6

653 50 13
                                    

Sepotong Kue dan Susu
.
.
.
.
.





Hampir lima menit Feral hanya menatap cafe diseberang jalan. Kali ini bukan tanpa alasan yang tidak jelas. Beberapa saat lalu, ia melakukan transaksi di gang sebelah. Kemudian dia teringat perkataan bocah aneh itu seminggu yang lalu tentang tempat barunya bekerja. Ia menyuruh sopirnya mengantar dan akan dia kabari jika sudah selesai.

Feral menilik arloji di saku mantelnya, dua menit lagi tepat jam tujuh malam. Ia belum memakan apapun sejak tadi siang. Dirinya sendiri pun bingung. Ia sama sekali tidak menyukai aroma roti dan bau manis. Ini bukan dirinya. Tapi kakinya mulai melangkah. Tangannya tanpa aba-aba mendorong pintu kaca itu lalu mulai masuk kedalam. Sambutan hangat dari suara yang cukup sering ia bayangkan menyapa telinganya.

"Selamat mal- Ah tuan tampan!"

Bocah itu berlari kecil menghampiri. Senyuman khas diwajahnya membuat kurva dibibirnya ikut naik ke atas. Tangan kurus dan sedikit kasar memegang lengannya. Feral membiarkan bocah ini menggandengnya untuk duduk di kursi pojok dekat jendela. "Tuan! Saya menunggu kenapa baru datang sekarang?"

"Sibuk."

Lenguhan napas terdengar pasrah. Bocah ini memiliki ekspresi beragam yang lucu dan menggemaskan dimatanya. "Bawakan saya apapun. Jangan terlalu manis." Bocah itu mengangguk. Melepaskan jeratan tangan pada lengannya lalu pergi berlalu. Ia sedikit berlari kecil. Feral mengedarkan pandangannya. Cafe ini sepi. Hanya ada dirinya, bocah tadi dan seseorang yang tampak sibuk dengan buku dan pulpennya. Sepertinya sedang menghitung hasil penjualan.

Tidak lama berselang, bocah aneh ini datang kembali. Membawa dua potong kue dan dua gelas susu hangat lalu ikut mendudukkan diri didepannya. "Kenapa kamu duduk? Ini kenapa serba dua porsi?"

"Sift saya sudah selesai satu jam lalu. Biasanya saya langsung pulang. Tapi entah kenapa saya ingin menunggu tuan."

"Menungguku?"

"Tuan, saya juga tidak tau. Pokoknya saya yakin tuan akan mampir. Jadinya saya tunggu."

"Dasar bocah aneh."

"Nama saya Giri Kamandanu. Saya bilang panggil Kama! Kenapa bocah terus!"

Feral tidak peduli dengan celotehan bocah didepannya. Anehnya, ia tidak terganggu sama sekali. Biasanya dia menyukai keadaan yang tenang dan tidak berisik. Tapi semua kini berbeda. Ia sadar akan eksistensi bocah ini sekarang.

Feral mulai memakan kue yang ada didepannya. Rasa coklat yang dark tanpa gula. Ia menyukainya. Feral lalu mencoba susu hangat yang baru saja disodorkan bocah didepannya untuk lebih dekat. Susu tawar hangat dengan sedikit perasan jeruk lemon. Ia juga menyukai rasa baru ini. Ia mulai menatap bocah didepannya yang sudah terdiam. Mengamati caranya memakan kue. Caranya menyeruput susu panas itu. Dan caranya mengatasi rasa panas karenanya. Semua tampak nyaman dan menenangkan. Ia menyukai semuanya. Menyukai apapun. Menyukai keadaan dimana bocah aneh ini berada disekitarnya.

"Tuan? TUAN!"

"BOCAH! Jangan berteriak! Berani sekali kamu?"

"Anda yang aneh. Sejak tadi melamun. Lihat kue dan susu saya sudah habis. Punya tuan juga sudah habis. Mau mengobrol atau pulang?"

Feral mendelik tajam. Apa wajah dan auranya tidak menakutkan sama sekali. Pikirnya dalam hati. "Kamu tidak ada takutnya. Dasar bocah aneh!"

"Tuan itu menakutkan, tapi saya tidak takut."

"Tidak salah saya anggap kamu bocah aneh."

Tawa terkekeh terdengar merdu ditelinga Feral. Hipnotis baru dari bocah aneh didepannya yang membuat perasaan aneh ini menjadi semakin aneh. Bocah didepannya menengadahkan kedua tangannya didepan Feral. Ia menaikkan alis tanda tidak paham maksudnya.

"Tuan, mana bayarannya?" Feral mengambil dompet dalam mantelnya. Ia mengeluarkan uang tiga lembar seratus ribuan lalu ia letakkan ditangan bocah aneh didepannya.

"Seratus untuk bayar kue, seratus untuk tips, seratus bayaran saya menemani tuan disini. Oke! Cukup!" Bocah itu pergi begitu saja ke arah kasir. Feral hanya tersenyum pasrah. Lagipula uang segitu sama sekali tidak ada arti untuknya.


"Ini untuk tuan, saya traktir!" Sebuah lolipop tersodor ke arahnya. Ia menatap heran dan tidak juga mengambilnya. "Ini bayaran saya karena tuan mau datang ke tempat saya bekerja." Feral akhirnya mengambilnya, menatapnya sebentar lalu memasukkannya ke dalam saku mantelnya.

"Saya kasih kamu tiga ratus ribu dan bayaran saya hanya lolipop?"

"Tidak! Tuan sedang kacau. Lolipop bisa membuat tuan lebih baik. Itu supir tuan sudah menunggu. Sampai jumpa!" Bocah aneh itu berlalu pergi meninggalkannya dan menghilang di antara belokan gang sempit. Feral masuk kedalam mobilnya. Tangannya ia bawa ke dalam saku mantelnya dan memegang lolipop itu erat. Darimana bocah itu tau ia sedang ada masalah?








.
.
.
To be continued 💜





. Haloooo!!!
BESOK !

JANGAN LUPA GUNAKAN HAK SUARA KALIAN !

JANGAN GOLPUT !

❤️

SANG DOMINAN // FOURTHGEMINI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang