15 : My Wife

36 1 0
                                    

Waktu itu, memang cepat sekali berlalu. Ah, aku lupa menceritakan tentang keluarga besar Rowena dan sahabatnya, Bessie, telah sampai di Areia dua hari yang lalu. Oh ya, Jane Scott sudah mulai memperhatikan adiknya, Edgar. Jane juga bilang kalau, dia sadar ayahnya, sang raja menikahinya untuk merawat putranya dan menjadi sosok ibu yang baik yang memang di butuhkan Edgar.

Tadi pagi, August dan Rowena dipisahkan. August di bawa ke Royal Palace of Taraline sedangkan Rowena tetap berada di Areia.

Seakan-akan ikut senang dalam menyambut hari pernikahan August dan Rowena, langit malam itu di penuhi bintang-bintang yang bersinar terang serta bulannya juga begitu.

Saat itu, Rowena tengah menggelar tikar di taman belakang Areia, dia duduk disana sendiri menikmati suasana malam yang indah itu. Dia hanya menatap langit, entah kenapa tiba-tiba ia teringat akan ibunya yang telah wafat hampir sebelas tahun yang lalu. Memikirkan sosok ibunya membuat air matanya mulai menetes. Ia berpikir, mungkin kalau ibunya masih hidup, dia tak mungkin terpaksa menikahi August seperti sekarang ini.

Tepat saat itu juga ada seseorang yang duduk di sampingnya mengusap air matanya yang jatuh. Dialah Frederik. "Tidak usah menangis begitu, kau memikirkan apa?" tanyanya.

"A-aku, ibuku, Fred, ibuku." matanya basah lagi, Frederik mengusapnya, kali ini menggunakan sapu tangan. "Aku yakin kalau ibuku masih ada, dia tidak akan membiarkan aku berada di posisi ini sekarang."

Andai kalau ayahnya saat itu tidak butuh aliansi dari kerajaan lain, mungkin dia tidak akan di jodohkan. Seumur hidup bersama seseorang yang tidak kau cintai itu tidak mudah. Rowena bisa membayangkan mungkin jika ibunya masih ada, perjodohan ini tak mungkin terjadi.

Sebelum ibu Rowena, Catherine, mulai sakit-sakitan, Hanover dan Aderlyn memiliki aliansi sangat bagus karena pemimpin Aderlyn saat itu ialah kakak kandung Catherine. Tetapi setelah Catherine mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal, Aderlyn memutuskan hubungan aliansi dengan Hanover. Nah, saat itulah Hanover mulai bekerjasama dengan Waldenfox tapi agar hubungan kerjasama itu semakin kuat maka keduanya saling menjodohkan putra dan putri mereka.

Kalau bisa memilih, mungkin dia lebih memilih terlahir sebagai gadis kalangan biasa yang bisa dengan leluasa memilih jalan hidup mereka sendiri. Itu lebih baik daripada terlahir sebagai seorang anak raja yang diatur.

"Kau tahu tidak, mengapa aku selalu menolak cinta Crystal?" kata Frederik tiba-tiba.

Rowena menoleh, memandang wajahnya dari samping. Frederik memandang langit yang cerah dengan senyum tipis. "Mengapa?"

"Itu karena kau. Aku mencintaimu, Rowena..."

Ya, Frederik, ya, kalau bukan karena perjodohan dan hal lain, alasanku juga sama sepertimu. batinnya berkata. Satu-satunya orang yang ia kasihi, Frederik Maximilian Lowsen.

Frederik menoleh, Rowena tidak tahu kenapa Frederik bisa meneteskan air matanya hanya karena hal sepele (padahal dia seorang Letnan). Tetapi malam itu air matanya mengalir deras.

Rowena langsung mengusap air mata itu dan memeluknya. Mereka berpelukan, erat sekali di bawah cahaya bulan yang terang. Sama-sama menangis sampai keduanya merasakan pundak mereka masing-masing basah karena air mata. Sungguh menyedihkan sekali, dua sejoli yang saling mencintai harus terpisah karena perjodohan dari salah satu pihak.

"A-aku juga mencintaimu, Frederik. Lebih dari apapun."

Dari pintu belakang Areia sekaligus menjadi pintu masuk taman belakang, disana berdiri Crystal, dengan tangannya yang menggenggam kipas, berdiri sendiri dengan pipi berlinang air mata. Dia telah berdiri di sana kurang lebih pada saat Rowena mulai memeluk Frederik. Hatinya benar-benar sakit, rasanya sesak, sesak sekali. Rasanya dia tidak pernah merasakan hal seperti itu.

The Great Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang