12 : Agreement

34 7 0
                                    

Keesokan harinya jam tujuh tepat Rowena terbangun oleh sebuah ketukan dari pintu yang berada tidak jauh dari ranjang empuk miliknya.

Sangking lelahnya, biasanya dia bangun lebih awal sekitar jam enam atau setengah tujuh. Saat membuka matanya, dia mendapati Luna yang masih tertidur lelap disebelah kirinya. Matanya masih mengantuk namun ketukan dari pintu di samping memaksanya untuk terbangun.

Rowena segera mengubah posisi tubuhnya dari tidur menjadi duduk bersila, tentu dengan hati-hati agar Luna yang tertidur di sampingnya tidak terbangun. Masih mengumpulkan nyawa, dia meraih gelas berisi air di laci sebelah ranjang lalu meminumnya. Setelah merasa tenggorokannya sudah segar kembali, dia mulai bangkit turun dari ranjang dan berjalan kearah pintu. Pintu terbuka memperlihatkan August yang telah berdandan rapi sedangkan Rowena masih mengenakan baju kemarin dengan rambut acak-acakan dan mata yang kadang terpejam dengan sendirinya.

"Oh, maaf, apakah aku menggangu?"

"Ya, ya tidak. Kau membangunkanku, aku sedikit kesiangan."

"Aku hanya ingin bilang agar kau datang sarapan bersamaku dengan yang lain di ruang makan satu jam lagi."

"Baiklah. Ada yang lain?"

"Tidak,"

Rowena tersenyum kecil, dia menutup pintunya agak keras lalu berbalik berjalan kearah kasur dan merebahkan dirinya lagi. Dia merebahkan diri cukup keras sehingga Luna bangun dengan ekspresi kaget. "Apakah ada gempa?"

"Oh, tidak, maafkan aku."

Luna mengiyakan. "Kita agak kesiangan. Jam tujuh dan William memintaku untuk sarapan bersama dia dan menterinya di ruang makan pada jam delapan."

Luna memintanya untuk segera mandi tapi dia tidak menemukan pintu kamar mandi di kamar ini. Rowena menyuruh Luna bertanya pada August sedangkan ia akan mencari baju yang pas.

Kamar milik Ratu Helena ini luas, saat kau pertama kali membuka pintu, itu memperlihatkan ranjang empuk yang besar dan sejumlah sofa. Masuk ke bagian kiri kamar terdapat ruang luas yang di isi lemari pakaian, rak buku, rak khusus aksesoris, rak khusus koleksi kipas miliknya, meja rias dan meja makan, meja untuk membaca serta gaun pernikahannya yang dipasangkan di manekin terletak pada pojok kamar. Sepertinya semasa hidupnya Ratu Helena sangat suka membaca buku terlebih lagi fashion juga aksesoris, terbukti dengan koleksi bukunya yang lebih sedikit daripada baju dan aksesoris.

Rowena penasaran dengan isi lemari baju Ratu Helena yang sangat besar. Meskipun terbilang lancang, tapi ia membuka salah satu pintu lemari dan melihat-lihat koleksi baju di dalam. Ada satu gaun yang membuatnya terpana yaitu gaun berwarna merah muda yang bergaya off-shoulder. Dia yakin ini adalah gaun yang Helena pakai saat masih muda dan statusnya masih menjadi Princess.

Terlena dengan gaun-gaun indah milik Helena, dia sampai tidak tersadar dengan kehadiran August di ambang pintu. Rowena baru menyadarinya ketika Luna masuk lalu memanggilnya.

"Airnya sudah siap."

Rowena mengalihkan pandangannya dari gaun-gaun indah ke arah Luna. Dia terkejut melihat August yang telah berdiri disana memandangnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

August mulai memiliki pesonanya sendiri. Rahangnya dan ototnya mulai terbentuk, pipinya tidak segemuk dulu. "Sejak kapan kau disini, William?

"15 sampai 20 menit kukira. Kau suka gaun milik ibuku, Vicky?"

Matanya membelalak, dia tersipu malu. Bagaimana dia tidak menyadari kehadiran August yang berdiri disana selama 20 menitan. "Wajar saja August. Dia memang suka begitu, seumur hidup itu lama, kuharap kau betah." ujar Luna ceplas-ceplos.

The Great Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang