Segera setelah Starlight muncul, kehebohan pun pecah. Panitia telah memasang pagar pembatas membentuk jalan selebar dua meter untuk dilewati keenam gadis itu. Namun, pagar itu tidak menghentikan usaha fans untuk menggapai-gapai dan meneriaki mereka.
“Itu Chika! Itu si jalang yang menyakiti Alice-chan!” teriak pengunjung bersahutan ketika gadis langsung berambut biru itu menampakkan batang hidungnya. Dari tengah kerumunan, seseorang melemparkan telur busuk ke arahnya. Telur itu meleset dan jatuh di samping kaki Haruhi, yang langsung memekik begitu cairan berbau busuk dari dalam telur itu terciprat ke sepatunya. Beberapa orang lain melemparkan botol air mineral kosong.
“Hentikan, bodoh! Kalian bisa mengenai gadis-gadis lainnya!” Beberapa fans lain mencoba menghentikan orang-orang yang marah itu. Baku hantam pecah di antara mereka. Petugas keamanan sigap melerai dan menggiring beberapa orang keluar ruangan. Arisu menarik Haruhi untuk membuatnya berjalan lebih cepat. Seperti tikus yang mengendap-endap, keenam member Starlight berlari-lari kecil menuju panggung dan menempati meja mereka masing-masing.
“Mohon tenang, saudara-saudara,” pinta panitia, tetapi suaranya tenggelam oleh riuhnya keributan. Petugas keamanan segera mengamankan area sekitar panggung dari orang-orang yang hendak memanjat. Beberapa orang melawan saat akan dibawa keluar, membuat suasana bertambah kacau. Arisu belum pernah melihat acara meet and greet jadi begini ricuh. Ia dan kawan-kawannya saling berpandangan, sama-sama bingung memikirkan tindakan yang harus mereka lakukan.
“Alice-chan, tolong beritahu mereka supaya tenang!” desis Haruhi ketakutan. “Cuma kau yang akan mereka dengarkan!”
“Eh ….” Sejenak Arisu ragu. Mikrofon tergeletak tepat di depannya. Gadis itu melirik ke arah teman-temannya, tetapi semua diam terpaku. Entah mendapat keberanian dari mana, buru-buru ia menyambar mikrofon. Kemudian, ia berlari kecil hingga mencapai tepian panggung. Jempolnya menggeser saklar mikrofon sampai menyala.
“Semuanya, tolong berhenti!” serunya hampir menjerit. Speaker berdenging keras karena suaranya. Refleks, Arisu menutupi telinga. Para fans pun berhenti berkelahi. Semuanya menatap ke arah gadis itu. Arisu tertegun. Lututnya mulai gemetar. Matanya berkaca-kaca. Hampir saja ia tersedak ludahnya sendiri.
“Para fans, hari ini kita berkumpul untuk merayakan Starlight bersama. Aku ingin kita semua bersenang-senang. Jadi, um, tolong jangan bertengkar! Aku … aku berterima kasih karena kalian begitu mencintaiku, tetapi aku tidak mau kalian saling menyakiti. Mari kita jadikan hari ini hari yang bahagia bagi semua orang.” Arisu mulai terisak. Di sela-sela air matanya, ia selipkan sebuah kedipan halus. Tidak kentara, tetapi cukup untuk membuat Queen of Hearts bekerja.
Semoga ini berhasil. Arisu menatap para fansnya penuh kekhawatiran. Gadis itu mencengkeram mikrofon erat-erat, memegangnya begitu dekat ke mulut hingga suara napasnya terdengar ke seluruh ruangan.
Sejenak, waktu bagai berhenti. Orang-orang saling berpandangan, enggan mengalah tetapi juga tidak ingin melihat idola mereka menangis. Kemudian, keributan berangsur mereda. Mereka bubar berserakan dan kembali berdiri tertib dalam antrean. Arisu menghela napas lega. Gadis itu kembali ke belakang meja dan menghapus air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland's End
FantasyArisu Shimada sangat ingin menjadi idol, tetapi ia selalu dirundung karena penampilannya yang kurang menarik. Suatu hari, berkat bantuan seekor kelinci misterius, jiwanya berpindah ke raga Alice Akiyama, seorang idol yang sangat populer di Jepang. D...