Kaito menggiring Arisu ke mobil van putih yang terparkir di basement. Dari luar, mobil itu tampak tidak mencolok. Namun, bagian dalamnya didekorasi cantik dengan interior serba merah muda pastel. Kelima gadis anggota Starlight yang lain sudah ada di dalam. Pertama, ada gadis berambut merah yang sedang membaca manga. Gadis kedua, yang rambut pendeknya dicat biru, sedang bermain gim di ponselnya. Gadis ketiga adalah gadis berambut pirang ikal yang duduk diam di pojok belakang sambil merajut. Di sampingnya, seorang gadis berambut kepang dua bersandar dalam posisi miring sambil mengunyah keripik kentang. Terakhir, seorang gadis berambut oranye langsung melompat turun dan menyeret Arisu masuk.
“Alice-chan! Sebenarnya kau sedang apa? Kami mencoba meneleponmu dari tadi, tahu!” omel gadis itu. Haruhi Tanaka adalah anggota paling muda di Starlight. Usianya baru lima belas tahun. Ia terkenal sebagai member yang ceria dan polos.
“Maaf, Haruhi-chan, aku agak kurang enak badan setelah konser kemarin.” Arisu berbohong.
“Setidaknya kau jadi yang pertama sampai ke rumah, Alice-chan. Aku baru tiba pukul setengah tiga pagi.” Tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya, si gadis berambut biru menimpali. Namanya Chika Sawamura, anggota yang paling dikenal karena kemampuan dance-nya. Sejak dahulu, mulutnya memang paling tajam di antara para personel Starlight.
“Sudahlah, Chika-chan. Kita semua punya jadwal yang padat akhir-akhir ini. Jangan memperkeruh suasana.” Gadis yang sedang merajut tiba-tiba menyahut lembut. Butuh waktu beberapa saat bagi Arisu untuk mengingat namanya. Ia Hana Leighton, gadis blasteran Inggris-Jepang. Konon, ayahnya berasal dari keluarga kaya yang sangat terhormat di Inggris.
Tinggal dua orang lagi yang masih diam. Gadis yang membaca manga, Akari Kuroyanagi, hanya melirik sekilas, lalu kembali membaca. Gadis yang memakan keripik kentang, Megumi Shinatsuki, meregangkan badan sambil menguap lebar. Layaknya anak baru yang canggung, Arisu duduk di satu-satunya kursi kosong. Kaito masuk ke kursi sopir dan menutup pintu.
“Kuharap kalian semua tidur nyenyak semalam. Hari ini kalian akan tampil di acara Happy Sunday Life di Channel 23,” jelas Kaito. “Besok tidak ada acara. Kalian bisa beristirahat.”
Sepanjang perjalanan, Arisu lebih banyak diam. Orang-orang lain mengira ia kelelahan akibat konser semalam, sehingga mereka membiarkannya termenung sendirian. Nyatanya, Arisu masih berusaha mencerna kenyataan. Ia masih tak mengucapkan sepatah kata pun hingga mobil itu berhenti di depan sebuah gedung berlantai sepuluh di wilayah Shinjuku. Kedatangan mereka langsung disambut oleh seorang kru yang menggiring mereka masuk.
Jadi ini bagian dalam stasiun televisi? Arisu melihat berkeliling. Terus terang, ia agak kecewa melihat betapa membosankan tempat itu. Gedung Channel 23 dibangun pada pertengahan tahun sembilan puluhan. Dinding, lantai, dan plafonnya yang serba putih mengingatkan Arisu pada rumah sakit. Para kru mengenakan kemeja hitam dengan bordir tulisan “Channel 23” di dada kiri, celana panjang kain hitam, dan berkalungkan name tag.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland's End
FantasiArisu Shimada sangat ingin menjadi idol, tetapi ia selalu dirundung karena penampilannya yang kurang menarik. Suatu hari, berkat bantuan seekor kelinci misterius, jiwanya berpindah ke raga Alice Akiyama, seorang idol yang sangat populer di Jepang. D...