33

291 42 6
                                    

Yang pertama membuka mata, tentu adalah Yechan yang langsung disuguhi wajah sang pujaan.

Kebencian hanya angan, karena bagaimana mungkin ia bisa begitu saja membenci pria yang selalu ia cinta?

Hatinya kembali berdenyut, logikanya pun perlahan menyadarkannya. Sebesar apapun cinta yang dimilikinya, jika prinsip saja semakin jauh berbeda, apakah ia bisa menanggungnya?

Baginya cinta tak hanya tentang sentuhan, tapi lain hal dengan Kim Jaehan. Seolah segala perhatian dan tindakan yang ia lakukan tak ada artinya.

Ia bisa saja memberikan apapun itu yang Jaehan inginkan, tapi rasanya begitu bertentangan.

Yechan mengulurkan tangan hanya untuk mengusap pipi Jaehan dengan lembut dan perlahan.

Satu kata yang ia keluarkan, "Maaf karena selama ini aku begitu egois dan tak mempedulikan bahwa hal-hal seperti inilah yang kau inginkan dan butuhkan ..."

Masih dengan kepala pusing dan wajah sembab yang acak-acakan, Yechan beranjak dari tempat tidur. Ia berjalan keluar dan dengan penuh kesadaran, pagi itu ia memutuskan untuk pergi dari kediaman Kim Jaehan.

 Ia berjalan keluar dan dengan penuh kesadaran, pagi itu ia memutuskan untuk pergi dari kediaman Kim Jaehan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu gerimis mengguyur Seoul. Yechan tampak sempoyongan. Tak pernah juga seorang Shin Yechan terlihat begitu tak beraturan. Penampilannya jauh dari kata rapi, wajahnya juga tampak pucat pasi.

Tak peduli dengan keadaannya sendiri, Yechan terus berjalan bahkan tak berniat memanggil taksi. Ia tak biasa menggunakan angkutan umum, lagi pula ia sengaja ingin menghukum dirinya sendiri karena sebelumnya ia juga sudah mendapati mobilnya ada di garasi rumah Jaehan.

Berharap hujan semakin deras, hingga mampu melunturkan semua ingatan-ingatan yang tak dipungkiri sangat menyakitkan.

Jauh di lubuk hati Yechan hanya satu, ia tak hanya ingin mencintai, tapi juga berharap dicintai tanpa syarat seperti yang selalu ia lakukan.

Ia selalu berpikir dirinya setegar karang, tapi setiap kali ia membayangkan tunangannya bercinta dengan kakaknya sendiri, ditambah Jaehan yang terang-terangan mengatakan keluhannya semalam ... rasanya Yechan tak bisa memikirkan apapun selain kesalahannya sendiri.

Bahkan sentuhan pertamanya dengan Jaehan  pun tak ada sedikitpun kesan penuh keindahan seperti yang selalu ia bayangkan, ia inginkan ...

Tak bisa menghindari, Yechan terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.

Sementara Jaehan yang sebenarnya tahu Yechan pergi, saat ini masih berada di atas tempat tidur. Pria itu melamun karena tak tahu harus berbuat apa lagi. Ingin menyusul ... tapi, apakah ia pantas melakukan ini?

Baru semalam ia berjanji dan bertekad akan terus menjaga Yechan agar tetap di sisinya, nyatanya ia tak kuasa menahan saat Yechan pergi meninggalkannya.

Jaehan kembali memejamkan mata, lebih baik ia kembali tidur daripada menangis sendirian dengan menyedihkan.

Namun, belum sempat terlelap, dering ponsel memaksanya kembali ke kesadaran.

"Yoboseyo ..." ucap Jaehan setelah berhasil mengangkat panggilan dan entah apa yang dikatakan oleh seseorang di seberang sana, akan tetapi itu mampu membuat Jaehan langsung berdiri dan terusmemaki dirinya sendiri.

Dengan cekatan ia membersihkan diri dan mengenakan pakaian, berharap Yechan masih di sana, berharap Yechan benar-benar masih menunggunya.

Yechanie, jebal ...


***



Jaehan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat di mana Yechan dikabarkan jatuh pingsan. Walau pria itu hanya sebentar saja kehilangan kesadaran, namun panas tinggi di tubuhnya sungguh mengkhawatirkan.

Orang-orang yang menolongnya ingin membawanya ke rumah sakit, namun pria itu bersikeras untuk kembali berjalan.

Tak ada yang tega melihatnya.  Jadi, mereka yang tadi menolong Yechan juga pada akhirnya memaksa Yechan untuk memberikan nomor siapapun yang bisa menjemputnya.

Anehnya, pria itu justru menyebut nomor Jaehan. Bahkan selama perjalanan, Jaehan terus menerus memikirkan. Benarkah itu?

Dari semua orang yang bisa Yechan hubungi, kenapa dirinya?

Kenapa?




Yang Jaehan tak tahu, Yechan tak menghapal nomor siapapun selain miliknya. Jaehan bahkan mungkin juga tak tahu, bahwa segala hal yang ada dalam pikiran Yechan hanya ada dirinya ...

Tak ada siapapun selain dirinya.

Unwritten Destinies ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang