12

279 45 2
                                    

Jaehan melihat ke arah cermin, mematut diri, dan melihat apakah penampilannya sudah bagus hari ini.

Celana jeans dan kaos putih berbalut sweater warna navy. Merasa cocok, ia pun merapikan rambutnya yang sedikit panjang. Sepertinya ia akan minta Yechan untuk mengantarnya memotong dan merapikan rambut nanti.

"Lama sekali. Jadi atau tidak?"

Jaehan menatap ke arah pintu dari cermin yang memantulkan sosok Yechan saat itu.
Tersenyum jahil dengan mengatakan bahwa Yechan sangat tidak sabaran. "Segitu inginnya ya kau berkencan denganku?"

Namun, respon Yechan memang tak bisa diharapkan. Pria itu masih tetap berdiri di depan pintu, menatap Jaehan tajam dengan lengan yang sudah disilangkan.

Tahu tunangannya tak bisa diajak bercanda, Jaehan berdecak, dan segera berbalik untuk menghampirinya.

Tanpa ragu, Jaehan bahkan menggamit lengan Yechan yang jelas tersentak karena perbuatannya itu.

"Hm, kenapa?"

Yechan menggelengkan kepalanya. Padahal dalam hati bertanya-tanya apa yang salah dengan pria di sisinya.

Namun, alih-alih langsung mengutarakannya, Yechan memilih untuk menyimpan sendiri saja. Dan seperti seharusnya, ia memperlakukan Jaehan sesuai dengan standarnya, tanpa sadar bahwa itu membuat Jaehan sedikit terpana.

Hal-hal kecil seperti membukakan pintu mobil, menjaga kepala Jaehan agar tidak terantuk daun pintu, juga memasang seatbelt ataupun membenahi posisi kursi.

Itu hal biasa sebenarnya karena Yechan sering melakukannya, namun tidak tahu mengapa, di mata Kim Jaehan hal ini terasa istimewa.

Mungkin Jaehan saja yang baru menyadari betapa perhatiannya Yechan padanya selama ini.

Semua tindakan manis sang tunangan selalu tertutupi oleh rasa benci.


Yechan pun melajukan mobilnya. Sempat bertanya ingin ke mana pada Jaehan, namun pria itu hanya berkata ingin berkeliling dengan mobil lebih dulu sebelum memutuskan ke mana keinginannya tertuju.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayah, jika aku meminta pernikahan kami dipercepat, apa menurutmu itu adalah tindakan yang tepat?"

Tuan Kim memandang Yechan lekat. Terlihat dari rautnya, pria paruh baya itu sepertinya cukup tercekat.

"Kenapa tiba-tiba, Yechan-ah? Bukankah terakhir kali ayah tanya, kalian berdua mengatakan belum siap untuk melangkah ke jenjang selanjutnya?"

Benar. Bahkan jika perlu, tak perlu ada pernikahan, berharap akan dibatalkan, itu kata Jaehan. Akan tetapi, Yechan juga merasa bisa kehilangan jika tak kunjung ada pengikatan.

Walau tetap, ada rasa tak tega jika melakukan pemaksaan. Yang ada malah ia yang semakin dibenci nanti.

"Bagaimana dengan Jaehan?"

Yechan menggeleng, "Sejujurnya, aku hanya bertanya spontan saja, Ayah. Aku belum membicarakan tentang ini pada Jaehan. Akan tetapi, kita sudah lama bertunangan, kurasa aku hanya ... sedikit takut kehilangan."

Bukan rahasia lagi jika Jaehan lah yang sulit di sini. Anak itu tidak suka dikekang, tapi tingkahnya luar biasa memusingkan.

"Ayah paham kegelisahan yang kau rasakan, tapi ayah pastikan Jaehan tak akan ke mana-mana. Dia akan tetap menjadi milikmu pada akhirnya, Yechanie."

Intinya, tuan Kim hanya akan setuju jika Jaehan benar-benar bersedia. Jika tidak maka status mereka mungkin akan seperti ini selamanya.

Tersandera.

Yechan pun tak bisa berbuat apa-apa. Mau memaksa juga tak enak rasanya.

Bahunya kembali ditepuk, "Kuharap kau bisa bersabar sedikit lagi. Sebentar lagi, Yechanie..."

Tuan Kim hampir berdiri, namun Yechan bertanya lagi, "Bagaimana jika di sela waktu menunggu, aku tak sanggup lagi, dan memilih untuk menyerah atau pergi? Ayah ... aku mungkin mencintainya, tapi bukankah kalian juga yang menahanku agar tidak meninggalkannya?"

Jika dia pergi, bukankah keluarga Kim yang akan merugi?

Mengapa hanya meminta Jaehan untuk memantapkan komitmen terasa sulit sekali?



Tunangan?

Bersikap layaknya pasangan?

Yechan tak menyukainya. Jika ada yang lebih pasti, mengapa mereka harus menjalani sesuatu yang rapuh seperti ini?

"Kami memang membutuhkanmu, tapi keluargamu juga sama, Yechanie. Perusahaanmu membutuhkanku. Kita berdua sama-sama terikat dengan sesuatu yang tak bisa dilepaskan dengan mudah. Karena kita sama, kita berdua melakukan ini untuk sesuatu yang kita anggap keluarga."




*karena ada sogokan masuk (mana cantik😭🙏), gw up deh. Dikit aja haha

Thanks🌹 sipalinglollipop

Unwritten Destinies ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang