09

284 47 8
                                    

Yechan dan Jaehan, berdiri bersisihan di pinggir kolam renang. Keduanya saling diam. Yang satu menunggu, sementara yang lainnya kebingungan.

Kim Jaehan, ia yang pertama menghubungi, berniat untuk meminta Yechan kembali -tentu untuk kepentingannya sendiri. Akan tetapi, saat Yechan datang, belum juga ada satupun kata yang ia lontarkan. Ia merasa ini sedikit memalukan. Berpikir bahwa Yechan pasti akan semakin meremehkan.

Jangan pernah berpikir seorang Kim Jaehan mau meminta maaf, karena ia tak pernah merasa apa yang ia lakukan adalah kesalahan.



Yechan diam juga bukan karena tak ada yang ingin dikatakan, ia hanya ingin tahu apa yang akan keluar dari mulut Kim Jaehan.

Namun, karena sudah terlalu lama, kesabarannya terkikis juga.

"Jadi, karena sudah memanggilku, kuartikan bahwa mulai sekarang kau mau menurut padaku."

Jaehan mendongak. Merasakannya, Yechan pun ikut menoleh, sedikit menundukkan pandangan, tepat ke mata Jaehan yang tak lama langsung membuang muka.

"Tidakkah kau lelah?"

"A-apa maksudmu?"

Pertanyaan Yechan cukup ambigu, Jaehan tak mampu menangkap apa artinya itu.

Akan tetapi, Yechan juga belum selesai. Pria itu melanjutkan dengan suara beratnya. "Menjadi pembangkang. Bukankah hidup akan lebih mudah jika kita mengikuti jalan yang sudah mereka persiapkan?"

Jaehan menunduk, namun Yechan masih menatapnya. Tak pernah melepaskannya.

Sampai Jaehan berani membalas, "Kau sendiri? Apa kau tak lelah berpura-pura bahagia?"

Benar. Rasanya Jaehan sendiri baru menyadari bahwa ia tak pernah melihat Yechan tersenyum selama ini. Kecuali senyum sarkas atau seringai menyebalkan yang selalu pria itu tunjukkan.

Senyum kesopanan adalah yang paling sering Yechan lakukan.

"Pernahkah kau tersenyum karena kau benar-benar bahagia dengan hidupmu, Yechan-ah?"


**

Bahagia bagi Yechan dan Jaehan mungkin bukan sesuatu yang bisa disamakan. Standar hidup bahagia bagi mereka sangat jauh berbeda.

Lama menunggu, rupanya hanya satu jawaban yang Jaehan dapatkan malam itu.

"Mm. Aku bahagia."

Tidak tahu mengapa, sisa malam itu tak ada yang Jaehan lakukan selain terus memandangi sang tunangan. Bahkan saat Yechan yang sudah terlelap di atas tempat tidurnya, Jaehan merasa tak mampu mengalihkan tatapannya.

Banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan. Ingin Jaehan dengar jawaban dari Yechan yang tak pernah ia dengar melontarkan keluhan.

Sejak bertunangan, Yechan terlihat selalu menurut apa kata orang tuanya.

Jaehan jadi bertanya-tanya, pernahkah ada yang bertanya apa yang sebenarnya Yechan inginkan?

Pria yang selalu terlihat menyebalkan di matanya, mengapa malam ini justru mencuri iba di hatinya?

Jaehan merasa ini tak seharusnya. Ia pasti sudah gila.

Jaehan menarik napas panjang, baru saja ingin berbalik, suara Yechan lebih dulu mengejutkannya.

"Kau tidak tidur?"

Jaehan diam. Terkejut sudah pasti, tapi ia tak ingin menunjukkan itu pada pria ini.

Biasanya juga ia akan menjawab dengan ketus dan meminta agar Yechan tak mengurusi dirinya. Namun, kini berbeda.

Jaehan justru mengulurkan tangan dan membenahi letak selimut yang Yechan kenakan.

"Kim Jaehan-"

"Tidurlah lagi. Aku ingin ke kamar mandi."

**

Nyatanya, kaki telanjang Jaehan justru mengarah ke luar kamar. Ia berjalan menuju balkon luar, di mana ada ruang tamu di belakangnya. Jendela dan pintu-pintu kaca memperlihatkan dengan jelas ia yang tengah berdiri membelakangi.

"Aku akan mencoba."

Kedua tangannya menggenggam pagar sedikit erat. Meyakinkan dirinya sendiri, bahwa iya ... iya, dia akan mencoba membuang sifat-sifat dan kelakuan buruknya.

Jaehan tak tahu apakah ia bisa, tapi ia akan mencoba.

"Jika kau tak ingin berubah untuk orang lain, setidaknya berubahlah untuk dirimu sendiri."

Yechan juga berkata bahwa apapun yang Jaehan lakukan selama ini, semua itu hanya akan merugikan dirinya sendiri.

Tak ada satupun hal bagus yang didapatkan dari kebiasaan buruknya.

"Tapi, bukankah kau hanya tidak ingin aku melakukan seks dengan orang lain?"

"Ya. Aku ingin kau hanya melakukan hal itu dengan seseorang yang akan menjadi pendampingmu nanti. Bahkan jika orang itu bukan aku, hanya lakukan itu dengannya, Kim Jaehan."



Jaehan menunduk, merasakan sentakan kecil saat mengingat apa yang Yechan katakan.

"Bahkan jika orang itu bukan aku ..."









"Pasti ada yang salah denganku."

"Tidak ada yang salah denganmu."

Jaehan membolakan mata, merasakan hangat saat selimut tebal membungkus tubuhnya.

"Yang salah adalah karena ini pagi buta dan kau berdiri dengan pakaian setipis itu. Dingin di sini, ayo masuk ..."

Namun, belum juga Yechan melangkah masuk ke dalam rumah lagi, lengannya lebih dulu ditahan, digenggam cukup erat oleh Jaehan.

"Kau ingin aku berubah? Jika begitu, bisakah kau  juga memperlakukanku sebagai tunanganmu? Bisakah kau melakukan itu?"



"Kau ingin aku berubah? Jika begitu, bisakah kau  juga memperlakukanku sebagai tunanganmu? Bisakah kau melakukan itu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih sipalinglollipop foto2 yechan-nya💙

*sebenarnya gw agak lupa si sama alurnya wkwkw tadinya ga mau lanjut. Tapi, semoga aja masih nyambung ya 🤣

Unwritten Destinies ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang