi sebelum itu dia pergi keruang tunggu, mengambil bawaannya yang masih ada di sana. Setelah itu tak lupa dia pergi membeli kertas hvs a4 dan pulpen yang dia siapkan untuk meminta tanda tangan chouko. Saat kembali masuk ke JIS, Liz berjalan masuk melewati lorong yang sepi. Pikir Liz mungkin semua orang sedang sibuk merapihkan panggung, jadi dia tidak berpikir yang aneh-aneh.
Tepat saat dia berbelok, saat itulah dia melihat ketiga bajingan itu sedang mengganggu seorang gadis. Geram melihat bajingan itu mencoba menyentuh gadis itu, Liz langsung saja berlari kencang sambil mengumpati mereka dengan kata-kata mutiara. Sampai akhirnya mereka berakhir seperti ini. Jadi seperti itulah kenapa Liz bisa terlibat dalam kejadian ini.
Kembali pada saat sekarang, Liz masih memeluk gadis yang ditolongnya. Mata Liz melihat lengan gadis itu yang memerah karena ulah bajingan itu.
“Kamu bilang kamu gapapa, tapi ini.” Liz melepas pelukannya lalu menarik tangan kiri gadis itu.
“Aku tidak papa. Ini hanya memar.” Ucap gadis itu mencoba melepas genggaman Liz.
“Ish kamu ini. Coba liat merah banget ini.” Liz menunjuk-nunjuk memarnya itu.
Gadis itu hanya bisa menerima omelan Liz, yang semua perkataannya itu benar. Pergelangan tanggannya itu lumayan sakit, mungkin akan memar selama beberapa hari. Sibuk melihat pergelangannya yang memar, gadis itu melihat tangan Liz yang juga sama merahnya.
“Berhenti mengomeliku, kamu juga terluka bukan, lihat tangan mu memerah seperti ini.” Ucap gadis itu membuat Liz menyadarinya.
“Lah, kok bisa. Tapi aku ga sakit kok.” Bohong, Liz kesakitan sebenernya. Dia hanya mencoba mengalihkan kesakitannya dengan memasang wajah cool.
Keduanya akhirnya saling mengomeli satu sama lain, lucu melihat tingkah mereka sendiri. Liz tertawa terbahak-bahak.
“Apaan sih jadi saling care gini.” Liz tertawa terbahak-bahak. Gadis yang berdiri didepannya itu juga tertawa saat melihat Liz yang wajahnya memerah seperti tomat itu.
“Ahahaha, kamu sangat aneh. Entah mengapa aku tidak masalah jika berada di dekat mu.” Celetuk gadis itu yang langsung membuat Liz menoleh.
“Kamu,” Liz melihat wajah gadis itu yang tidak ditutupi karena sekarang gadis itu sedang tertawa lepas. Melihat gadis yang ditolongnya sudah bisa tertawa seperti ini, Liz merasa lega.
Gadis itu tersadar bahwa Liz sedang menatapnya dengan lekat sambil tersenyum, sontak tangannya langsung menutupi wajahnya yang tidak sadar dia perlihatkan pada Liz.
“Kalau segitunya kamu gamau nunjukin muka kamu,” Liz merogoh tasnya, mengambil sesuatu yang lalu dipakaikan pada gadis itu. “Seenggaknya pakai topi aku dulu.” Topi berwarna cream itu dia pakaikan pada gadis itu.
Dengan lembut, Liz menepuk ujung topi itu, membuat wajah gadis itu tidak terlihat olehnya.
“Aku cukup paham dengan privasi seseorang, jadi aku ga akan tanya alasan kamu kayak gini.” Liz tersenyum tulus, memamerkan lesung pipinya yang dalam itu. Liz tampak manis saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight and Butterflies [🌕🦋] Lizrei
Fiksi PenggemarPertemanan online, hubungan yang tidak mengetahui identitas satu sama lain, tapi hubungan mereka awet-awet aja. Kok bisa?? Liz dengan nicknamenya eLizzabeth_thengabers☕ mencoba mencari teman online karena gabut aja, beruntungnya ia bisa bertemu deng...