Sinar matahari membangunkan Arisu dari tidurnya. Gadis itu menggeliat dan meregangkan otot-ototnya. Walau sekujur tubuhnya pegal, tetapi ia tidak menemukan luka apa pun. Pakaiannya juga sudah berganti menjadi kaus oblong pudar dan celana pendek yang dahulu sangat sering ia kenakan. Kuku-kukunya pendek dan polos, tetapi utuh.
Mulanya, Arisu bingung sedang berada di mana. Ia mengerjapkan mata beberapa kali. Seprai di bawah tubuhnya kasar, tetapi familier. Aroma deterjen di selimutnya pun ia kenali. Ragu-ragu ia menurunkan selimut, lalu melempar pandang ke sekeliling ruangan. Setelah lama tinggal di kamar Alice, kamar itu jadi terasa kecil dan penuh sesak. Wajah Alice Akiyama yang sedang tersenyum menatapnya balik dari poster-poster di dinding.
Ini benar-benar kamarku! Arisu melompat turun dari ranjang. Ia meraba meja belajar, nakas, dan poster-poster Starlight di dinding. Semuanya sungguhan. Kemudian, ia lihat penampilannya di cermin. Senyum langsung merekah di bibirnya begitu melihat sosok Arisu Shimada menatapnya balik dari dalam cermin.
“Tanggal empat belas September 2023! Aku benar-benar kembali!” pekik Arisu senang sambil menatap kalender di meja belajar. Gadis itu berlari dan melompat-lompat kegirangan. Belum pernah ia sebahagia itu berada dalam tubuhnya sendiri. Setelah puas bergembira, ia berlari keluar kamar dan langsung memeluk orang tuanya satu-persatu. Tentu saja kedua orang dewasa yang sedang menyantap sarapan itu kebingungan.
“Astaga, Arisu-chan! Ada apa ini?” seru Bu Shimada bingung ketika Arisu memeluknya dari belakang. “Memangnya kau habis menang lotre, apa?”
“Pasti ada sesuatu yang ingin kaubeli, ya? Apa idol favoritmu itu mengeluarkan merchandise baru? Atau jangan-jangan kau habis melakukan kesalahan?” sambung Pak Shimada curiga. Lelaki itu melirik putrinya penuh keheranan.
“Bukan apa-apa, aku hanya senang.” Arisu tertawa kecil. “Ah, aku senang tinggal di rumah ini! Aku senang punya Ayah dan Ibu sebagai orang tuaku!”
“Astaga, anak ini! Baru bangun tidur sudah begini heboh! Cepatlah cuci muka dan sarapan!” Bu Shimada hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Arisu melompat-lompat kecil menuju ke teras apartemen. Di teras berukuran dua kali tiga meter, tepat di samping pakaian-pakaian yang dijemur, gadis itu menghirup napas dalam-dalam. Seingat Arisu, belum pernah ia menghirup udara pagi sesegar ini.
Sampai orang tuanya berangkat kerja, gadis itu masih larut dalam kebahagiaan. Sehabis sarapan dan membersihkan diri, Arisu membongkar koleksi pakaian dan aksesoris-aksesorisnya. Setahun penuh menjadi idol telah membuatnya sadar bahwa ia bukannya tak menarik, tetapi ia terlalu fokus untuk menirukan dandanan Alice yang sama sekali tidak cocok dengan bentuk wajah dan warna kulitnya.
“Pantas saja orang-orang menertawakanku! Aku benar-benar kelihatan seperti batang pohon kalau memakai rok pendek mengembang seperti milik Alice-chan! Ternyata ada gunanya juga aku memperhatikan para stylist waktu mendandani kami.” Arisu geleng-geleng kepala melihat pakaian-pakaiannya, yang kebanyakan merupakan tiruan murah dari pakaian yang dikenakan para member Starlight di muka umum. “Shade bedak ini juga sama persis seperti yang dipakai Alice-chan, tapi mukaku jadi terlihat pucat karenanya. Andai Chika-chan melihat dandanku, pasti ia akan mengkritikku habis-habisan— Oh, benar, aku harus mengecek apakah Chika-chan benar-benar masih hidup sekarang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland's End
FantasiArisu Shimada sangat ingin menjadi idol, tetapi ia selalu dirundung karena penampilannya yang kurang menarik. Suatu hari, berkat bantuan seekor kelinci misterius, jiwanya berpindah ke raga Alice Akiyama, seorang idol yang sangat populer di Jepang. D...