Bunyi musik berirama cepat berdentam-dentam dalam studio tari tempat Starlight berlatih. Meski mereka baru saja merilis single baru, mereka sudah mulai berlatih untuk perilisan single berikutnya di musim panas mendatang. Sudah seminggu berlalu setelah pertengkaran Arisu dan Chika. Sejauh ini, Arisu belum melihat Chika berulah lagi. Keduanya hanya saling menjaga jarak di mana pun dan kapan pun. Mereka tidak lagi bertegur sapa. Komunikasi pun hanya bila sangat terpaksa.
Begitu latihan dinyatakan selesai, seluruh anggota Starlight bernapas lega. Arisu mengelap keringat di dahi. Segera ia menenggak air banyak-banyak dari botol minumnya. Masih awal musim semi, tetapi koreografi yang dipelajari para personel hari ini benar-benar memanaskan seluruh tubuh mereka. Haruhi mengerang keras sambil memijat-mijat bahu. Chika cepat-cepat menyalakan kipas angin, lalu berdiri di depannya. Hana mengipas-ngipas wajahnya yang merah padam dan berkilat karena keringat. Akane sudah sejak tadi duduk lemas di pojok ruangan. Bahkan Megumi, yang biasanya paling energik, sekarang termenung di samping jendela sambil menyesap minuman isotonik.
“Ah, sepertinya teh boba enak sekali, ya. Ayo, Alice-chan, kita pesan teh!” ajak Haruhi. Gadis itu bergelayut di lengan Arisu.
“Ayo!” Arisu mengangguk. Gadis-gadis lain berseru hendak ikut. Mereka segera membereskan barang bawaan, menyisir rambut dan memakai make-up seadanya agar tidak terlihat terlalu berantakan, lalu beranjak keluar.
“Alice Akiyama! Chika Sawamura! Kalian tinggal! Ikut aku ke ruanganku,” seru Kaito. Spontan, kedua gadis yang namanya disebut langsung berhenti berjalan. Keduanya berdiri memandangi manajer mereka tanpa berkedip.
“Maaf, ada apa, Ichinose-san?” Arisu memberanikan diri bertanya.
“Tidak usah banyak tanya. Kutunggu kalian di ruanganku sekarang juga,” sahut Kaito dingin. Pria itu berbalik dan pergi mendahului mereka. Hentak langkahnya bergema mengisi keheningan canggung antara Arisu dan Chika.
Arisu tertegun. Gadis itu belum pernah melihat Kaito begitu marah. Seperti anak TK yang mengikuti guru menyeberang jalan, Arisu dan Chika mengikuti sang manajer ke ruangan lelaki itu. Kedua gadis remaja itu saling melirik. Namun, keduanya sama-sama enggan jadi yang pertama membuka mulut. Ruang kerja Kaito tiba-tiba saja terasa dingin dan mengerikan. Nuansa familiar menerpa benak Arisu. Gadis itu teringat kala ia dipanggil menghadap kepala sekolah ketika video dance cover-nya menjadi viral. Kepala sekolah yang sangat konservatif itu tak suka Arisu menarik terlalu banyak perhatian dan mengganggu ketenangan sekolah.
“Duduk,” perintah Kaito. Arisu dan Chika menurut. Keduanya menempati sofa yang berbeda. Belum sempat mereka memposisikan diri dengan nyaman, Kaito langsung memberondong mereka dengan omelan.
“Alice-chan, Chika-chan, berita apa ini? Aku tahu kalian sedang bertengkar, tetapi setidaknya cobalah kelihatan akrab di atas panggung!” Pria itu meletakkan komputer tablet di atas meja sehingga kedua gadis itu dapat membaca isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland's End
FantasyArisu Shimada sangat ingin menjadi idol, tetapi ia selalu dirundung karena penampilannya yang kurang menarik. Suatu hari, berkat bantuan seekor kelinci misterius, jiwanya berpindah ke raga Alice Akiyama, seorang idol yang sangat populer di Jepang. D...