Sinar lampu sorot menerpa Arisu begitu ia menginjakkan kaki ke set talkshow. Spontan, gadis itu memicingkan mata. Ia berusaha fokus pada lagu, tetapi tatapan dan tepuk tangan para penonton mengalihkan perhatiannya. Hitungan iramanya kacau. Lantai terasa bergoyang di bawah kakinya. Tiba-tiba saja, ingatannya tentang gerakan-gerakan dance Ceri di Musim Panas lenyap entah ke mana.
“Alice-chan!” Hana menusuk pinggang Arisu dengan jari.
Aduh, sial! Gadis itu tersentak, menyadari bahwa ia telah melewatkan satu ketukan. Segera ia masuk dalam nyanyian. Meski ia berusaha tampil percaya diri, ia tak dapat mendengar apa-apa selain laju detak jantungnya sendiri. Matanya terfokus pada ekspresi wajah para penonton. Beberapa orang terlihat mengernyitkan dahi. Tak sedikit yang mulai berbisik-bisik.
Mereka pasti menganggap penampilanku buruk. Sebuah suara muncul tanpa permisi dalam benak Arisu. Tawa dan ejekan teman-teman sekelasnya kembali terngiang. Sungguh, Arisu ingin kabur dan bersembunyi dalam kamarnya. Sorot lampu dan kamera, tatapan para penonton dan kru, serta luasnya studio itu membuatnya merasa kecil dan rapuh. Dalam benaknya, ia bagaikan makhluk aneh yang dipajang sebagai bahan tertawaan di sirkus.
Gadis itu menegakkan kepala dan bernyanyi lebih lantang. Namun, suaranya mulai bergetar. Ia mengerjap-ngerjapkan mata, berupaya mencegah air matanya jatuh. Tangannya yang berkeringat terbungkus erat pada gagang mikrofon, seolah-olah benda itu dapat tiba-tiba lepas dan terbang kapan saja. Putus asa ia mencari sosok si kelinci di antara para penonton, tetapi makhluk itu tak kelihatan di mana pun.
“Semangat, Alice-chan!”
Eh? Arisu menajamkan telinga. Bait pertama lagu sudah selesai. Melodi intermission mengiringi tarian Starlight. Di antara penonton, seseorang berteriak memberi semangat. Tak lama kemudian, orang lain turut menimpali. Beberapa orang berdiri, bersorak, dan mengayunkan lightstick. Dari pandangan mata mereka, terpancar cinta dan dukungan yang tulus. Beberapa orang membentangkan poster yang menunjukkan nama fans club dan kota asal mereka. Ada yang datang dari Osaka, Sapporo, Fukuoka, bahkan Okinawa. Itu berarti, ada banyak fans yang rela menempuh perjalanan jauh di akhir pekan demi menonton penampilan Starlight.
Benar juga, banyak fans di sini yang rela datang dari jauh dan mengorbankan kesibukan mereka. Aku tidak boleh mengecewakan mereka di sisa waktu ini. Baiklah, saatnya menggunakan Queen of Hearts!
Intermission selesai. Saatnya bagian solo untuk Arisu. Gadis itu melangkah maju. Kehangatan berkas cahaya lampu sorot menyelimuti tubuhnya. Ia menarik napas panjang, lalu membayangkan bahwa dirinya adalah Alice. Perlahan, tubuhnya bagai bergerak sendiri. Semangat baru mengalir dalam nadinya. Dengan percaya diri, gadis itu membuka mulut.
“Meski sekarang kita sudah berpisah. Sampai sekarang pun tak akan terlupa. Rasa ceri di bibirmu pada hari itu. Musim panas setahun yang lalu.” Suara Arisu mengalun merdu. Para penonton menatap penuh perhatian. Irama lagu bertambah rancak. Di sela-sela tarian, Arisu mengedipkan sebelah matanya pada para penonton. Sorak-sorai pun bertambah ramai. Kelima rekannya menggabungkan diri membentuk formasi berbentuk segi lima. Bersama-sama mereka menyanyikan bagian refrain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland's End
ФэнтезиArisu Shimada sangat ingin menjadi idol, tetapi ia selalu dirundung karena penampilannya yang kurang menarik. Suatu hari, berkat bantuan seekor kelinci misterius, jiwanya berpindah ke raga Alice Akiyama, seorang idol yang sangat populer di Jepang. D...