“Wawancara eksklusif?”
Setelah Arisu pulih dari keterkejutan, ia langsung meminta Kaito memberi penjelasan sejelas-jelasnya. Alih-alih memberi izin mengadakan konferensi pers, manajemen justru hendak menampilkan Arisu dan Chika dalam wawancara eksklusif oleh sebuah acara infotainment di Channel 23.
“Benar. Saat aku mengusulkan konferensi pers, kebetulan pihak Channel 23 baru saja menghubungi manajemen. Mereka ingin kalian tampil secepatnya, dan mereka ingin jawaban hari ini juga. Jika kalian bersedia, kalian akan tampil besok pukul dua siang di slot acara Stars’ Highlight,” jelas Kaito. “Aku pribadi berniat memberitahu kalian setelah kelas nanti, tetapi karena kau sudah telanjur ada di sini, bagaimana? Kau setuju atau tidak?”
Arisu mengangguk walau hatinya waswas. Stars’ Highlight selalu direkam tanpa penonton live. Itu berarti, alih-alih berbicara tatap muka di depan ratusan fans dan wartawan, ia hanya akan menghadapi kamera dan segelintir kru. Arisu tidak tahu apakah Queen of Hearts dapat bekerja melalui siaran video, tetapi ia tak mampu memikirkan alasan bagus untuk menolak tawaran tersebut. Diam-diam, ia berdoa pada Tuan Kelinci. Ia ragu Tuhan akan merestui niatnya (sampai hari itu ia tidak tahu apakah Queen of Hearts bisa dikategorikan sebagai sihir, tetapi karena sejak kecil ia diajari bahwa Tuhan membenci sihir, ia tidak mau ambil risiko!), tetapi ia percaya Tuan Kelinci pasti akan mendukungnya.
Sore harinya, Arisu memperoleh kabar bahwa Chika juga menyetujui wawancara. Malam itu juga, Kaito mem-briefing mereka berdua tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dikatakan. Mereka pulang ke rumah masing-masing waktu sudah lewat tengah malam. Ketika matahari menyingsing keesokan harinya, Arisu bahkan belum sempat benar-benar terlelap. Pukul sepuluh pagi Kaito menjemput ia dan Chika, sekali lagi menegaskan pada mereka tentang hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang, lalu membawa mereka ke stasiun televisi.
Nuansa Stars’ Highlight sangat berbeda dengan Happy Sunday Life. Sejak persiapan, aura serius yang intimidatif sudah menggantung di udara. Stage acara berupa tiruan interior sebuah ruang tamu bergaya Victorian Gothic, lengkap dengan kandil keemasan menggantung di langit-langit. Presenter acara ini adalah seorang wanita elegan yang selalu menggunakan make up tebal bernuansa gelap dan gaun malam panjang berwarna hitam. Sebelum wawancara dimulai, presenter itu menjelaskan duduk perkara secara singkat sementara video reportase yang sangat spekulatif diputar di latar belakang. Arisu tidak terlalu serius menyimak bagian tersebut. Setelah video selesai, barulah acara benar-benar dimulai.
“Akiyama-san dan Sawamura-san, terima kasih sudah bersedia hadir di studio pada siang hari ini. Nah, sekarang, tanpa membuang waktu, mari masuk ke inti pembahasan.” Ucapan sang presenter mendorong Arisu ke mode siaga. “Kalian tentu sudah mengetahui segala spekulasi di Internet. Benarkah hubungan kalian sedang merenggang?”
“Ya, dan aku menyesal hal ini sampai terjadi,” jawab Arisu hati-hati. Ia sudah bertekad untuk memberikan kesan yang bagus.
“Kami sama sekali tidak bermaksud membuat masalah, tetapi, yah, kau tahu bagaimana dalam setiap hubungan pertemanan selalu ada perselisihan.” Chika menyambung sembari tertawa hambar. “Begitulah, aku baru menyadari kalau aku ternyata tidak benar-benar mengenal sahabat masa kecilku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland's End
FantasyArisu Shimada sangat ingin menjadi idol, tetapi ia selalu dirundung karena penampilannya yang kurang menarik. Suatu hari, berkat bantuan seekor kelinci misterius, jiwanya berpindah ke raga Alice Akiyama, seorang idol yang sangat populer di Jepang. D...