19 - Penyesalan Alice Akiyama

10 4 0
                                    

Arisu langsung memanggil taksi daring untuk mengantarnya pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arisu langsung memanggil taksi daring untuk mengantarnya pulang. Sesampainya di apartemen, segera ia telusuri setiap sudut hunian seluas seratus meter persegi itu. Ia periksa lemari dan laci dengan saksama. Bahkan, ia periksa bagian belakang dinding dan kabinet, berharap akan menemukan tempat penyimpanan rahasia di sana. Ia tahu, mustahil orang lain mengetahui nasib Alice yang asli. Keluarga Alice pun percuma diandalkan. Apartemen itulah satu-satunya harapan untuk menemukan kebenaran.

“Di mana kau sebenarnya sekarang, Alice Akiyama? Di mana jiwamu berada? Di mana kausembunyikan rahasiamu? Sialan, tunjukkan dirimu padaku!” Arisu berteriak frustrasi. Ia lemparkan barang-barang Alice ke lantai. Ia jungkirbalikkan semua laci dalam lemari pakaiannya, seakan roh Alice akan terbang keluar dari dalam salah satu laci. Arisu menemukan aksesoris-aksesoris rusak yang lupa dibuang, kaos-kaos butut, make up yang belum sempat dikeluarkan dari kemasannya, tetapi tidak ada barang yang berguna. Bahkan diary Alice pun tidak berisi apa pun selain catatan jadwal kegiatan sehari-hari. Hingga Arisu nyaris mengosongkan seluruh isi lemari pakaian, ia tidak menemukan apa-apa.

“Sekarang ke mana lagi?” Langkah Arisu berderap nyaring saat ia berjalan mondar-mandir di atas lantai berlapis panel kayu. Ia memeriksa bagian bawah kasur, laci nakas, meja rias, dan tempat-tempat penyimpanan lain di kamar. Dalam sekejap, kamar yang bersih itu berubah jadi seperti kapal pecah. Barang-barang Alice sudah bertebaran di mana-mana. Akhirnya, Arisu menyerah. Gadis itu duduk kelelahan di lantai. Angin dari kipas angin meniup pakaiannya yang basah oleh keringat.

“Sial, bagaimana aku membereskan semua ini?” keluhnya sambil mengatur napas. “Ugh, sebaiknya aku lipat dahulu baju-baju yang kulempar tadi ….”

Arisu bangkit dengan langkah lunglai. Pakaian-pakaian bagus Alice bertumpuk kusut di depan lemari. Satu persatu, Arisu mengebaskan baju dan melipatnya di atas ranjang. Ketika ia mengambil sebuah celana panjang, sehelai kertas jatuh dari saku celana itu. Sambil mengomel pelan, Arisu membungkuk untuk membuangnya. Namun, tiba-tiba ia berhenti. Benda itu bukan kertas bekas biasa, melainkan sehelai amplop yang kelihatan baru.

Eh? Surat?

Arisu menahan napas. Amplop putih polos itu tampak kontras di antara benda-benda serba pink dan violet milik Alice. Tutupnya agak terbuka, menampakkan sehelai kertas buku tulis yang terlipat rapi. Dari warna dan hiasan bunga-bunga lavender kecil di sudut kertas, tahulah Arisu bahwa kertas itu diambil dari buku diary Alice yang disimpan di dalam nakas. Perlahan, Arisu membalik amplop itu. Tulisan tangan Alice yang kecil-kecil dan rapi menyambut matanya.

“Untuk fansku tersayang.” Arisu membaca tulisan di amplop. “Terimalah pengakuan dosaku.”

Seketika, Arisu tercengang. Selama ia menjadi fans Starlight, rekam jejak Alice selalu bersih tanpa noda. Jangankan skandal, Alice bahkan tidak pernah terseret gosip miring. Dosa macam apa yang mungkin diperbuat idol sempurna itu? Sungguh, Arisu tidak bisa memikirkan apa pun yang mungkin. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia takut sekaligus bersemangat. Takut karena tidak mampu menebak apa isi surat itu, tetapi bersemangat karena ia yakin inilah jawaban yang sedari tadi ia cari-cari.

Hati-hati, jemari lentiknya mengeluarkan kertas itu dan meluruskan lipatannya di bawah lampu tidur. Tulisan di sebelah dalam jauh lebih berantakan. Tintanya kabur di sana sini oleh tetes-tetes air, yang Arisu yakini sebagai air mata Alice.

Beginilah isi suratnya:

Fansku tersayang, jika kalian membaca surat ini, berarti aku sudah tiada. Setelah sepanjang tahun hidup dalam kepura-puraan, kurasa inilah saatnya aku berkata jujur. Aku tidak layak menerima dukungan kalian. Aku sungguh tidak layak. Aku telah menipu kalian. Aku telah membujuk kalian untuk mencintaiku secara paksa. Hal-hal yang kutuliskan di bawah ini akan terlihat sangat tidak masuk akal. Terserah kau mau percaya atau tidak, semua yang kuceritakan sepenuhnya adalah kebenaran.

Sejak aku bertemu Chika Sawamura, aku ingin menjadi idol. Aku berusaha keras mempercantik diriku, berlatih vokal, dan berlatih dance bersamanya. Namun, aku sadar kemajuanku sangat kurang. Dengan kemampuan asliku, mustahil ada agensi yang mau menerimaku. Setiap hari kuhabiskan dengan memandang iri pada Chika, yang kuakui jauh lebih berbakat daripadaku.

Saat aku pulang sekolah, sehari sebelum audisi Mirai Entertainment, seekor kelinci putih tiba-tiba melompat di depan sepedaku. Nyaris saja aku menabraknya. Awalnya kusangka ia kelinci biasa peliharaan orang kaya. Pakaiannya sangat imut seperti kostum pangeran di buku dongeng. Kubawa ia pulang ke rumah bibiku. Tiba-tiba, kelinci itu berbicara! Ia bilang ia sering memperhatikanku, dan ia tahu aku sudah lama ingin menjadi idol. Ia berjanji dapat mewujudkan impianku asalkan aku mau membuat perjanjian dengannya.

Awalnya, aku menolak. Aku sadar kemampuanku tidak mumpuni, dan aku hanya akan jadi bahan tertawaan bila tampil di atas panggung. Namun, kelinci itu menenangkanku. Ia menjamin, bila aku menerima tawarannya, ia akan menjadikanku sebagai idol paling berbakat di Jepang, seolah tak pernah ada idol yang secemerlang diriku dalam sepanjang masa. Meski sangsi, aku pun setuju.

Kalian tentu sudah tahu sisa kisahnya. Cuplikan penampilanku saat audisi bisa ditonton di YouTube, dan aku yakin sebagian besar dari kalian sudah pernah menontonnya. Hanya dalam semalam, kemampuan dance dan vokalku meningkat drastis. Dengan mudah aku diterima. Namun, sepanjang karierku aku dihantui rasa bersalah. Aku merasa telah menipu kalian dengan menjadi sosok yang bukan diriku sendiri. Setiap malam pun aku tak bisa tidur karena takut suatu hari kemampuanku akan menghilang. Makin lama, aku makin membenci konser dan anggota Starlight yang lain. Aku ingin graduate dan menghilang dari peredaran, tetapi manajemen tidak memperbolehkanku. Bagi mereka, aku adalah aset yang terlalu berharga.

Saat aku menulis surat ini, kalender menunjukkan tanggal dua belas September. Besok aku akan berangkat ke Yokohama untuk penampilan terakhirku. Sepulang dari sana, aku akan mengakhiri semuanya. Aku pernah membaca di internet jika bunuh diri dengan obat tidur adalah cara yang cepat dan mudah. Jadi, kurasa itulah yang akan kulakukan. Tolong sampaikan pada ibuku bahwa baru sekarang aku menyadari perkataannya benar. Sebaiknya aku memang tidak pernah terjun di dunia hiburan, tetapi aku terlalu tolol untuk mematuhi larangannya.

“Alice-chan, jadi jiwamu sudah tidak di sini, ya ….” bisik Arisu lirih. Suaranya tercekat. Tangannya menggenggam surat Alice hingga tepian kertas itu kusut dan bergemerisik. Selama setahun ia menggunakan tubuh Alice, baru kali ini ia benar-benar merasa senasib sepenanggungan dengan sang pemilik tubuh. “Aku tidak pernah tahu kau juga bertemu Tuan Kelinci. Aku tidak pernah tahu kau menyimpan segala ketakutan dan rasa bersalahmu sendirian. Namun, aku tidak pernah menganggapmu hipokrit! Sampai selamanya, kau tetap idolaku, Alice-chan. Aku janji akan membuatmu bangga.”

Aku tidak bisa membiarkan nama Alice-chan ternoda dan membiarkan para fans terus menerus mencelakai diri. Harus kukembalikan keadaan seperti semula!

Arisu bangkit dan mengantongi surat Alice. Dari antara pakaian-pakaian Alice, ia cari blus dan celana paling tidak mencolok, sepatu kets tua, serta sehelai jaket polos bertudung. Setelah menghapus make up, mengikat rambutnya membentuk ekor kuda, dan mengenakan kacamata hitam, berangkatlah gadis itu ke halte bus. Telah ia putuskan untuk mencari tahu keadaan tubuh Arisu Shimada yang telah ia tinggalkan. Siapa tahu, bila nasibnya baik, ia masih bisa memutar waktu dan kembali ke tubuh aslinya.

 Siapa tahu, bila nasibnya baik, ia masih bisa memutar waktu dan kembali ke tubuh aslinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wonderland's EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang