3

681 42 5
                                    

Perempuan Pembawa Berita
.
.
.
.
.



Data yang diberikan tidak akurat dan ini membuat Feral murka. Pekerjaan yang seharusnya selesai minggu ini diharuskan ditunda sampai entah kapan. Ia paling malas untuk pergi ke kampung kumuh itu. Walaupun ia ada rumah disana, tapi tetap saja itu menjengkelkan.

"Kamu mau menembak lengan kananmu sendiri atau aku yang melakukan?" Semua terdiam. Tuannya sedang murka. Walaupun nadanya terbilang lembut, namun kata-kata yang dikeluarkan tidak sinkron dengan suaranya.

"Tuan?"

"Baiklah!"

Dor ! Dor ! Dor !


Tiga kali tembakan mengenai lengan kanan, dan kedua kakinya. Seharusnya ia memilih menembak dirinya sendiri. Feral selalu seperti ini, menghukum tapi juga memberikan pilihan.


"Bawa wanita tidak berguna itu. Jika dia tidak membawa kabar baik di kunjungan selanjutnya, bunuh dia saat itu juga dan umpankan ke danau sebelah hutan." Semua menunduk takut. Tidak ada satupun yang berbicara. Hanya seorang pengawal yang menyeret tubuh sang pembawa pesan yang mengiyakan perintah tuannya.


Feral berjalan angkuh seperti biasa, keluar dari ruangan dengan muka keras penuh amarah. Semua maid mulai membicarakan sang tuan muda. Memang, sifatnya jauh lebih buruk daripada tuan besar. Jika bukan karena gaji yang besar, tidak akan ada yang sanggup untuk bekerja disini.


Memang, pekerjaan di istana ini merupakan impian penduduk sekitar. Saat sudah masuk, akan otomatis mendapatkan beberapa meter tanah dan dibangunkan rumah kecil. Bukankah ini impian semua orang? Namun, resikonya cukup besar. Tapi masih bisa di tolelir jika yang marah adalah tuan besar. Jika Feral yang marah, setidaknya satu lubang akan muncul di tubuh orang yang membuat masalah.





***





"Tuan Feral, kali ini kabar baik yang saya bawa."

"Katakan!"

Feral menatap nyalang seseorang yang baru saja mendekat mengganggunya bermain dengan anak panahnya. Satu bidikan ia lepaskan tepat mengenai daun kering yang jatuh dari pohon. Ditemani dua bodyguard dan satu orang maid, ia hendak berburu ke dalam hutan. Minggu ini, tidak ada hal yang harus ia kerjakan. Memilih undur diri dari rapat direksi di perusahaan dan melarikan diri ke dalam hutan tanpa sepengetahuan ayahnya. Namun angannya menguap. Wanita ini penyebabnya.



"Saya sudah mengetahui siapa penghianat saat kita berkunjung ke Jerman minggu lalu tuan. Dan saya sudah menangkapnya. Sekarang dia sudah berada di ruang eksekusi bawah tanah."

Feral menyeringai puas. Melemparkan sebuah apel yang ke arah wanita tersebut. "Kerja bagus. Kesalahanmu aku maafkan. Biarkan penghianat itu tanpa baju, makan dan minum. Pastikan dia tidak kabur. Aku akan mengurusnya setelah selesai berburu."


"Baik tuan."

Feral menatap maid yang ada disampingnya lalu mendapatkan sebuah ide untuk hukuman yang akan ia berikan. Ia tidak bisa langsung membunuhnya.

"Kau pandai memakai pisau buah bukan?"

Sang maid yang diajak bicara secara tiba-tiba hanya mengangguk takut dan bingung.

"JAWAB! Punya mulut kan? Atau aku buat sekalian bisu?"

"Bisa tuan."

"Bagus, pulang berburu kau ikut denganku ke ruang eksekusi."








.
.
. To be continued 💜

SANG DOMINAN // FOURTHGEMINI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang