14

280 43 3
                                    

Berbeda dengan Yechan yang lebih suka diam, Jaehan sangat suka mengobrol. Sepanjang perjalanan didominasi oleh suara Jaehan yang terus melemparkan pertanyaan. Tentu hanya mendapat sedikit jawaban.

Menggerutu sudah pasti. Namun, meski minim tanggapan, Jaehan tahu jika Yechan mendengarkan, dan menaruh perhatian.

"Kau tahu, sebenarnya aku tak terlalu membencimu."

Berjalan berdampingan di sekitar area perbelanjaan, Jaehan lagi-lagi yang berinisiatif membuka percakapan.

Mereka baru saja keluar dari restoran, Jaehan sesekali menepuk perutnya yang kekenyangan.

Melihat sang tunangan yang hanya diam, Jaehan pun tiba-tiba saja ingin mengatakan. Tak sepenuhnya benar, tapi tidak berbohong juga.

"Kau juga harus tahu, aku tidak pernah memikirkan itu."

Jaehan cemberut.

"Aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba mengatakan itu, akan tetapi kurasa ada hal yang harus aku luruskan ..."

Jaehan mendengarkan. Sedikit lucu melihatnya begitu, karena selama ini yang Yechan lihat hanya tunangannya yang selalu marah-marah dan membangkang setiap kali berada di dekatnya.

Akan tetapi, Kim Jaehan yang seperti ini juga semakin membuatnya jatuh hati.

"Kau dengan perasaanmu ... itu hak-mu dan aku tidak akan pernah menghakimi itu. Entah itu suka ataupun benci, aku tidak peduli ..."

Yechan hanya akan bertindak jika Jaehan bermain dengan pelacur. Tidak peduli apa yang akan Jaehan lakukan, Yechan hanya tak mau Jaehan memberikan tubuhnya pada orang lain.

Hanya satu syarat itu saja sudah cukup untuknya.

"Yechan-ah, boleh aku bertanya?"

Yechan mengangguk. Lagi pula, tak biasanya Jaehan minta izin juga. Tanya tinggal tanya. Jika penting, maka ia akan menjawabnya. Jika hanya omong kosong, Yechan akan mengabaikannya.

Seperti biasa. Begitulah komunikasi yang mereka jalani selama ini.

"Apa kau bertahan denganku hanya karena menjaga perasaan ayahku? Atau hanya demi pekerjaan yang dibebankan kepadamu?"

"Tak ada satu pun dari hal itu yang menjadi alasanku." Cepat Yechan menjawab.

Jaehan juga kurang tanggap. Pria itu justru tampak kebingungan.

Berhenti di dekat mobil mereka yang terparkir, Jaehan yang pertama menghentikan langkahnya.

"Lalu?"

Yechan menghela. Berbalik, ia menatap Jaehan yang menatapnya penuh tanya.

"Lalu, apa alasannya? Tiga tahun kita bertunangan. Tanpa kepastian, bahkan tak pernah sekalipun keluarga kita membicarakan pernikahan. Kau juga tak pernah menyentuhku, tapi kau selalu bersikap aku adalah milikmu. Aku tidak mengerti, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan saat ini?"

Untuk pertama kali, Yechan mendengar Jaehan meluapkan pertanyaan tentang hubungan yang mereka jalani.

Yechan mendekat. Tangan yang semula berada di saku jaketnya kini terulur. Dengan lembut ia menarik tengkuk Jaehan. Tak ada jawaban, tak ada tanya untuk meminta persetujuan. Hanya satu sentuhan.

Bibir yang biasa hanya berada dalam pandangan, kini bisa ia rasakan.

Yechan lelah menjelaskan. Banyak yang tak bisa ia ungkapkan. Namun, dengan ini, Yechan berharap Jaehan mengerti.

Banyak alasan untuk meninggalkan, tapi hanya satu hal yang membuatnya bertahan.

Itu adalah perasaan yang selalu ia sembunyikan.

"Kim Jaehan ..."

Bibir yang semula saling menempel, kini terlepas. Itu hanya sebuah kecupan. Bahkan terlalu singkat untuk mampu mereka rasakan.

"Aku akan melangkah, jika kau yang membuka jalannya. Selama ini aku hanya menunggu, karena aku tidak ingin memaksamu."

"Yechan-ah ..."

Yechan sedikit membungkuk, kembali memagut bibir Jaehan. Kali ini lebih dalam, berusaha menyampaikan segala rasa yang ada di hatinya.

Itu meluap. Hampir tak bisa ia bendung jika saja ia tak merasakan rematan tangan Jaehan di bajunya.

Sedikit enggan, ia melepaskan. Terpaksa menyudahi ciuman pertama yang selalu ia inginkan. Kini, itu akan menjadi sesuatu yang ia rindukan.






Sayangnya, ada hal yang Yechan lupakan. Kim Jaehan bukanlah seseorang yang peka dengan jawaban tanpa penjelasan seperti yang baru saja ia lakukan.

Arti ciuman itu, Jaehan mungkin juga akan bertanya-tanya, mengapa ia melakukannya ....




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unwritten Destinies ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang