16

536 51 3
                                    

Musuh dalam selimut
.
.
.
.
.


Warning❗️
Ada kata-kata yang mungkin membuatmu mual tentang kekerasan. Kalau tidak bisa baca hal seperti ini, langsung skip.






















Mile menggeledah semua berkas dikantornya. Feral juga sedang mencari setiap sudut di istana. Ada yang memasang kamera pengintai di sekitarnya. Sepertinya ada yang sedang bermain-main dengan kuasanya. Lihat saja, jika ketemu akan aku kuliti hidup-hidup.


"Halo ayah! Aku tidak menemukan apapun. Sepertinya orang ini baru akan mulai beraksi dan sudah ketahuan."

"Sudah. Ayah juga. Kamu interogasi penjaga yang menemukannya. Jika kesaksiannya benar, beri imbalan besar. Jika dia berkhianat, miskinkan sampai semiskin-miskinnya."

Feral menutup teleponnya. Ayahnya memang baik, akan berbeda jika yang diusik adalah wilayahnya. Sudah dipastikan mereka akan menderita sampai anak cucunya.






***







"Katakan!"


"Tuan muda. Saya benar-benar tidak tahu lagi. Saya hanya sempat mendengar dia berbicara ditelepon seperti kataku tadi."


Darah sedikit menetes di area lehernya. Feral murka namun masih sadar untuk tidak bertindak jauh. Dia tidak suka jika ada hal yang tersembunyi seperti ini.


"Kali ini kau selamat. Bilang ke pelayan lain. Jika hal ini terjadi lagi, kalian tidak akan bisa membayangkan apa yang akan aku lakukan."








***






"Apa masalah ini sangat berat?" Giri berkata lirih, dia menatap Feral yang tidur terlentang disampingnya sambil memijat pelipisnya.




Hmmm




"Aku bisa bantu apa tuan?"


"Tidak ada. Bocah, sebaiknya kau tidur! Ini sudah jam satu pagi."

Bibir Giri maju beberapa senti. Ia menghela napas pelan lalu membalikkan tubuhnya membelakangi sang tuan. Giri cukup sadar untuk tidak membuat singa lebih sebal dan mengamuk. Jadi dia menurut dan mulai memejamkan matanya.


Giri terbangun karena cahaya matahari tepat mengenai wajahnya. Ia menoleh kebelakang dan mendapatkan tuannya sudah beranjak. Melirik jam di dinding, masih pukul tujuh pagi dan tuannya sudah pergi? Biasanya dirinyalah yang akan bangun lebih dulu. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Mulai bangkit, merapikan tempat tidurnya sebentar lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk sedikit membersihkan diri. Ia berjalan pelan keluar kediaman. Mendapati banyak orang tidak jauh berdiri di halaman samping kediamannya. Ia berjalan mendekat karena penasaran.

"Ada apa?" Pelayan yang ditepuk Giri sedikit berjengit kaget. Giri dapat melihat ada empat mayat yang sudah dibungkus kantong hitam besar yang belum ditutup sempurna. Ia juga melihat beberapa pelayan yang sedang membersihkan kekacauan.


"Selamat pagi tuan Giri. Tadi pagi buta, kita semua dikejutkan suara gaduh dan tembakan. Ternyata tuan muda sedang menghabisi penyusup. Dan juga ada pelayan yang ikut andil dalam hal ini. Maafkan saya, hanya itu yang saya ketahui." Giri mengangguk tanda mengerti, ia kemudian membiarkan pelayan itu kembali bekerja. Matanya melihat kesekeliling, tuan Feral tidak ada. Ia memutuskan untuk kembali kedalam dan menunggu tuannya pulang. Melihat kekacauan tadi, kaki Giri cukup lemas. Sebaiknya ia mandi.











SANG DOMINAN // FOURTHGEMINI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang