Empat bulan berlalu, Anne Evans diperkirakan akan melaksanakan persalinan pada tanggal 26 Juni atau lima hari lagi. Ayahnya sangat bersemangat karena jenis kelamin bayinya diperkirakan adalah laki-laki. Tidak seperti ayahnya, Rowena mulai khawatir akan posisinya jika bayi itu laki-laki maka dia bukan lagi pewaris tahta dan tentu saja dia tidak ingin hal itu terjadi.
"Jangan, jangan laki-laki kumohon. Aku mau menerimanya sebagai adikku tapi jangan laki-laki." gumamnya panik.
"Sudahlah Rowena kau terus seperti itu dari 20 menit yang lalu." Luna mencoba menenangkannya. "Tidak bisa Luna, kau tau emm aku tidak terlalu gila tahta tapi aku sudah menyandang gelar pewaris tahta selama hampir 14 tahun."
"Ya, aku tau itu. Tapi cobalah tenang, kau bisa stress jika terus begitu." jawab Luna.
Ditengah kepanikannya dia dikejutkan dengan suara teriakan diluar sana. Panik, dia bergegas keluar kamar untuk mengecek keadaan di luar. "Anne, air ketubanmu pecah!" Rowena dan Luna membantu memapah Anne menuju ke kamar Rowena sedangkan Bessie memanggil dokter kepercayaan Istana.
Anne ditidurkan di ranjang Rowena sedangkan Bessie belum juga kembali. Anne masih menahan rasa sakitnya dengan mengerang. 'sakit sekali ya?' batin Rowena. Langkah kaki terburu-buru terdengar mendekati ruang kamar Rowena, dia menduga pasti itu Bessie dan Madam Wright satu-satunya dokter perempuan yang dimiliki Istana. Madam Wright segera menangani dengan cekatan. Rowena pergi meninggalkan ruangan untuk memanggil ayahnya.
"Your Majesty, Anne sepertinya akan melahirkan sebentar lagi. Dia berada di kamarku bersama Bessie, Luna dan Madam Wright."
"Benarkah?" wajahnya sumringah.
"Ya."
Ayahnya berjalan tergesa-gesa seperti sudah tidak sabar menanti kelahiran calon anaknya tapi saat dia ingin masuk kamar, Rowena mengahalangi. "Eits, ayah tunggu di luar atau bisa di kamar ibu-Chaterine- nanti setelah mendengar tangisan bayi segeralah kemari."
Brak.. pintu ditutup kencang oleh Rowena. Dia segera membantu yang lain juga Bessie mengatakan bahwa sebentar lagi bayinya akan keluar. Perasaan nya campur aduk antara senang, marah, sedih dan takut. Hatinya terus membatin 'Bagaimana jika itu laki-laki, ayolah semoga bukan laki-laki' dari tadi.
Suara tangis bayi pecah keseluruh penjuru ruangan. "Bayinya laki-laki dan syukurlah sehat tidak cacat." ujar Madam Wright sembari menggendong seorang bayi laki-laki.
Rasa kecewa menghantui pikiran dan hatinya. Dia, dia tidak bisa seperti ini. Dia takkan pernah menjadi Ratu.Air matanya menetes, dia tak tahu itu air mata bahagia atau air mata kesedihan yang pasti ayahnya langsung menyuruhnya menggendong si bayi. "Hai adik kecil, aku Rowena kuharap kita bisa akrab walaupun dengan perbedaan umur yang jauh." ucapnya sembari mengelus pipi adik barunya itu. Segera dia menyerahkan bayi itu ke gendongan Anne.
"Sudah memikirkan nama bayinya?" tanya Rowena.
"Edgar, kurasa itu cocok dengannya."
"Ya, nama yang bagus ayah."
"Tapi kita harus menunggu persetujuan pemuka adat. Bagaimanapun juga dia adalah pewaris tahta jadi tidak boleh sembarangan menamainya."
'Secepat itu ya menganggap Edgar pewaris tahta?' batinnya.
Berusaha menerima keadaan, dia tersenyum. Memang terlihat seperti senyuman tulus dari hati yang terdalam namun dibalik senyuman itu ada luka kecewa dan sedikit amarah didalamnya. Kelahiran Edgar segera diumumkan di depan Istana mereka, rakyat terlihat bersuka cita dan berbahagia. Rowena melihat itu semua dengan mata kepalanya sendiri. Air matanya tak bisa ditahan sehingga menetes bebas membasahi pipinya dia berlari ke taman belakang tepatnya di makam milik ibunya-Chaterine.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Queen
FantasyRowena Victoria Artemis dari Hanover adalah seorang penerus tahta kerajaan Hanover. Orang tuanya ialah George V dari Hanover & Chaterine dari Aderlyn. Ia kehilangan ibunya pada saat berumur 12 tahun. Setelah ibunya meninggal,ayahnya menikahi seoran...